Kisah
Beranda » Berita » Kisah Nabi SAW Mengutus Surat Dakwah Kepada Para Raja

Kisah Nabi SAW Mengutus Surat Dakwah Kepada Para Raja

Ilustrasi Surat dari Rasulullah

SURAU.CO – Setelah Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriah, lembaran baru dalam sejarah Islam terbuka. Kedamaian relatif memungkinkan Nabi Muhammad SAW untuk mengarahkan pandangannya lebih jauh. Beliau memiliki misi mulia. Tujuannya adalah menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Beliau sadar. Pesan kebenaran harus mencapai para pemimpin. Karenanya, beliau mengambil langkah berani. Beliau memutuskan untuk mengutus surat dakwah. Surat-surat itu ditujukan kepada raja-raja dan kaisar-kaisar besar pada masanya. Ini adalah strategi dakwah yang luar biasa. Itu menunjukkan visi kenabian yang mendalam.

Setiap surat membawa pesan yang sama. Pesan tauhid dan ajakan memeluk Islam. Namun, respons para penguasa sangat bervariasi. Ada yang menerima dengan hormat. Beberapa lainnya menolak dengan angkuh. Bahkan ada yang merobek surat beliau. Kisah-kisah ini menjadi pelajaran berharga. Mereka menggambarkan tantangan dakwah. Mereka juga memperlihatkan akhlak agung Rasulullah SAW.

Heraklius: Kaisar Romawi yang Terkesan

Salah satu penerima surat adalah Heraklius. Ia adalah Kaisar Romawi Timur yang berkuasa. Kekaisaran Romawi merupakan salah satu adidaya kala itu. Nabi Muhammad SAW mengutus Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi. Dihyah membawa surat berharga itu. Heraklius membaca surat tersebut. Dia menunjukkan ketertarikan yang besar. Heraklius lalu memanggil Abu Sufyan. Abu Sufyan kala itu masih musuh Islam. Dia sedang berdagang di Syam.

Heraklius bertanya banyak hal. Dia ingin tahu tentang pribadi Nabi Muhammad SAW. “Bagaimana silsilahnya di antara kalian?” tanya Heraklius. Abu Sufyan menjawab, “Dia berasal dari keturunan mulia.” “Apakah ada di antara kalian yang pernah mengatakan hal serupa sebelumnya?” tanya Heraklius lagi. “Tidak,” jawab Abu Sufyan. “Apakah dia pernah berkhianat?” tanya Heraklius. “Tidak, tapi kami sedang dalam gencatan senjata,” jawab Abu Sufyan. Kemudian Heraklius berkata, “Jika apa yang engkau katakan itu benar, maka dia akan menguasai tempat di bawah kedua kakiku ini.”

Heraklius secara pribadi tampaknya mengakui kebenaran kenabian. Hatinya mungkin condong kepada Islam. Akan tetapi, tekanan dari para pembesar dan bangsawan Romawi sangat kuat. Mereka menentang keras gagasan tersebut. Akhirnya, Heraklius tidak jadi memeluk Islam. Ini menunjukkan dilema seorang pemimpin.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Khosrow II: Raja Persia yang Angkuh

Kisah berbeda terjadi dengan Khosrow II. Ia adalah Raja Persia dari Kekaisaran Sasanian. Persia adalah rival abadi Romawi. Nabi Muhammad SAW mengutus Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi. Abdullah membawa surat kenabian. Respons Khosrow sangat arogan. Dia tidak menghargai surat itu sama sekali. Khosrow bahkan merobek surat Nabi Muhammad SAW.

Dia lalu memerintahkan Badhan. Badhan adalah penguasanya di Yaman. Perintahnya adalah menangkap Nabi Muhammad SAW. Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda. Sabda beliau sangat tegas. “Allah akan merobek-robek kerajaannya.” Kata-kata ini terbukti benar. Kekaisaran Persia mengalami kemunduran drastis. Ia akhirnya runtuh di tangan kaum Muslimin. Ini adalah tanda kekuasaan ilahi.

Al-Mukaukis: Penguasa Mesir yang Bijaksana

Al-Mukaukis adalah penguasa Mesir dan Alexandria. Dia mewakili Kekaisaran Romawi. Rasulullah SAW mengutus Hatib bin Abi Balta’ah. Hatib menyampaikan surat dakwah. Al-Mukaukis tidak memeluk Islam. Namun, ia menunjukkan penghormatan besar. Dia tidak merobek surat itu. Dia justru menyimpannya dengan baik.

Bahkan, ia memberikan hadiah-hadiah istimewa. Hadiah itu untuk Rasulullah SAW. Di antaranya adalah dua budak wanita. Salah satunya bernama Mariah Al-Qibthiyah. Mariah Al-Qibthiyah kemudian menjadi istri Rasulullah SAW. Beliau melahirkan putranya, Ibrahim. Ini adalah respons yang bijaksana. Itu mencerminkan toleransi dan kebijakan.

An-Najasyi: Raja Habasyah yang Adil

An-Najasyi adalah Raja Habasyah (Ethiopia). Beliau seorang Kristen yang adil. Nabi Muhammad SAW mengutus Amr bin Umayyah Ad-Dhamri. Amr membawa surat dakwah. An-Najasyi sudah akrab dengan Islam. Dia sebelumnya telah memberikan perlindungan. Dia melindungi para sahabat yang hijrah ke Habasyah.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

An-Najasyi secara sembunyi-sembunyi memeluk Islam. Hal ini dikuatkan oleh riwayat-riwayat sahih. Ketika An-Najasyi wafat, Rasulullah SAW menyalatkannya. Beliau melakukan salat ghaib untuknya. Ini adalah bukti persaudaraan lintas agama. Itu juga menunjukkan keagungan ajaran Islam.

Al-Harith bin Abi Syammar Al-Ghassani: Raja Syam yang Menolak

Al-Harith bin Abi Syammar Al-Ghassani adalah Raja Syam. Dia juga di bawah kekuasaan Romawi. Rasulullah SAW mengutus Syuja’ bin Wahab Al-Asadi. Syuja’ membawa surat beliau. Al-Harith menolak undangan Islam. Dia bahkan berencana menyerang Madinah. Namun, rencananya tidak terlaksana. Kaisar Heraklius melarangnya. Ini menunjukkan intrik politik.

Badhan: Penguasa Yaman yang Menerima Islam

Badhan awalnya adalah bawahan Khosrow II. Dia penguasa Persia di Yaman. Khosrow memerintahkannya menangkap Nabi Muhammad SAW. Namun, Badhan mendengar berita penting. Dia mendengar bahwa Khosrow telah dibunuh. Pembunuhnya adalah putranya sendiri. Berita ini datang dari Nabi Muhammad SAW. Ini adalah mukjizat kenabian. Badhan terkesan dengan kebenaran ini. Dia akhirnya memeluk Islam. Banyak rakyat Yaman mengikutinya. Ini adalah kemenangan dakwah. Itu menunjukkan kekuatan kebenaran.

Pelajaran Berharga dari Kisah Ini

Kisah-kisah ini mengajarkan banyak hal. Pertama, keberanian Nabi Muhammad SAW sangat luar biasa. Beliau tidak gentar. Beliau berani menghubungi penguasa-penguasa besar. Kedua, dakwah adalah proses yang panjang. Hasilnya tidak selalu instan. Ketiga, kebenaran Islam memiliki daya tarik kuat. Itu menarik hati orang-orang bijaksana. Keempat, setiap respons memiliki konsekuensi. Baik di dunia maupun akhirat.

Diplomasi Islam telah dimulai. Itu dimulai sejak abad ke-7. Nabi Muhammad SAW adalah pelopornya. Beliau bukan hanya pemimpin spiritual. Beliau juga seorang negarawan ulung. Visi beliau melampaui zamannya. Warisan beliau terus menginspirasi. Umat Islam harus terus berdakwah. Mereka harus melakukannya dengan hikmah. Mereka harus mencontoh Rasulullah SAW.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement