Kisah
Beranda » Berita » Gugurnya Pejuang Anshar yang Ditangisi Rasulullah: Kisah Sa’ad bin Mu’adz RA

Gugurnya Pejuang Anshar yang Ditangisi Rasulullah: Kisah Sa’ad bin Mu’adz RA

Kisah Sa'ad bin Mu'adz RA. Ilustrasi canva.com.

SURAU.CO – Perang Khandaq adalah episode penting dalam sejarah Islam. Ini merupakan pertempuran yang menguji iman Muslim secara ekstrem. Pasukan Muslim menghadapi koalisi besar musuh. Mereka mengepung Madinah selama sebulan penuh. Pertempuran ini penuh strategi dan juga penuh pengorbanan. Banyak sahabat berjuang gagah berani di dalamnya. Salah satunya adalah Sa’ad bin Mu’adz RA. Beliau adalah pemimpin suku Aus, dan beliau gugur sebagai syuhada. Gugurnya Sa’ad membuat Rasulullah SAW menangis. Oleh karena itu, kisah ini memberi kita wawasan berharga. Kita memahami pengorbanan para sahabat, dan juga belajar tentang kemuliaan syuhada.

Perang Khandaq (Ahzab): Ujian Besar bagi Umat Muslim

Perang Khandaq terjadi pada tahun ke-5 Hijriyah. Kaum Muslimin menghadapi ujian berat yang tak terbayangkan. Pasukan kafir Quraisy dan sekutunya mengepung Madinah. Jumlah mereka sangat besar, sekitar 10.000 pasukan. Ini jelas jauh melebihi kekuatan Muslim, yang hanya berjumlah sekitar 3.000 orang. Mereka memutuskan bertahan dengan strategi cerdik. Mereka menggali parit besar yang mengelilingi Madinah. Ini adalah ide brilian dari Salman Al-Farisi. Strategi ini berhasil menghalau musuh, sehingga musuh tidak bisa menembus Madinah.

Pengepungan berlangsung lama dan menyiksa. Muslimin menghadapi kelaparan dan kedinginan yang ekstrem. Mereka juga menghadapi ancaman dari dalam, sebab kaum munafik dan Yahudi berkhianat. Namun demikian, mereka tetap teguh dalam iman. Mereka berjuang dengan iman kuat dan kesabaran.

Sa’ad bin Mu’adz RA: Singa Aus dan Hakim yang Adil

Sa’ad bin Mu’adz adalah pemimpin suku Aus. Suku Aus adalah salah satu suku Anshar yang terkemuka. Beliau adalah sahabat yang mulia, dan beliau sangat dicintai Rasulullah SAW. Sa’ad adalah pribadi yang tegas, dan juga terkenal dengan keadilannya. Dalam Perang Khandaq, beliau menunjukkan keberanian luar biasa. Beliau berjuang di garis depan, membela Islam dengan gagah berani.

Selama pengepungan, sebuah tragedi terjadi. Sa’ad terkena panah musuh. Panah itu mengenai urat nadinya, sehingga luka itu sangat parah. Beliau merasakan sakit luar biasa, namun tetap tabah. Beliau memohon kepada Allah agar Allah memberinya kesempatan. Kesempatan itu adalah untuk menyaksikan pembalasan atas Bani Quraizhah. Bani Quraizhah adalah kaum Yahudi yang telah mengkhianati Muslimin.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Pengkhianatan Bani Quraizhah dan Keputusan Sa’ad bin Mu’adz

Setelah Perang Khandaq usai, giliran Bani Quraizhah yang menghadapi konsekuensi. Mereka telah berkhianat dalam perang, bersekutu dengan musuh Islam. Ini membahayakan Madinah dan umat Muslim. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memutuskan menghukum mereka. Beliau mengepung benteng mereka hingga akhirnya Bani Quraizhah menyerah. Mereka meminta Sa’ad bin Mu’adz menjadi hakim. Mereka percaya pada keadilan Sa’ad.

Rasulullah SAW menyetujuinya tanpa ragu. Beliau menyerahkan keputusan kepada Sa’ad. Sa’ad bin Mu’adz membuat keputusan yang sangat tegas. Ia sesuai dengan Taurat mereka sendiri. Hukumnya adalah: “Orang laki-laki Bani Quraizhah harus dibunuh, wanita dan anak-anak dijadikan tawanan, dan harta benda mereka dibagikan kepada kaum Muslimin.”

Keputusan ini sangat adil. Itu sesuai dengan hukum Taurat mereka. Rasulullah SAW memuji keputusan ini. Beliau bersabda kepada Sa’ad: “Sungguh engkau telah memutuskan dengan hukum Allah dari atas tujuh langit.” Keputusan ini menenangkan hati Muslimin, dan juga mengakhiri ancaman Bani Quraizhah terhadap Madinah.

Detik-detik Terakhir Sa’ad bin Mu’adz dan Tangisan Nabi

Setelah keputusan itu, luka Sa’ad bin Mu’adz semakin parah. Beliau merasakan ajalnya sudah dekat. Doanya telah terkabul, sebab beliau telah menyaksikan pembalasan atas pengkhianatan. Rasulullah SAW menjenguknya. Beliau melihat kondisi Sa’ad yang kritis. Nabi sangat sedih, dan beliau meneteskan air mata.

Rasulullah SAW bersabda tentang kemuliaan Sa’ad: “Karena Sa’ad bin Mu’adz, Arasy (singgasana Allah) berguncang, pintu-pintu langit terbuka, dan 70.000 malaikat turun ke bumi.” Hadis ini menunjukkan kemuliaan Sa’ad yang luar biasa. Kematiannya adalah peristiwa besar yang mengguncang alam semesta. Ini adalah kehormatan luar biasa yang diberikan Allah. Nabi SAW tidak hanya menangis, tetapi beliau juga memuji dan mendoakannya.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Kemuliaan Syuhada dan Keagungan Pengorbanan

Kisah Sa’ad bin Mu’adz mengajarkan kita tentang hal ini. Ada kemuliaan besar bagi syuhada. Mereka adalah orang-orang yang berjuang, dan mereka gugur di jalan Allah. Allah menjanjikan surga bagi mereka, sebab mereka mendapatkan pahala tak terhingga.

Pengorbanan para sahabat sangatlah agung. Mereka mengorbankan jiwa dan raga, membela Islam dengan segenap kekuatan. Mereka meneladani Rasulullah SAW dalam setiap perjuangan. Oleh karena itu, kita harus menghargai perjuangan mereka. Kita harus meneruskan warisan mereka.

Hubungan antara Keadilan dan Kemenangan 

Kisah Sa’ad bin Mu’adz juga menyoroti satu prinsip penting. Keadilan adalah kunci kemenangan sejati. Keputusan Sa’ad adil, dan Allah meridainya. Keadilan membawa keberkahan, dan juga menguatkan umat. Jika umat berpegang pada keadilan, Allah akan menolong mereka.

Tangisan Rasulullah SAW menunjukkan kasih sayang beliau yang mendalam. Beliau adalah pemimpin, namun juga seorang ayah bagi sahabatnya. Kehilangan sahabat adalah duka yang mendalam, bahkan bagi seorang Nabi sekalipun. Air mata beliau adalah ekspresi cinta tulus kepada para pengorbanan.

Membela Keadilan dan Berkorban untuk Agama

Kisah ini relevan hingga kini. Kita harus mengambil banyak pelajaran darinya.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

  1. Berjuang di Jalan Allah: Kita harus berjuang untuk Islam. Ini bisa melalui harta, jiwa, atau ilmu.

  2. Menegakkan Keadilan: Kita harus berani menegakkan keadilan. Ini berlaku tanpa peduli konsekuensinya. Keadilan adalah perintah Allah.

  3. Pengorbanan untuk Agama: Siap berkorban demi agama adalah esensial. Ini bisa berupa waktu, tenaga, atau harta.

  4. Menghargai Syuhada: Kita harus menghormati para syuhada. Mereka adalah pahlawan Islam sejati.

Gugurnya Sa’ad bin Mu’adz adalah peristiwa besar dalam sejarah Islam. Ia ditangisi Rasulullah SAW, dan ia mengguncang Arasy Allah. Sa’ad adalah pejuang gagah berani dan hakim yang adil. Kisah ini mengajarkan kita bahwa kesetiaan kepada Islam sangat penting. Pengorbanan di jalan Allah sangat mulia. Semoga kita bisa meneladani Sa’ad bin Mu’adz. Kita harus berjuang menegakkan Islam, dan kita harus mencari keridaan Allah semata.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement