SURAU.CO-Salamah ibn al-Akwa adalah seorang sahabat Nabi keturunan Bani Aslami. Ayahnya bernama al-Akwa’ Sinan ibn Abdullah ibn Qusyair ibn Khuzaimah ibn Malik ibn Salaman ibn Aslam al-Aslami. Salamah ibn al-Akwa’ biasa dipanggil dengan sebutan Abu Musham. Ada juga yang memanggilnya “Abu Iyas” atau “Abu Amir”. Awalnya ia tinggal di Madinah, kemudian pindah ke Rabadzah setelah terbunuhnya Utsman ibn Affan. Di Rabadzah ia menikah hingga memperoleh keturunan.
Salamah ibn al-Akwa : sanggup mengejar musuh yang berkuda
Salamah ibn al-Akwa terkenal sebagai sosok yang pemberani, pemanah ulung, berkepribadian mulia, dan memiliki beberapa keutamaan lain. Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik orang yang berjalan kaki di antara kami adalah Salamah ibn al-Akwa’.” Ia sanggup berlari mengejar musuh yang menunggangi kuda.
Banyak hadis yang berasal dari periwayatan Salamah. Dalam kitab-kitab hadis yang mendapat pengakuan, ada 77 hadis yang berasal dari Salamah. Ia hanya ikut tujuh peperangan bersama Rasulullah, karena ia terlambat masuk Islam.
Salamah ibn al-Akwa : menjaga unta-unta Rasulullah
Ada sebuah kisah tentang Bani Ghathafan dan unta Rasulullah. Alkisah, Bani Ghathafan sering mengganggu unta peliharaan Rasulullah yang digembalakan di daerah Dzu Qarad. Tanpa perlu Rasulullah minta, Salamah berupaya menjaga peliharaan Rasulullah.
Imam Muslim meriwayatkan dua hadis tentang kisah Salamah dalam bab Ghazwah Dzi Qarad. Diriwayatkan dari Qutaibah ibn Said dari Hakim (Hakim ibn Ismail) dari Yazid ibn Abu Ubaid bahwa Salamah ibn al-Akwa’ berkata, “Aku keluar sebelum azan pertama subuh, dan saat itu unta peliharaan Rasulullah saw. digembalakan di Dzu Qarad. Salah seorang pembantu Abdurrahman ibn Auf menemuiku dan berkata, ‘Unta peliharaan Rasulullah saw. dicuri dan diganggu.’ Aku bertanya, ‘Siapa yang melakukannya?’ Ia menjawab, ‘Bani Ghathafan.’ Lalu kemudian Salamah bergegas pergi ke tempat penggembalaan unta dan berteriak tiga kali: ‘Subuuuh….’ Aku sengaja berteriak agar terdengar oleh penduduk Madinah. Kemudian aku berlari mencari unta peliharaan tersebut, dan ternyata mereka memang mencuri unta-unta itu sehingga aku mengejarnya dan melontarkan anak panah ke arah mereka sambil berteriak, ‘Hai, akulah putra al-Akwa. Kulihat kalian melakukan kejahatan.’
Mengejar pencuri unta Rasulullah
Aku terus melontarkan anak panah sehingga mereka melarikan diri dan aku berhasil menyelamatkan unta Rasulullah saw. Aku juga mendapatkan 30 kain beludru yang mereka tinggalkan ketika melarikan diri. Tak lama berselang, Nabi saw. datang bersama beberapa sahabat dan aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku mengusir sekelompok orang yang hendak minum di sumur itu sehingga mereka melarikan diri.’ Beliau bersabda, ‘Hai Ibn al-Akwa’, kau punya hak untuk melakukannya. Dan kau melakukannya dengan baik.’ Lalu kami segera kembali dan Rasulullah memintaku menggiring unta beliau sampai kami memasuki Madinah.”
Baiat Ridwan
Ketika berlangsung Baiat Ridwan, Salamah memiliki peran tersendiri sebagaimana diriwayatkan Ibn Jarir al-Thabari dari Iyas ibn Salamah bahwa Salamah ibn al-Akwa berkata, “Saat kami pulang dari Hudaibiyah, penyeru Rasulullah saw. berujar, ‘Hai sekalian manusia, jagalah perjanjian! Jagalah perjanjian! Jibril telah turun!’ Kami segera mendatangi Rasulullah saw. yang sedang duduk di bawah pohon Samurah. Kemudian kami mengucapkan janji setia kepada beliau.” Peristiwa itulah yang dimaksudkan dalam firman Allah: “Sungguh Allah telah rida kepada orang mukmin tatkala mereka berbaiat kepadamu di bawah pohon.”
Imam al-Thabari juga meriwayatkan hadis dari Jabir ibn Abdullah bahwa jumlah sahabat yang mengikuti Perjanjian Hudaibiyah adalah 1.400 orang. Jabir menuturkan, “Kemudian kami membaiat Rasulullah saw. dan Umar menjabat tangan beliau di bawah pohon, yaitu pohon Samurah. Kami semua membaiat beliau, kecuali al-Jadd ibn Qais al-Anshari yang saat itu bersembunyi di bawah perut untanya. Kami berjanji setia kepada Rasulullah saw. bahwa kami tidak akan lari dan bersumpah akan menjaga keselamatan beliau.”
Tiga kali membaiat Rasulullah
Ibn Jarir meriwayatkan dari Iyas ibn Salamah ibn al-Akwa dari ayahnya bahwa Nabi saw. mengajak orang-orang untuk berjanji setia di bawah pohon. Salamah menuturkan, “Akulah yang pertama membaiat beliau kemudian diikuti yang lain. Ketika beberapa orang telah berbaiat, Rasulullah bersabda, ‘Berbaiatlah, hai Salamah!’ Aku menjawab, ‘Aku telah membaiatmu, wahai Rasulullah, pertama kali.’ Beliau bersabda, ‘Lagi!’ Maka aku langsung mengucapkan janji setia. Ketika melihatku tak memegang satu pun senjata, Rasulullah memberiku sebuah perisai.
Orang-orang terus membaiat Rasulullah sampai ketika tiba giliran orang terakhir, Rasulullah saw. bersabda, ‘Maukah kau membaiatku, hai Salamah?’ Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, aku telah membaiatmu di awal dan di pertengahan.’ Beliau bersabda, ‘Lagi.’ Maka aku kembali mengucapkan janji setia kepada beliau.”
Salamah ibn al-Akwa’ adalah orang yang dermawan. Ia tak pernah menolak orang yang meminta. Ia selalu siap mengorbankan segala miliknya demi perjuangan pada jalan Allah, termasuk jiwanya. Ia pernah berkata, “Barang siapa yang tidak memberi karena Allah maka karena siapa lagi ia akan memberi?” Ibn Iyas menuturkan sifat Salamah yang lain, “Ayahku tak pernah berdusta sekali pun.”
Beberapa malam sebelum kematiannya, Salamah pindah dari Rabadzah ke Madinah agar dapat meninggal di sana.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
