Ekonomi
Beranda » Berita » Seni Mengelola Usaha dengan Profit dan Berkah

Seni Mengelola Usaha dengan Profit dan Berkah

Seni Bisnis Islami
Ilustrasi mengelola bisnis dengan manajemen bisnis islami. Foto : Meta AI.

SURAU.CO. Di era modern, bisnis sering dipersepsikan hanya sebagai ajang kompetisi angka. Apakah itu angka omzet, laba, atau pertumbuhan. Namun, di balik gemerlap pencapaian finansial, tak sedikit perusahaan yang tumbang karena hilangnya integritas dan rapuhnya fondasi moral. Pertanyaannya, mungkinkah bisnis tetap meraih profit besar tanpa harus mengorbankan kejujuran, keberkahan, dan kemanusiaan?

Islam menghadirkan jawaban dengan konsep manajemen bisnis Islami, yaitu sebuah pendekatan yang tidak hanya menata strategi usaha, tetapi juga menanamkan nilai agama dalam setiap prosesnya. Bisnis tidak lagi berdiri sekadar sebagai aktivitas ekonomi, melainkan menjadi jalan ibadah yang menyatukan keuntungan dengan keberkahan.

Bayangkan sebuah dunia bisnis yang bukan hanya mengejar untung, tetapi juga membawa ketenangan hati, kejujuran, dan keberkahan. Dunia di mana perusahaan tidak hanya dihitung dari angka omzet, tetapi juga dari seberapa besar manfaat yang diberikannya bagi masyarakat dan lingkungan. Inilah yang ditawarkan oleh konsep manajemen bisnis Islami.

Mengapa Manajemen Penting?

Setiap aktivitas manusia, baik pribadi maupun kolektif, memerlukan pengaturan yang rapi agar tujuan bisa tercapai. Di sinilah peran manajemen. Dengan manajemen, orang dapat memanfaatkan sumber daya secara efektif, mengurangi hambatan, dan memastikan setiap langkah berjalan sesuai arah.

Namun, sistem manajemen konvensional sering kali hanya berorientasi pada laba. Akibatnya, nilai moral dan spiritual terpinggirkan. Kita bisa melihat kasus besar seperti Enron atau WorldCom, yang runtuh karena manipulasi keuangan dan hilangnya integritas. Di sinilah manajemen Islami hadir sebagai penyeimbang. Ia menggabungkan keteraturan manajemen modern dengan nilai kejujuran, keberlanjutan, dan keberkahan.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Islam memandang bisnis bukan sekadar urusan duniawi, tetapi juga bagian dari ibadah. Rasulullah ﷺ sendiri adalah seorang pedagang sukses yang terkenal jujur dan amanah. Karena itu, seorang muslim yang berbisnis tidak boleh memisahkan aktivitas ekonomi dari nilai-nilai keagamaan.

Sayangnya, masih banyak orang memandang bisnis dan agama sebagai dua hal yang terpisah. Ada yang berpikir, agama itu urusan masjid, bisnis itu urusan pasar. Pandangan ini keliru. Tanpa dukungan ekonomi, kehidupan beragama bisa terhambat. Sebaliknya, bisnis tanpa agama bisa menghasilkan keserakahan, ketidakpuasan, dan bahkan kerusakan sosial.

Panduan Manajemen dalam Islam

Islam memberikan panduan lengkap untuk mengelola bisnis agar selaras dengan syariat. Ada enam langkah utama yang bisa dijadikan pedoman:

1. Planning (Perencanaan)

Islam mendorong umatnya untuk merencanakan segala sesuatu dengan baik. Dengan perencanaan matang, bisnis terhindar dari arah yang kabur. Dalam sebuah hadis Rasulullah ﷺ menjelaskan tentang melakukan pekerjaan secara itqan (tepat, jelas, tuntas).

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

2. Organization (Pengorganisasian)

Bisnis Islami menekankan kerja sama dan persatuan. Allah menjelaskan dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 103 agar manusia berpegang teguh pada tali agama Allah dan tidak bercerai-berai. Dalam konteks bisnis, setiap anggota tim harus memahami perannya dan bekerja harmonis.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran :103)

3. Coordination (Koordinasi)

Perencanaan yang baik akan gagal tanpa koordinasi. Dalam bisnis, koordinasi menciptakan keselarasan menuju tujuan bersama. Islam mengajarkan keseimbangan dan kerja bersama, sebagaimana perintah untuk masuk Islam secara kaffah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 208

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 208).

4. Controlling (Pengendalian)

Pengawasan dalam Islam bukan sekadar soal laporan angka, tetapi juga menjaga konsistensi moral. Allah mengingatkan agar seseorang tidak mengatakan sesuatu yang tidak dikerjakan. Pimpinan yang baik menjadi teladan, bukan sekadar pengawas.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff : 2-3)

5. Motivation (Motivasi)

Dalam Islam, motivasi tertinggi adalah mengharap ridha Allah. Dengan niat ikhlas, motivasi kerja menjadi lebih kuat dan tahan lama. Allah menyampaikan bahwa manusia hanya akan memperoleh hasil dari apa yang diusahakannya.

“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm :39)

6. Leading (Kepemimpinan)

Seorang pemimpin bisnis bukan hanya pengambil keputusan, tetapi juga pengayom. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, sehingga kepemimpinan adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan adil.

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am :165)

Mengelola Dengan Manajemen Islami dan Manfaatnya

Manajemen bisnis Islami tidak berhenti pada sistem, tetapi juga menekankan etika dan nilai moral. Pebisnis muslim selalu mengingat Allah, bahkan di tengah kesibukan. Ia tidak menunda shalat demi mengejar pelanggan, melainkan menyesuaikan bisnis agar sejalan dengan ibadah.

Disamping itu, kejujuran adalah mata uang utama dalam bisnis Islami. Rasulullah ﷺ mendapatkan gelar Al-Amin (yang terpercaya) karena sifat ini. Islam juga melarang segala bentuk kecurangan dalam timbangan, ukuran, maupun janji. Bisnis harus bebas dari praktik zalim.

Allah memerintahkan berbuat adil, bahkan terhadap orang yang berbeda keyakinan. Allah berfirman, “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (QS. Al-Maidah :42)

Hal lain yang harus dihindari pengusaha muslim adalah praktik suap (risywah), menjelekkan pesaing dan sombong dalam menjalankan usaha. Hal ini bukan hanya merusak bisnis, tetapi juga mencederai nilai kemanusiaan.

Berbagai manfaat besar dapat dirasakan secara nyata dengan menerapkan sistem manajemen bisnis Islami. Keuntungan finansial tetap menjadi bagian penting, tetapi ketika dilandasi keberkahan, profit tidak hanya berhenti pada angka, melainkan menghadirkan ketenangan batin dan kepuasan moral. Hubungan antar pihak dalam bisnis menjadi lebih harmonis karena semua merasa dihargai dan diperlakukan secara adil.

Usaha yang berpegang pada nilai etika dan moral cenderung lebih berkelanjutan, sebab ia terhindar dari praktik curang yang merugikan dan merusak kepercayaan. Lebih jauh lagi, bisnis Islami tidak sekadar berorientasi pada keuntungan pribadi, tetapi juga memberi kontribusi sosial nyata yang memperkuat kesejahteraan masyarakat luas. Dengan demikian, manajemen Islami mampu menghadirkan keseimbangan antara profit, etika, dan kemaslahatan bersama.

Saatnya Bisnis Berkah

Bisnis dalam Islam bukanlah dunia yang kering dari nilai, melainkan ladang amal yang luas. Dengan manajemen yang berlandaskan syariah, seorang muslim tidak hanya mengejar profit, tetapi juga menghadirkan manfaat, keadilan, dan keberkahan.

Di tengah dunia modern yang serba cepat dan kompetitif, konsep ini semakin relevan. Ketika banyak perusahaan jatuh karena keserakahan dan ketidakjujuran, manajemen Islami menawarkan jalan yang lebih seimbang. Untung tetap diraih, tetapi hati pun damai dalam menjalani hidup.

Karena itu, mari kita lihat bisnis bukan hanya sebagai “business as usual”, tetapi sebagai “business with values”. Dengan begitu, usaha yang kita jalankan tidak sekadar menghidupi diri, tetapi juga menebar rahmat bagi sesama.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement