SURAU.CO – Alangkah beruntungnya orang yang mampu menundukkan pandangan hati, sehingga lebih sibuk memperhatikan kelemahan dan kekurangan dirinya sendiri, bukan kelemahan orang lain. Pesan yang diilhami dari perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahullah ini sejatinya mengandung pelajaran besar bagi setiap insan yang ingin selamat di dunia dan akhirat.
Kebiasaan manusia pada umumnya adalah mencari kebaikan diri dan menonjolkannya, seraya mencari-cari aib orang lain dan membesarkannya. Fenomena ini sering kali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkup keluarga, masyarakat, bahkan dalam pergaulan di dunia maya. Padahal, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan dalam sebuah hadits:
> “Beruntunglah orang yang sibuk dengan aib dirinya sehingga tidak sempat memperhatikan aib orang lain.”
(HR. Al-Baihaqi)
Mengapa Kita Sibuk dengan Aib Orang Lain?
Ada beberapa sebab yang membuat manusia lebih suka menyoroti aib orang lain:
- Merasa lebih baik – Dengan melihat kekurangan orang lain, hati merasa lebih mulia, padahal itu hanya ilusi.
-
Mengabaikan tanggung jawab pribadi – Lebih mudah menuding orang lain daripada bercermin pada diri sendiri.
-
Penyakit hati – Rasa iri, dengki, dan sombong sering kali mendorong manusiaq membicarakan keburukan saudaranya.
Padahal, Allah Ta’ala telah melarang keras sikap seperti ini dalam firman-Nya:
> “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Keberuntungan Orang yang Sibuk dengan Muhasabah Diri
Orang yang fokus pada kekurangan dirinya sendiri akan meraih beberapa keberuntungan besar:
- Hatinya menjadi lembut – Sebab ia sadar bahwa dirinya penuh kekurangan sehingga tidak ada alasan untuk sombong.
-
Terhindar dari dosa lisan – Ia sibuk memperbaiki diri sehingga tidak punya waktu untuk menggunjing.
-
Mendapat pertolonganq Allah – Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
-
Mudah merasakan nikmatnya iman – Karena fokusnya adalah mencari ridha Allah, bukan penilaian manusia.
Membalik Kebiasaan: Melihat Kebaikan Orang Lain
Selain fokus pada muhasabah diri, kita juga perlu menghargai kebaikan orang lain. Inilah akhlak mulia yang lahir dari hati yang bersih. Rasulullah ﷺ adalah teladan dalam hal ini: beliau selalu menghargai kebaikan sekecil apa pun dari sahabat-sahabatnya.
Sayangnya, banyak di antara kita yang membesar-besarkan kebaikan diri sendiri dan mengabaikan kebaikan orang lain. Padahal, jika kita mau belajar untuk mengagumi kebaikan orang lain, niscaya hati kita akan lapang, penuh cinta, dan jauh dari iri dengki.
Renungan untuk Kita Semua
Saat kita sibuk mencari kekurangan orang lain, sejatinya kita sedang menyingkap kekurangan diri sendiri: lemahnya iman dan rapuhnya hati.
Ketika kita menghargai kebaikan orang lain, sesungguhnya kita sedang membangun benteng akhlak mulia dalam diri kita.
Dunia ini hanyalah tempat ujian. Janganlah kita mencari aib orang lain, karena kita harus lebih fokus memperbaiki aib diri kita sendiri.
Penutup
Marilah kita renungkan pesan ini: “Kita akan beruntung jika lebih fokus untuk mengetahui segala kekurangan dan aib pada diri kita sendiri, serta dengan senang hati mengetahui kebaikan orang lain.”
Jadikanlah muhasabah diri sebagai rutinitas harian. Sibukkanlah hati dengan memperbaiki kelemahan diri, dan lapangkan hati untuk menghargai kebaikan orang lain.
Itulah jalan menuju keberkahan hidup, kejernihan hati, dan kebahagiaan hakiki di sisi Allah. (Oleh: Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
