SURAU.CO – Kisah-kisah teladan seringkali datang dari orang biasa. Salah satunya adalah kisah seorang nelayan. Ia menghadapi dilema besar. Ia menemukan mutiara raksasa. Mutiara itu sangat berharga. Namun demikian, ia mendapatkannya karena meninggalkan shalat. Kisah ini mengajarkan kita tentang prioritas hidup. Ia mengajarkan bahaya menukar akhirat dengan dunia. Ia juga mengingatkan kita tentang pentingnya shalat. Oleh karena itu, artikel ini memberi kita wawasan berharga. Kita memahami makna ketakwaan sejati, sekaligus belajar untuk takut akan azab Allah.
Nelayan yang Lalai dan Mutiara Raksasa
Ada seorang nelayan, yang suatu hari pergi melaut untuk mencari nafkah. Saat itu, hari sudah sore, dan waktu shalat ashar telah tiba. Ia mendengar azan berkumandang dari jauh. Namun demikian, ia tidak segera menunaikan shalat. Nelayan itu sibuk menebarkan jaringnya, sebab ia berharap mendapatkan hasil tangkapan yang banyak. Niatnya hanya ingin dapat banyak ikan.
Tidak lama kemudian, ia mengangkat jaringnya. Ia tidak menemukan ikan sama sekali. Sebaliknya, ia menemukan sesuatu yang lain. Jaringnya penuh dengan mutiara. Mutiara itu sangat besar dan indah. Warnanya memancarkan cahaya terang. Ini adalah mutiara raksasa yang belum pernah ia lihat sepanjang hidupnya. Nilainya pasti sangat mahal. Nelayan itu sangat senang, dan ia merasa beruntung luar biasa. Ia membayangkan kekayaan besar yang akan ia dapat.
Tersadar dari Kelalaian
Nelayan itu membawa mutiaranya pulang. Ia ingin segera menjualnya dan menikmati hasilnya. Namun demikian, di tengah perjalanan, ia berhenti sejenak. Pikiran lain mulai merasukinya. Ia teringat akan kelalaiannya, sebab ia teringat azan ashar yang ia abaikan. Ia telah meninggalkan shalat, kewajiban utamanya sebagai Muslim.
Mutiara yang indah itu tiba-tiba tampak berbeda di matanya. Ia tidak lagi membawa kebahagiaan. Sebaliknya, ia menjadi pengingat. Pengingat akan dosanya, dan pengingat akan azab Allah yang mungkin menantinya. Nelayan itu mulai merasakan ketakutan yang mendalam. Ketakutan akan siksa api neraka. Ia menyadari bahwa harta dunia tidak ada artinya sama sekali, jika ia menukar dengan akhirat.
Membuang Mutiara demi Keridaan Allah
Nelayan itu akhirnya mengambil keputusan sangat berat. Ia tidak ingin harta ini. Ia tidak ingin harta yang didapat dari dosa. Harta itu terasa panas di tangannya. Ia melihat mutiara itu lagi, dan membayangkan azab Allah. Ia membayangkan api neraka yang pedih. Ia tidak ingin semua itu terjadi padanya.
Tanpa ragu, ia melemparkan mutiara itu ke laut. Ia membuangnya jauh-jauh. Ia tidak peduli dengan nilai harta itu yang fantastis. Yang ia pedulikan adalah keridaan Allah. Yang ia pedulikan adalah keselamatannya di akhirat. Ia ingin Allah memaafkannya, dan ingin Allah menerima tobatnya.
Setelah membuang mutiara, ia merasa ringan sekali. Hatinya menjadi tenang. Ia segera pulang ke rumah. Ia berwudhu dan menunaikan shalat ashar yang tertinggal. Ia memohon ampun kepada Allah, dan ia berjanji tidak akan mengulangi kelalaiannya. Ia berjanji untuk selalu mendahulukan shalat.
Rezeki Berkah Setelah Tobat
Malam itu, nelayan itu tidur. Ia tidur dengan hati tenang dan damai. Keesokan harinya, ia kembali melaut. Ia menebarkan jaringnya seperti biasa. Allah menguji keimanannya, dan menguji ketulusan tobatnya.
Ketika ia mengangkat jaringnya, ia menemukan sesuatu yang menakjubkan. Ia tidak menemukan ikan. Sebaliknya, ia menemukan mutiara lagi. Mutiara itu persis sama dengan yang kemarin ia buang. Ia sama besar dan indahnya. Allah, dengan rahmat-Nya, mengembalikannya kepadanya. Ini adalah tanda penerimaan tobatnya. Ini juga merupakan tanda rezeki berkah dari Allah.
Nelayan itu sangat bersyukur. Ia tidak lagi melihat mutiara sebagai beban. Ia melihatnya sebagai rahmat Allah yang tak terhingga. Ia menjual mutiara itu, dan menggunakan hartanya di jalan Allah. Ia berbuat kebaikan, dan menjadi orang yang bertakwa.
Pelajaran Penting dari Kisah Nelayan dan Mutiara
Kisah ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita semua.
-
Pentingnya Shalat: Shalat adalah tiang agama. Ia adalah kewajiban utama Muslim. Oleh karena itu, jangan pernah menundanya.
-
Bahaya Menukar Akhirat dengan Dunia: Harta duniawi hanyalah fana. Jangan menukarnya dengan kenikmatan abadi di akhirat.
-
Ketakutan akan Azab Allah: Rasa takut kepada Allah (khauf) itu penting. Ia mendorong kita bertobat, dan menjauhkan kita dari dosa.
-
Prioritas Hidup: Akhirat adalah prioritas utama seorang Muslim. Dunia hanyalah jembatan menuju ke sana.
-
Ketulusan Tobat: Tobat harus tulus. Tidak hanya menyesali dosa, tetapi juga berjanji tidak mengulangi.
-
Keberkahan Rezeki Halal: Rezeki yang didapat dari cara haram tidak berkah. Sebaliknya, rezeki halal akan membawa kebaikan sejati.
Hubungan Dosa dan Rezeki
Kisah ini menegaskan hubungan dosa dan rezeki. Dosa bisa menghambat rezeki, dan ia menghilangkan keberkahannya. Namun, tobat bisa membukanya kembali. Allah Maha Pengampun. Dia akan memberi rezeki, bahkan Dia akan memberi rezeki yang lebih baik dan berkah.
Ini juga mengajarkan konsep ujian. Allah menguji iman hamba-Nya. Dia ingin melihat pilihan kita. Apakah kita memilih dunia atau akhirat?
Kisah nelayan dan mutiara adalah pengingat kuat. Ia mengingatkan kita tentang pentingnya shalat. Ia juga mengingatkan kita tentang prioritas akhirat. Nelayan itu memilih Allah. Ia membuang mutiara yang didapat dari kelalaian. Allah membalasnya dengan rezeki berkah. Semoga kita selalu mendahulukan Allah. Kita harus selalu taat kepada-Nya. Ini akan membawa kebahagiaan sejati, dan juga membawa keberkahan dunia dan akhirat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
