SURAU.CO. Al-Qahhaar (القَهَّار) adalah salah satu Asmaul Husna (nama-nama terbaik Allah SWT) yang berarti “Yang Maha Menundukkan” atau “Yang Maha Memaksa”. Sifat ini menunjukkan keperkasaan dan kekuasaan Allah yang mutlak, sehingga mampu menaklukkan dan menundukkan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, dan tidak ada satu pun makhluk yang mampu menentang-Nya. Secara bahasa, Al-Qahhar berarti Maha Menundukkan, Maha Mengalahkan, atau Maha Memaksa. Makna yang lebih dalam dari nama ini adalah bahwa hanya Allah satu-satunya zat yang memiliki kuasa penuh atas seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Kata “Qahhar”: merupakan bentuk superlatif (mubalaghah) dari kata “Qahir”, yang berarti sangat kuat, dahsyat, dan perkasa. Allah SWT adalah Dzat yang menundukkan seluruh alam semesta, termasuk mengatur perputaran siang dan malam, matahari, bulan, dan bintang-bintang. Sifat ini juga berarti Allah mampu memaksa kehendak-Nya. Contohnya adalah rasa kantuk yang bisa datang untuk mengalahkan keinginan untuk tetap terjaga, yang merupakan tentara Allah. Al-Qahhaar juga bermakna penguasa pada hari kiamat dan hari pembalasan, di mana tidak ada satu pun yang dapat menentang kehendak-Nya.
Menyadari bahwa semua kekuasaan ada pada Allah dan tidak ada tempat untuk kesombongan. Memohon dan menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah SWT, karena hanya Dia yang Maha Kuasa. Tidak menentang kekuasaan atau kehendak Allah, karena hal itu hanya akan berujung pada kebinasaan. Allah memiliki kuasa mutlak atas seluruh ciptaan-Nya dan segala sesuatu di alam semesta berjalan sesuai dengan ketetapan dan kehendak-Nya.
Al-Qahhar menegaskan bahwa Allah adalah penguasa segala sesuatu dan memiliki kekuatan tak terbatas untuk menaklukkan dan mengendalikan semua ciptaan-Nya. Allah adalah yang memiliki kekuasaan tertinggi, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menentang atau mengalahkan kehendak-Nya. Memahami sifat Al-Qahhar dapat menumbuhkan rasa rendah hati dan kepasrahan kepada Allah, serta keyakinan akan kekuatan dan kebesaran-Nya.
Surat Shad Ayat 65
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ مُنذِرٌ ۖ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ
Arab-Latin: Qul innamā ana munżiruw wa mā min ilāhin illallāhul-wāḥidul-qahhār
Artinya: Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.
Surat Yusuf Ayat 39
صَىٰحِبَىِ ٱلسِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ
Arab-Latin: Yā ṣāḥibayis-sijni a arbābum mutafarriqụna khairun amillāhul-wāḥidul-qahhār
Artinya: Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?
Surat Ibrahim Ayat 48
يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ ۖ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ
Arab-Latin: Yauma tubaddalul-arḍu gairal-arḍi was-samāwātu wa barazụ lillāhil-wāḥidil-qahhār
Artinya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.
Surat Ar-Ra’d Ayat 16
قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ قُلِ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِى ٱلظُّلُمَٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا۟ كَخَلْقِهِۦ فَتَشَٰبَهَ ٱلْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّٰرُ
Arab-Latin: Qul mar rabbus-samāwāti wal-arḍ, qulillāh, qul a fattakhażtum min dụnihī auliyāa lā yamlikụna lianfusihim naf’aw wa lā ḍarrā, qul hal yastawil-a’mā wal-baṣīru am hal tastawiẓ-ẓulumātu wan-nụr, am ja’alụ lillāhi syurakāa khalaqụ kakhalqihī fa tasyābahal-khalqu 'alaihim, qulillāhu khāliqu kulli syaiiw wa huwal-wāḥidul-qahhār
Artinya: Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.
Penerapan makna Al-Qahhar dalam kehidupan
Kita mengamalkan makna Al-Qahhar dengan cara-cara berikut:
- Tawadhu’ (Rendah Hati): Menyadari bahwa segala kekuasaan dan kekuatan hanyalah milik Allah. Seseorang tidak boleh sombong dan merasa kuat di hadapan sesama manusia.
- Mengenal Kekuatan Allah: Meyakini bahwa Allah Maha Kuasa, dan tidak ada yang mampu melawan kehendak-Nya. Hal ini akan memperkuat keimanan dan ketergantungan kita kepada Allah SWT.
- Melawan Hawa Nafsu: Berusaha menundukkan hawa nafsu dan keinginan buruk dalam diri. Seorang mukmin sejati harus mampu menjadi “Qahhar” atas nafsunya sendiri, bukan justru dikalahkan olehnya.
Allah memiliki kekuasaan penuh dan tidak ada yang dapat melawan kehendak-Nya. Alam semesta dan semua isinya tunduk pada hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh-Nya. Allah SWT memiliki otoritas dan kekuasaan tertinggi untuk melakukan apa pun yang Dia kehendaki. Tidak ada satu pun di alam semesta yang dapat menghalangi atau mengalahkan kehendak-Nya. Seluruh makhluk, baik secara sukarela maupun terpaksa, tunduk dan patuh pada kekuasaan Allah. Setiap kejadian dan peristiwa terjadi hanya atas izin-Nya. Nama Al-Qahhar sering digandengkan dengan Al-Wahid (Yang Maha Esa) dalam Al-Qur’an. Ini menegaskan bahwa hanya Allah Yang Maha Esa yang mampu menaklukkan segalanya. Jika ada banyak yang berkuasa, mereka bisa saling mengalahkan, sehingga tidak ada yang benar-benar Maha Mengalahkan.
Allah menaklukkan segala sesuatu tanpa membutuhkan bantuan dari siapa pun. Ini berbeda dengan manusia yang sering membutuhkan dukungan untuk bisa menang. Dengan sifat Al-Qahhar, Allah akan menghinakan orang-orang zalim dan memberikan hukuman kepada para penguasa yang sombong. (mengutip dari berbagai sumber).
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
