Khazanah
Beranda » Berita » Mengenal Al Ula, Kota Terkutuk di Zaman Nabi Kini Menjadi Destinasi Wisata

Mengenal Al Ula, Kota Terkutuk di Zaman Nabi Kini Menjadi Destinasi Wisata

Kota Al Ula
Lansekap Kota Al Ula di Arab Saudi. Kota yang dahulu pernah "terkutuk" di zaman Nabi. Kini menjadi destinasi wisata kebanggaan Arab Saudi. Gambar : Internet

SURAU.COAl Ula adalah sebuah kota bersejarah yang terletak di barat laut Arab Saudi, sekitar 400 kilometer sebelah uatara Madinah. Kota ini kini mendunia karena keindahan alamnya yang memukau. Selain itu, peninggalan arkeologis serta statusnya sebagai salah satu destinasi wisata budaya milik pemerintah Arab Saudi.

Kota Al Ula kini menjadi salah satu destinasi wisata yang sedang naik daun. Menawarkan keindahan alam yang luar biasa, situs sejarah yang mengagumkan, serta budaya yang kaya. Al Ula memukau para wisatawan dengan menampilkan perpaduan unik antara keanekaragaman lingkungan dan sejarah yang bermakna.

Namun, Al Ula menyimpan sejarah kelam yang terkait dengan azab Allah pada kaum terdahulu, yakni kaum Tsamud, yang durhaka terhadap ajaran para nabi. Karena itulah, kota ini kerap mendapat julukan sebagai “kota terkutuk” pada zaman nabi.

Posisi Geografis dan Karakter Alam Al Ula

Al Ula terletak di wilayah Hijaz, kawasan yang sejak dahulu kala menjadi jalur perdagangan penting yang menghubungkan Arabia dengan Syam (Suriah, Yordania, Palestina). Lembah-lembah luas mengelilingi kota ini, formasi batuan pasir berwarna merah kecokelatan, serta gunung-gunung yang terukir indah oleh angin dan air selama ribuan tahun.

Keindahan geologis Al Ula menjadikannya unik. Bukit-bukit batu yang menyerupai pahatan seni alami, oasis dengan kebun kurma, serta dataran luas menjadikan Al Ula tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga daya tarik wisata alam. Pada kawasan ini pula berdiri situs arkeologi penting seperti Hegra (Madain Shaleh), yang kini menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Jejak Kaum Tsamud di Al Ula

Menurut sejarah Islam, kawasan Al Ula adalah tempat tinggal kaum Tsamud, bangsa yang disebut dalam Al-Qur’an hidup setelah kaum ‘Ad. Mereka terkenal memiliki kemampuan teknik dan arsitektur luar biasa. Dengan keahlian mereka, kaum Tsamud mampu memahat gunung dan batu besar untuk dijadikan rumah-rumah kokoh.

Al-Qur’an menyebutkan dalam Surat Al-Fajr ayat 9 dan 10, serta Surat Asy-Syams ayat 11, bahwa kaum Tsamud memiliki kekuatan besar namun akhirnya Allah membinaskan mereka karena kedurhakaan. Allah mengutus Nabi Shalih ‘alaihissalam sebagai nabi mereka.

Nabi Shalih menyeru mereka agar menyembah Allah semata dan meninggalkan penyembahan berhala. Namun, mayoritas kaum Tsamud menolak ajaran tersebut. Allah kemudian memberi mukjizat berupa unta betina yang keluar dari celah batu besar sebagai bukti kerasulan Nabi Shalih. Unta itu menjadi tanda kebesaran Allah, dan kaum Tsamud diperintahkan untuk menghormatinya, tidak boleh disakiti, serta membiarkannya minum air dari sumur pada hari tertentu.

Sayangnya, mereka justru melanggar perintah itu. Kaum Tsamud yang keras kepala akhirnya membunuh unta tersebut dengan menyembelihnya. Perbuatan ini menjadi puncak kedurhakaan mereka. Allah kemudian menurunkan azab berupa suara teriakan keras (shaihah) yang mengguncang, hingga seluruh kaum Tsamud binasa.

Kisah ini terabadikan dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam Surat Al-Qamar ayat 31: “Maka mereka membunuh unta itu, kemudian mereka menyesal.”

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Al Ula Sebagai Kota Terkutuk

Karena kaum Tsamud binasa akibat murka Allah di kawasan itu, wilayah Al Ula sering disebut sebagai “kota terkutuk”. Rasulullah SAW ketika melewati daerah bekas kaum Tsamud dalam perjalanan menuju Tabuk, bersabda agar umat Islam tidak memasuki kawasan tersebut kecuali dalam keadaan menangis, sebagai bentuk pengingat terhadap azab Allah.

Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian memasuki tempat orang-orang yang diazab, kecuali dalam keadaan menangis, agar kalian tidak ditimpa seperti apa yang menimpa mereka.”

Hal ini menunjukkan bahwa tempat bekas azab Allah seharusnya menjadi pelajaran, bukan dijadikan tempat untuk bersenang-senang.

Pandangan Islam terhadap Tempat Yang Mendapat Azab

Islam memandang bahwa kisah kaum terdahulu adalah ibrah (pelajaran) bagi umat setelahnya. Allah berulang kali menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa kehancuran umat-umat terdahulu harus menjadi cermin agar manusia tidak mengulangi kesalahan mereka.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Bekas-bekas peninggalan kaum Tsamud di Al Ula memang mempesona dari sisi arsitektur dan sejarah. Namun, Allah telah mengingatkan umat Islam untuk tidak berlebihan mengaguminya, apalagi sampai menganggapnya sebagai tempat keramat.

Banyak ulama menekankan bahwa ketika berkunjung ke tempat-tempat tersebut, niatkanlah untuk mengambil pelajaran dan mengingat kebesaran Allah, bukan untuk tujuan rekreasi murni atau berlebihan dalam memuja peninggalan sejarah.

Al Ula di Era Modern

Meskipun memiliki sejarah kelam, Al Ula kini berkembang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Arab Saudi. Pemerintah mengembangkan proyek besar bernama “The Royal Commission for Al Ula” yang bertujuan menjadikan kawasan ini sebagai pusat wisata sejarah, budaya, dan penelitian arkeologi dunia.

Beberapa daya tarik utama Al Ula saat ini antara lain:

  1. Hegra (Madain Shaleh)
    Situs arkeologi peninggalan kaum Nabatea, yang memiliki kemiripan dengan Petra di Yordania. Di sini terdapat makam-makam megah yang diukir pada batu pasir.
  2. Jabal Al-Fil (Batu Gajah)
    Sebuah batu raksasa berbentuk gajah yang menjadi salah satu ikon wisata Al Ula.
  3. Festival Musim Al Ula
    Pemerintah Arab Saudi secara rutin mengadakan festival seni, budaya, dan musik di kawasan ini.
  4. Pusat Penelitian Arkeologi
    Banyak arkeolog dunia datang ke Al Ula untuk meneliti peninggalan kaum kuno, termasuk Tsamud dan Nabatea.

Kontroversi Wisata di Kota Al Ula

Meskipun pemerintah Arab Saudi gencar mempromosikan Al Ula sebagai destinasi wisata, ada sebagian ulama yang mengingatkan agar umat Islam tetap berhati-hati. Hal ini mengingat pesan Rasulullah SAW agar tidak bersenang-senang pada tempat yang pernah mendapat azab Allah.

Namun, sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa selama tujuan utamanya adalah studi sejarah dan ibrah, serta tetap menjaga adab sesuai ajaran Islam, maka boleh berkunjung ke Al Ula. Yang tidak boleh adalah berlebihan, menjadikannya objek pemujaan, atau sekadar untuk hiburan tanpa mengambil pelajaran.

Pelajaran dari Kisah Al Ula

Ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil dari sejarah Al Ula dan kaum Tsamud:

  1. Kekuasaan tidak menjamin keselamatan
    Meski kaum Tsamud memiliki teknologi tinggi dan rumah yang kokoh, mereka tetap binasa karena melawan Allah.
  2. Mukjizat tidak ada artinya tanpa keimanan
    Mereka menyaksikan unta mukjizat, tetapi tetap membangkang.
  3. Kesombongan membawa kehancuran
    Kaum Tsamud sombong dengan kekuatan dan keahlian mereka, sehingga lupa kepada Sang Pencipta.
  4. Tempat azab harus jadi pengingat
    Al Ula bukan sekadar destinasi wisata, tetapi pengingat bahwa Allah Maha Perkasa dan murka-Nya amat pedih.

Al Ula adalah kota bersejarah yang kini menjadi kebanggaan Arab Saudi dari sisi pariwisata dan arkeologi. Namun, umat Islam perlu mengingat bahwa kota ini menyimpan sejarah kelam tentang kaum Tsamud yang dibinasakan Allah karena durhaka kepada Nabi Shalih.

Sebagai “kota terkutuk di zaman nabi”, Al Ula seharusnya dipandang sebagai pelajaran agar manusia tidak mengulangi kesalahan umat terdahulu. Kekayaan alam dan sejarah yang ada di dalamnya adalah bukti kebesaran Allah, sekaligus peringatan keras bahwa kesombongan dan kedurhakaan hanya akan membawa kehancuran.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement