SURAU.CO – Sejarah Islam mencatat banyak episode heroik, pun kisah ujian berat bagi para pengemban risalah. Salah satunya adalah Peristiwa Raji’. Tragedi memilukan ini menunjukkan betapa besar pengorbanan para syuhada dakwah, yakni para sahabat Rasulullah SAW. Lebih lanjut, kisah ini menjadi peringatan akan bahaya pengkhianatan. Kita perlu belajar banyak dari peristiwa ini. Mari kita selami lebih dalam.
Latar Belakang Misi Dakwah yang Penuh Tantangan
Peristiwa Raji’ terjadi pada bulan Safar tahun keempat Hijriah. Sebelumnya, delegasi kabilah Adl dan Al-Qarah mendatangi Madinah. Mereka menghadap Rasulullah SAW. Kabilah ini berasal dari daerah Raji’, nama mata air milik kabilah Hudzail. Lokasinya antara Jeddah dan Makkah. Delegasi tersebut menyampaikan permohonan. Mereka meminta pengajar Al-Qur’an dan pemahaman agama.
Rasulullah SAW menyambut baik permohonan ini. Beliau melihat potensi dakwah besar. Oleh karena itu, beliau menunjuk sepuluh sahabat mulia. Mereka adalah duta-duta agama yang terkenal dengan keilmuan dan ketakwaan. Rasulullah SAW percaya pada kemampuan mereka. Beliau menitipkan amanah dakwah besar. Mereka harus mengajari kaum di sana.
Para Sahabat Terpilih: Pilar Dakwah yang Berani
Para sahabat yang diutus memiliki jiwa pemberani dan sangat bersemangat. Mereka siap mengemban misi suci ini. Rasulullah SAW menunjuk Marstad bin Abu Marstad Al-Ghanawi sebagai pemimpin. Namun demikian, ada riwayat lain yang menyebutkan Ashim bin Tsabit Al-Anshari. Jumlah mereka secara keseluruhan adalah sepuluh orang. Di antara mereka terdapat nama-nama besar, seperti Khubaib bin Adiy dan Zaid bin Datsinah. Keberangkatan mereka penuh harapan.
Mereka memulai perjalanan panjang dengan hati dipenuhi niat suci. Mereka ingin menyebarkan cahaya Islam. Para sahabat ini adalah pelita di tengah kegelapan. Mereka ingin membimbing umat manusia menuju jalan kebenaran. Mereka sangat yakin dengan janji Allah SWT.
Pengkhianatan Keji di Tanah Raji’
Para sahabat ini melanjutkan perjalanan. Setelah itu, mereka tiba di sebuah tempat bernama Raji’, sebuah mata air milik kabilah Hudzail. Tiba-tiba, pengkhianatan terjadi. Kabilah Adl dan Al-Qarah justru mengkhianati mereka. Mereka melanggar janji dan memanggil kabilah Hudzail, terutama dari suku Bani Lahyan yang terkenal kejam.
Pasukan musuh mengepung para sahabat dalam jumlah yang sangat banyak, mencapai sekitar seratus orang. Beberapa riwayat bahkan menyebut dua ratus orang. Para sahabat terkejut, sebab mereka tidak menyangka hal ini akan terjadi. Mereka segera bersiap untuk bertempur, meski mereka tahu nyawa mereka terancam. Namun demikian, mereka tidak gentar.
Keteguhan Ashim bin Tsabit dan Para Syuhada
Pertempuran sengit pun pecah. Para sahabat bertarung dengan gagah berani, menunjukkan keberanian luar biasa. Ashim bin Tsabit bersumpah tidak akan menerima perlindungan dari orang musyrik. Ia juga bersumpah tidak akan menyentuh orang musyrik. Ia bertempur sampai titik darah penghabisan.
“Saya berjanji kepada Allah bahwa saya tidak akan menerima perlindungan dari orang musyrik, dan saya tidak akan menyentuh orang musyrik,” kata Ashim. Kemudian, ia berdoa kepada Allah. Ia meminta perlindungan atas jasadnya agar musuh tidak merusaknya.
Ashim bin Tsabit dan beberapa sahabat gugur. Mereka wafat sebagai syuhada, berpegang teguh pada prinsip mereka. Mereka menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa. Musuh mencoba memutilasi jasad Ashim. Mereka ingin menjual kepalanya ke Makkah sebagai balasan atas kematian seorang bangsawan. Namun, Allah SWT melindunginya. Sekelompok lebah datang, melindungi jasad Ashim sehingga musuh tidak dapat mendekat. Akhirnya, hujan deras turun. Banjir bandang menyapu jasadnya hingga menghilang. Ini adalah karamah dari Allah SWT.
Nasib Khubaib bin Adiy dan Zaid bin Datsinah
Tiga sahabat lainnya masih hidup, yaitu Khubaib bin Adiy, Zaid bin Datsinah, dan seorang sahabat lainnya. Ketiganya berhasil ditangkap. Musuh menipu mereka, menawarkan keamanan serta berjanji tidak akan membunuh. Akan tetapi, janji itu palsu. Mereka justru ingin menjual para sahabat untuk mendapatkan imbalan.
Khubaib bin Adiy dan Zaid bin Datsinah dijual di Makkah kepada kaum Quraisy. Ini merupakan pembalasan atas kekalahan mereka di Badar. Khubaib dibeli oleh Bani Harits untuk membalas kematian Harits bin Amir. Sementara itu, Zaid bin Datsinah dibeli oleh Shafwan bin Umayyah untuk tujuan balas dendam juga.
Pengorbanan Khubaib di Tiang Salib
Khubaib ditawan selama beberapa waktu. Sebelum dieksekusi, ia meminta izin shalat dua rakaat, yang menjadi shalat terakhirnya. Ia memanjatkan doa-doa, menghadapi kematian dengan tenang.
Ketika ia digantung, Khubaib berdoa dengan lantang. “Ya Allah, binasakanlah mereka,” serunya. Ia juga bersyair, “Kalau kaum muslimin telah terbunuh dalam membela agama Allah, aku tak peduli apapun juga, sebab segala kematian itu hanyalah demi Allah.” Ia wafat sebagai syahid di tiang salib. Ini adalah contoh keteguhan iman yang luar biasa.
Pesan Abadi dari Peristiwa Raji’
Peristiwa Raji’ mengajarkan banyak hal. Ini tentang pengorbanan tulus dan keteguhan iman yang luar biasa. Selain itu, ini juga tentang bahaya pengkhianatan. Para syuhada dakwah adalah teladan. Mereka tidak gentar menghadapi kematian, tetap teguh pada keyakinan mereka.
Kisah ini juga menunjukkan karamah Allah, bagaimana Allah melindungi hamba-hamba-Nya yang setia. Ini adalah bukti kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, kita harus mengambil pelajaran. Kita harus tetap waspada dan menjaga iman kita. Kita harus terus berpegang pada kebenaran.
Rasulullah SAW sangat berduka dan sedih mendengar berita ini. Beliau terus mendoakan para sahabat, serta mendoakan umat Islam agar tabah. Kisah ini akan terus hidup sebagai inspirasi, cahaya di tengah kegelapan.
Peristiwa Raji’ bukan hanya kisah sedih. Ini adalah kisah tentang kemuliaan dan pengorbanan abadi. Para syuhada dakwah meninggalkan warisan berharga sebagai pahlawan Islam. Iman mereka tidak tergoyahkan. Allah SWT akan membalas mereka dengan surga. Kita harus meneladani mereka, senantiasa berjuang untuk agama Allah.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
