Surau.co. Hidup sederhana adalah obat paling indah yang sering kali luput kita sadari. Dalam hiruk-pikuk dunia modern, manusia sibuk mengejar harta, popularitas, dan kesenangan sesaat, tetapi lupa bahwa jiwa membutuhkan ketenangan lebih dari segalanya. Abu Zayd al-Balkhī dalam Masālih al-Abdan wa al-Anfus menekankan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan tubuh dan kebutuhan jiwa. Menurutnya, kesederhanaan bukan hanya gaya hidup, tetapi juga kunci kesehatan mental dan spiritual.
Menemukan Kedamaian di Tengah Kesibukan
Fenomena sehari-hari menunjukkan banyak orang merasa lelah meski hidup penuh fasilitas. Mobil mewah, rumah besar, hingga gadget terbaru tak mampu menjamin kebahagiaan. Sebaliknya, semakin banyak yang dimiliki, semakin besar pula beban untuk menjaganya. Al-Balkhī mengingatkan:
“القناعة بما يكفي من الدنيا تُعطي النفس راحة وتُبعدها عن الاضطراب.”
“Menerima kecukupan dari dunia memberikan ketenangan bagi jiwa dan menjauhkannya dari kegelisahan.”
Kesederhanaan mengajarkan kita untuk merasa cukup. Dengan merasa cukup, kita terhindar dari kecemasan yang tak berujung. Prinsip ini selaras dengan ajaran Al-Qur’an:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا (القصص: 77)
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.” (QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini menunjukkan keseimbangan: tidak menolak dunia, tetapi juga tidak menjadikannya pusat kehidupan.
Kesederhanaan sebagai Obat Luka Jiwa
Banyak orang tidak menyadari bahwa hidup berlebihan sering melahirkan luka batin. Persaingan gaya hidup, iri pada tetangga, atau tekanan untuk selalu terlihat sukses bisa menggerogoti jiwa. Abu Zayd al-Balkhī menulis:
“الترف الزائد يُتعب النفس، والاعتدال دواءٌ يحفظ قواها.”
“Kemewahan yang berlebihan melelahkan jiwa, sementara sikap sederhana adalah obat yang menjaga kekuatannya.”
Pesan ini terasa nyata di era media sosial. Kehidupan orang lain tampak lebih bahagia, lebih kaya, lebih sempurna. Padahal, yang ditampilkan hanyalah potongan-potongan cerita. Kesederhanaan mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam ilusi itu, sebab kebahagiaan sejati tidak datang dari perbandingan, melainkan dari ketenangan batin.
Hati yang Tenang, Tubuh yang Sehat
Al-Balkhī menekankan hubungan erat antara kesehatan jiwa dan kesehatan tubuh. Ia menulis:
“إذا استراح القلب بالرضا، انعكس ذلك على البدن صحةً ونشاطاً.”
“Apabila hati tenang dengan rasa ridha, maka hal itu memantul pada tubuh sebagai kesehatan dan energi.”
Penelitian modern juga mendukung gagasan ini. Stres yang berkepanjangan terbukti melemahkan sistem imun, meningkatkan risiko penyakit jantung, dan mempercepat penuaan. Sebaliknya, orang yang hidup sederhana cenderung lebih sehat karena jiwanya tidak terbebani.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
ازهد في الدنيا يحبك الله، وازهد فيما عند الناس يحبك الناس
“Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan bersikaplah zuhud terhadap apa yang dimiliki orang lain, niscaya orang-orang mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah)
Zuhud bukan berarti miskin, melainkan sederhana: menggunakan dunia secukupnya tanpa menambatkan hati padanya.
Hidup Bersama Orang Lain Tanpa Membebani
Kesederhanaan juga berarti tidak menjadi beban bagi orang lain. Dalam relasi sosial, orang yang sederhana lebih mudah diterima. Ia tidak menuntut banyak, tidak iri, dan tidak mengukur persahabatan dengan materi. Al-Balkhī mengingatkan:
“النفس المعتدلة لا تثقل على صاحبها ولا على الناس من حولها.”
“Jiwa yang sederhana tidak memberatkan pemiliknya, juga tidak menyulitkan orang-orang di sekitarnya.”
Kalimat ini menegaskan bahwa kesederhanaan tidak hanya menyembuhkan diri sendiri, tetapi juga membawa kenyamanan bagi lingkungan. Hidup sederhana membuat kita lebih tulus dalam berhubungan, lebih hangat dalam bertetangga, dan lebih rendah hati dalam persahabatan.
Menyulam Kesederhanaan dalam Kehidupan Modern
Lalu, bagaimana menerapkan hidup sederhana di zaman sekarang? Tidak berarti meninggalkan teknologi atau fasilitas modern, melainkan menempatkan semuanya pada porsi yang wajar. Misalnya:
Menggunakan media sosial secukupnya, bukan untuk pamer.
Membeli barang sesuai kebutuhan, bukan keinginan sesaat.
Meluangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga, bukan hanya mengejar target kerja.
Menyisihkan harta untuk sedekah, bukan sekadar menumpuk tabungan.
Kesederhanaan adalah seni memilih yang penting dan meninggalkan yang berlebihan. Dengan cara ini, jiwa kita lebih tenang dan tubuh lebih sehat.
Penutup: Kesederhanaan Membawa Kesehatan Jiwa dan Raga
Hidup sederhana adalah obat paling indah yang ditawarkan Abu Zayd al-Balkhī. Melalui Masālih al-Abdan wa al-Anfus, ia mengajarkan bahwa kesederhanaan menjaga jiwa dari kegelisahan, melindungi tubuh dari sakit, dan mempererat hubungan sosial.
Kesederhanaan bukan tentang kekurangan, melainkan tentang kecukupan. Bukan tentang menolak dunia, melainkan tentang menata dunia agar jiwa tetap tenang. Dengan kesederhanaan, kita menemukan kebahagiaan yang tidak bisa dibeli, kebahagiaan yang hanya bisa lahir dari hati yang ridha.
* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
