Khazanah
Beranda » Berita » Tata Cara Shalat Sunnah Dhuha dan Tahajjud dalam Fathul Mu’in: Cahaya Ibadah di Waktu Tersembunyi

Tata Cara Shalat Sunnah Dhuha dan Tahajjud dalam Fathul Mu’in: Cahaya Ibadah di Waktu Tersembunyi

Ilustrasi shalat dhuha di pagi hari dan tahajjud di malam sunyi menurut Fathul Mu’in
Ilustrasi dua suasana shalat sunnah: dhuha yang bercahaya hangat dan tahajjud yang tenang dalam gelap malam.

Shalat sunnah merupakan hadiah indah dari Allah bagi hamba yang rindu mendekat kepada-Nya. Di antara sekian banyak shalat sunnah, shalat dhuha dan tahajjud menempati posisi khusus. Keduanya hadir di waktu yang sunyi—dhuha ketika matahari naik meninggi, tahajjud ketika malam larut dan manusia terlelap.

Dalam kitab Fathul Mu’in, Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari menuliskan penjelasan rinci tentang shalat sunnah dhuha dan tahajjud. Para santri dan ulama terus mewariskan kitab ini di pesantren hingga sekarang sebagai pegangan utama dalam tradisi fikih Syafi’iyah di Nusantara.

Allah berfirman tentang shalat malam:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسٰى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajjud sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’: 79)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menunaikan tahajjud bukan sekadar ibadah tambahan, tetapi jalan menuju derajat mulia.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Rasulullah ﷺ juga menegaskan keutamaan dhuha dalam hadits:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ… وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يُرَكِّعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Setiap persendian kalian memiliki kewajiban sedekah setiap pagi… semua itu dicukupi oleh dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim)

Mari kita telusuri tata cara shalat sunnah dhuha dan tahajjud sebagaimana dijelaskan Fathul Mu’in, sekaligus memaknai keindahan spiritual yang terkandung di dalamnya.

Shalat Sunnah Dhuha dalam Fathul Mu’in

Waktu Pelaksanaan Dhuha

Syekh Zainuddin al-Malibari dalam Fathul Mu’in menegaskan bahwa umat Islam boleh memulai shalat dhuha setelah matahari terbit setinggi tombak (sekitar 15 menit setelah syuruq) dan menunaikannya hingga menjelang zawal (tergelincir matahari). Waktu paling utama terjadi ketika matahari semakin meninggi dan udara mulai hangat.

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha

Kitab ini menjelaskan bahwa muslim dapat melaksanakan shalat dhuha minimal dua rakaat dan maksimal dua belas rakaat. Rasulullah ﷺ tidak menetapkan batas yang kaku, namun beliau menganjurkan minimal dua rakaat sebagai wujud syukur.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Tata Cara Pelaksanaan Dhuha

  • Berniat di dalam hati untuk shalat sunnah dhuha.

  • Membaca doa iftitah, al-Fatihah, dan surat pilihan. Surat yang dianjurkan antara lain asy-Syams, ad-Dhuha, atau al-Kafirun pada rakaat pertama, serta al-Ikhlas pada rakaat kedua.

  • Melaksanakan rukuk, i’tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujud seperti dalam shalat wajib.

  • Memberi salam setelah dua rakaat. Jika ingin menambah rakaat, lakukan shalat per dua rakaat.

Keutamaan Dhuha

Syekh Zainuddin menegaskan bahwa umat Islam yang menunaikan shalat dhuha termasuk golongan orang-orang yang kembali kepada Allah (shalat al-awwabin). Shalat ini menjadi simbol rasa syukur atas nikmat kesehatan, rezeki, dan waktu.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Shalat Sunnah Tahajjud dalam Fathul Mu’in

Waktu Pelaksanaan Tahajjud

Fathul Mu’in menerangkan bahwa seorang muslim melaksanakan tahajjud setelah tidur di malam hari hingga menjelang subuh. Waktu paling utama terjadi pada sepertiga malam terakhir, ketika doa seorang hamba lebih dekat dengan ijabah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ…
“Tuhan kita turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jumlah Rakaat Shalat Tahajjud

Syekh Zainuddin menjelaskan bahwa muslim boleh menunaikan tahajjud minimal dua rakaat tanpa batas maksimal. Namun, mengikuti sunnah Nabi ﷺ, kebanyakan orang menunaikan delapan rakaat dan menutupnya dengan witir tiga rakaat.

Tata Cara Pelaksanaan Tahajjud

  • Tidur terlebih dahulu, meski sebentar, agar shalat yang dilakukan terhitung sebagai tahajjud.

  • Bangun dengan niat shalat tahajjud.

  • Menunaikan shalat per dua rakaat dengan salam.

  • Membaca surat pilihan, disunnahkan yang panjang agar lebih khusyuk, misalnya al-Baqarah, Ali Imran, atau surat lain sesuai kemampuan.

  • Setelah selesai, membaca doa tahajjud dengan penuh kerendahan hati.

Doa Shalat Tahajjud

Rasulullah ﷺ mengajarkan doa yang masyhur setelah tahajjud:
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ…
“Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu. Engkaulah Pemelihara langit dan bumi…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hikmah Spiritual dari Dhuha dan Tahajjud

  1. Menguatkan Syukur – Shalat dhuha mengajarkan kita untuk bersyukur atas rezeki yang Allah berikan. Setiap sendi tubuh bersaksi atas rasa syukur yang kita wujudkan melalui rakaat dhuha.

  2. Mendekatkan Hati pada Allah – Tahajjud menjadi momen intim antara hamba dan Rabb. Kesunyian malam menjadikan doa lebih jernih, zikir lebih dalam, dan tangis lebih ikhlas.

  3. Menyehatkan Jiwa dan Raga – Kedua shalat sunnah ini tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga menyehatkan fisik dan mental. Dhuha menyegarkan tubuh di pagi hari, sementara tahajjud menenangkan batin setelah lelah seharian.

  4. Jalan Menuju Derajat Mulia – Syekh Zainuddin menekankan bahwa shalat sunnah, terutama tahajjud, dapat mengangkat derajat hamba di sisi Allah.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Kesibukan zaman membuat banyak orang melupakan shalat dhuha dan tahajjud. Padahal, kedua shalat sunnah ini dapat menjadi oase spiritual yang menyegarkan jiwa. Dhuha memberi semangat produktivitas di pagi hari, sedangkan tahajjud melahirkan ketenangan yang menyeimbangkan ambisi duniawi.

Fathul Mu’in hadir sebagai pengingat bahwa syariat Islam tetap relevan sepanjang masa. Dhuha dan tahajjud bukan sekadar tradisi, melainkan energi rohani yang menuntun langkah kita di tengah gejolak kehidupan modern.

Penutup

Shalat dhuha dan tahajjud menurut Fathul Mu’in bagaikan lentera yang menyinari hati. Dhuha menebarkan cahaya syukur di pagi hari, sedangkan tahajjud menghamparkan ketenangan di malam gelap.

Hidup tanpa shalat sunnah ibarat perjalanan tanpa jeda. Mari kita sisihkan waktu, meski hanya dua rakaat. Semoga langkah kecil ini menjadi cahaya yang menuntun kita hingga akhir hayat.

“Seperti embun yang turun diam-diam, dhuha dan tahajjud menyentuh hati yang tulus. Keduanya mengajarkan bahwa sunyi bukan kekosongan, melainkan ruang untuk bertemu dengan-Nya.”

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqra’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement