Surau.co. Manusia setiap hari berinteraksi dengan dunia melalui indra: mata yang melihat, telinga yang mendengar, kulit yang merasakan. Namun, pernahkah kita merenung bahwa di balik indra lahir, ada pula “indra batin” yang bekerja lebih dalam? Konsep ini dibahas dengan sangat mendalam dalam Kitāb al-Nafs karya Ibn Sīnā (Avicenna), seorang filsuf dan dokter Muslim abad pertengahan. Dalam karyanya, ia memaparkan teori psikologi yang tidak hanya menyoal tubuh, tetapi juga menyentuh rahasia jiwa.
Menurut Ibn Sīnā, jiwa manusia adalah substansi mandiri yang memiliki kemampuan menangkap, mengingat, dan memproses informasi. Pandangan ini jauh mendahului teori psikologi modern. Ia membagi indra menjadi dua kelompok: indra lahir (al-ḥawāss al-ẓāhira) dan indra batin (al-ḥawāss al-bāṭina).
“النفس جوهر روحاني يستخدم الحواس لإدراك العالم الظاهر والباطن”
“Jiwa adalah substansi ruhani yang menggunakan indra untuk memahami dunia lahir dan batin.” (Kitāb al-Nafs)
Indra Lahir yang Membentuk Realitas Sehari-hari
Bayangkan seorang anak kecil yang untuk pertama kali melihat pelangi. Warna-warni itu terekam melalui indra penglihatan. Begitu pula saat kita mendengar musik, mencium aroma kopi, atau merasakan panas matahari di kulit. Semua itu adalah kerja indra lahir yang menjadi pintu masuk informasi.
Al-Qur’an juga mengingatkan kita tentang pentingnya indra lahir:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (النحل: 78)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, lalu Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Naḥl: 78)
Indra lahir adalah gerbang utama untuk belajar dan memahami dunia. Namun, Ibn Sīnā menegaskan bahwa manusia tidak berhenti pada permukaan. Ada lapisan batiniah yang lebih dalam.
Indra Batin: Laboratorium Jiwa yang Tersembunyi
Ketika seseorang mengingat wajah orang tuanya meski mereka tidak hadir, atau merasa tenang saat mendengar bacaan Al-Qur’an, di situlah indra batin bekerja. Ibn Sīnā menjelaskan lima indra batin: ḥiss mushtarak (indera gabungan), khayāl (imajinasi), mutakhayyilah (daya mengolah bayangan), wahm (intuisi), dan ḥāfiẓah (daya ingat).
“الحس الباطن يحفظ الصور ويجمعها ليبني معرفة أعمق من الحس الظاهر”
“Indra batin menyimpan gambaran dan menggabungkannya untuk membangun pengetahuan yang lebih dalam daripada indra lahir.” (Kitāb al-Nafs)
Fenomena sehari-hari banyak menunjukkan peran indra batin. Seorang ibu bisa merasa cemas ketika anaknya sakit meski tanpa tanda fisik yang jelas—itulah intuisi (wahm). Atau ketika kita membayangkan masa depan dengan perasaan harap dan cemas—itulah khayāl yang bekerja.
Jiwa sebagai Substansi yang Abadi
Ibn Sīnā tidak berhenti pada penjelasan fungsi indra. Ia menegaskan bahwa jiwa adalah substansi yang tidak sama dengan tubuh. Tubuh bisa rusak, namun jiwa tetap hidup.
“النفس ليست جسماً ولا قوة في جسم، بل هي جوهر قائم بذاته”
“Jiwa bukanlah tubuh dan bukan pula sekadar kekuatan dalam tubuh, melainkan substansi yang berdiri sendiri.” (Kitāb al-Nafs)
Hadis Nabi ﷺ juga menguatkan pandangan ini:
إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari & Muslim)
Relevansi Teori Ibn Sīnā bagi Manusia Modern
Di tengah kesibukan hidup modern, banyak orang hanya mengandalkan indra lahir: melihat layar, mendengar notifikasi, mencium asap kendaraan. Tetapi mereka lupa mengaktifkan indra batin: merenung, berimajinasi, dan menjaga ingatan spiritual.
Psikologi modern pun mengakui pentingnya proses mental seperti persepsi, memori, dan intuisi. Namun, Ibn Sīnā telah membicarakannya lebih dari seribu tahun yang lalu. Ia bahkan mengaitkannya dengan aspek ruhani, sesuatu yang sering diabaikan oleh psikologi kontemporer.
“إذا أدركت النفس المعقولات، فهي تعلو فوق الطبيعة وتبقى بعد فناء الجسد”
“Ketika jiwa memahami hal-hal rasional, ia naik di atas alam fisik dan tetap ada setelah tubuh binasa.” (Kitāb al-Nafs)
Menghidupkan Indra Lahir dan Batin dalam Kehidupan
Refleksi dari ajaran Ibn Sīnā mengajarkan kita untuk menyeimbangkan keduanya. Indra lahir memberi kita data, sementara indra batin memberi makna. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti:
- Menikmati keindahan alam sambil merenungkan makna di baliknya.
- Mengingat Allah ketika melihat fenomena dunia.
- Melatih intuisi dan imajinasi untuk mendekatkan diri pada kebaikan.
Dengan begitu, hidup tidak hanya berjalan pada permukaan, tetapi juga menyelam ke kedalaman jiwa.
Penutup
Pemikiran Ibn Sīnā dalam Kitāb al-Nafs tentang indra lahir dan batin bukan sekadar teori filsafat kuno, tetapi panduan hidup yang tetap relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita bahwa jiwa manusia adalah anugerah yang lebih besar daripada tubuh, dan indra batin adalah jembatan menuju pemahaman yang hakiki.
* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
