Khazanah
Beranda » Berita » Mengapa Kita Bisa Mengingat? Teori Memori Ibn Sīnā dalam Kitāb al-Nafs

Mengapa Kita Bisa Mengingat? Teori Memori Ibn Sīnā dalam Kitāb al-Nafs

Ilustrasi memori manusia menurut Ibn Sīnā dalam Kitāb al-Nafs
Ilustrasi yang melambangkan memori sebagai cahaya yang menyimpan makna hidup manusia menurut teori Ibn Sīnā.

Surau.co. Teori memori Ibn Sīnā – Tahapan pengetahuan menurut Kitāb al-Nafs karya Ibn Sīnā selalu menarik untuk dibicarakan, terutama ketika kita mencoba memahami pertanyaan sederhana namun mendalam: mengapa kita bisa mengingat? Seorang anak kecil yang mampu mengenali wajah ibunya, seorang pelajar yang menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, atau seorang kakek yang tersenyum ketika mengenang masa mudanya—semua ini tidak lepas dari kerja memori. Ibn Sīnā, filsuf dan dokter besar Islam, menyoroti bagaimana daya ingat merupakan salah satu keajaiban jiwa yang bekerja di balik layar kesadaran manusia.

Memori Sebagai Harta Tak Ternilai dalam Kehidupan Sehari-hari

Coba bayangkan seseorang yang tidak mampu mengingat apa pun. Ia bangun pagi tanpa tahu siapa dirinya, tidak mengenali keluarga, dan tidak ingat jalan pulang. Kehidupan tanpa memori akan seperti lembaran kertas yang selalu kosong. Ibn Sīnā menegaskan:

“الحافظة قوة تحفظ المعاني بعد مفارقة المحسوسات.”
“Daya ingat adalah kekuatan yang menjaga makna setelah lepas dari hal-hal yang terindera.”

Artinya, memori bukan hanya menyimpan gambar atau suara, tetapi juga makna yang terkandung di balik pengalaman. Inilah sebabnya seorang guru tidak hanya mengingat suara muridnya, melainkan juga kepribadiannya.

Hubungan Memori dengan Indra dan Imajinasi

Ibn Sīnā menjelaskan bahwa memori tidak bekerja sendiri. Ia berhubungan erat dengan indra dan imajinasi. Indra memberikan pengalaman awal, imajinasi menyusun bentuknya, dan memori menyimpannya untuk dipanggil kembali di kemudian hari.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“القوة المتخيلة تجمع الصور وتفصلها، ثم تسلمها إلى الحافظة.”
“Daya imajinasi menyusun dan memisahkan bentuk-bentuk, lalu menyerahkannya kepada daya ingat.”

Dengan cara ini, manusia bisa mengingat wajah sahabatnya meskipun bertahun-tahun tidak berjumpa. Atau seorang penyair bisa menuliskan bait indah karena memori menyimpan kata-kata yang pernah ia dengar.

Memori dan Pembentukan Identitas Diri

Ketika seseorang berkata, “Saya adalah saya,” hal itu tidak mungkin tanpa memori. Ingatan menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan sehingga membentuk identitas yang utuh. Ibn Sīnā menyebutkan:

“لولا الحافظة ما كان للإنسان وحدة في ذاته ولا استقامة في أفعاله.”
“Tanpa daya ingat, manusia tidak akan memiliki kesatuan dalam dirinya dan tidak ada keteguhan dalam tindakannya.”

Karena itulah memori begitu penting. Ia membuat manusia bisa belajar dari kesalahan, mengulang pengalaman baik, dan membangun masa depan. Tanpa memori, manusia akan tersesat dalam setiap langkah.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Perspektif Al-Qur’an tentang Mengingat

Islam memberi kedudukan tinggi pada aktivitas mengingat. Allah berfirman:

وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ

(QS. Al-Kahfi [18]: 24)
“Dan ingatlah Tuhanmu apabila engkau lupa.”

Ayat ini menunjukkan bahwa memori tidak sekadar kemampuan biologis, melainkan juga jalan spiritual. Mengingat Allah adalah puncak tertinggi dari fungsi memori, karena dengannya jiwa manusia tidak tercerabut dari sumber kehidupannya.

Memori Sebagai Dasar Pengetahuan dan Peradaban

Bayangkan seorang petani yang mengingat kapan musim hujan tiba. Dengan memori itu ia tahu waktu terbaik untuk menanam. Atau seorang pedagang yang mengingat harga pasar tahun lalu sehingga bisa menentukan strategi bisnis hari ini. Bahkan peradaban tidak mungkin lahir tanpa memori kolektif berupa catatan sejarah, tradisi lisan, maupun ilmu yang diwariskan. Ibn Sīnā berkata:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“المعارف إنما تحفظ بالذاكرة، ولولاها لتبددت العلوم كما يتبدد الغبار.”
“Pengetahuan hanya dapat dijaga dengan ingatan; tanpa itu, ilmu akan tercerai-berai seperti debu yang beterbangan.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa daya ingat bukan sekadar alat pribadi, melainkan fondasi bagi kelangsungan pengetahuan manusia secara umum.

Refleksi: Menjaga Memori, Menjaga Kehidupan

Dalam kehidupan modern, kita sering kali mengandalkan catatan digital untuk menyimpan memori. Namun, Ibn Sīnā mengingatkan bahwa inti memori ada di dalam jiwa kita. Mengasah daya ingat berarti juga melatih kesadaran, ketekunan, dan perhatian terhadap hidup. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“تَعاهَدوا القرآن، فوالذي نفس محمد بيده لهو أشد تفلتا من الإبل في عقلها.”
“Jagalah Al-Qur’an, demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh ia lebih cepat lepas daripada unta dari ikatannya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa memori harus dijaga dengan latihan dan pengulangan. Sama halnya dengan ilmu, ia akan hilang jika tidak dirawat.

Penutup: Warisan Ibn Sīnā tentang Memori

Uraian Ibn Sīnā dalam Kitāb al-Nafs tentang memori menyingkap betapa pentingnya peran daya ingat dalam hidup manusia. Ia tidak hanya menyimpan pengalaman, tetapi juga membentuk identitas, menopang pengetahuan, dan menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Maka, ketika kita bertanya “mengapa kita bisa mengingat?”, jawaban Ibn Sīnā memberi kita sudut pandang bahwa memori adalah anugerah Ilahi yang harus dirawat, disyukuri, dan dimanfaatkan untuk kebaikan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement