SURAU.CO-Sa‘d ibn Ubadah adalah seorang sahabat Anshar dari suku Khazraj, keturunan Bani Saidah. Ayahnya bernama Ubadah ibn Dulaim ibn Haritsah ibn Abu Hazimah (ada juga yang mengatakan, ayahnya adalah Haritsah ibn Hizam ibn Hazimah ibn Tsa‘labah ibn Tharif ibn al-Khazraj).
Ia hadir dalam peristiwa Baiat Aqabah kedua bersama kalangan Anshar lain, baik dari suku Aus maupun Khazraj. Ia juga termasuk dua belas orang yang mendapat amanat sebagai pimpinan kaum Anshar.
Mendapatkan siksaan dari kafir Quraisy
Setelah kaum Anshar berjanji setia kepada Rasulullah, para pemuka kafir Quraisy mencegat Sa‘d ibn Ubadah. Mereka membawanya ke Ummul Qura (Makkah), dan memukulinya hingga nyaris tewas. Beruntung al-Harits ibn Harb melihat peristiwa itu dan menyelamatkannya dari maut.
Setelah itu, ia kembali ke Madinah dengan hati penuh keyakinan kepada Islam dan Rasulullah saw.Kemudian ia menjadi salah seorang penolong Rasulullah dalam memerangi kaum musyrik.
Pribadi yang dermawan
Sa‘d ibn Ubadah terkenal sebagai orang yang dermawan sekaligus mendapat penghormatan dari banyak orang. Ada seorang sahabat Anshar yang datang ke rumahnya bersama dua atau tiga orang Muhajirin. Merasa punya hidangan daging yang cukup banyak, Sa‘d memanggil lebih banyak sahabat untuk datang ke rumahnya. Mereka pun makan bersama.
Karena kedermawanannya, sampai-sampai bahwa tak ada seorang pun yang memberi makan sampai empat kali berturut-turut di satu rumah selain Qais ibn Sa‘d ibn Ubadah ibn Dulaim. Keluarga itu memang gemar menolong orang yang membutuhkan.
Rasulullah bertamu ke rumah Sa‘d ibn Ubadah
Ibn al-Mutsanna meriwayatkan dari al-Walid ibn Salim dari al-Auza’i dari Yahya ibn Abu Katsir dari Muhammad ibn Abdurrahman ibn As‘ad ibn Zararah bahwa Qais ibn Sa‘d berkata, “Suatu hari Rasulullah mengunjungi rumah kami, kemudian beliau mengucapkan salam, ‘Assalamu ‘alaykum.’ Sa‘d menjawab salam beliau dengan suara pelan sehingga aku bertanya kepadanya, ‘Apakah kau tidak mengizinkan Rasulullah?’ Ia menjawab, ‘Aku ingin beliau mengucapkan salam lebih banyak lagi untuk kita.’ Dan memang kemudian Rasulullah kembali mengucapkan salam, ‘Assalam.’
Karena merasa tidak ada yang menjawab salam, Rasulullah berbalik pulang. Sa‘d bergegas keluar dan menghampiri Rasulullah lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sebenarnya aku mendengar ucapan salammu dan aku menjawabnya dengan suara pelan agar Tuan mengucapkan lagi salam untuk kami.’
Jubah untuk Rasulullah
Maka, Rasulullah saw. kembali ke rumah Sa‘d dan ia mempersilakan beliau mandi. Lalu Sa‘d memakaikan jubah yang telah ia beri wewangian Za’faran. Beliau berkenan mengenakan jubah itu, kemudian memanjatkan doa, ‘Ya Allah, jadikanlah shalawat-Mu dan rahmat-Mu atas keluarga Sa‘d ibn Ubadah.’”
Sa‘d pernah berdoa, “Ya Allah, yang sedikit tak memberiku kebaikan dan aku tak dapat berbuat baik lantaran yang sedikit itu.” Kemudian ia melanjutkan doanya, “Ya Allah, karuniai aku harta, karena tak ada yang dapat memperbaiki perbuatan selain harta.” Sa‘d lahir dan berkembang dalam keluarga yang dermawan lagi berakhlak mulia sehingga ia menjadi sosok yang dermawan dan berbudi luhur. Setiap kali memiliki makanan tertentu, ia selalu memberi kepada Rasulullah.
Sepertiga kurma Madinah dari Sa‘d ibn Ubadah
Sa‘d adalah pemegang panji kaum Anshar dalam berbagai peperangan bersama Rasulullah. Pada saat Perang Khandaq, ia memberikan sepertiga kurma Madinah kepada Uyainah ibn Hishn agar diberikan kepada kaumnya dari Nejed.
Terdapat riwayat ketika kaum Quraisy dan sekutu mereka mengepung Madinah, Rasulullah saw. memanggil para pemimpin pasukan dan berunding dengan mereka untuk menghadapi situasi yang semakin memanas. Beliau mengusulkan untuk memecah kesatuan pasukan musuh dan memperdaya mereka. Rasul menyarankan untuk membujuk pasukan Nejed agar memisahkan diri dari pasukan Quraisy dan menjanjikan untuk mereka sepertiga buah-buahan Madinah. Pasukan Nejed mereka pilih karena merasa kecewa dipimpin oleh kabilah Ghatafan. Tentu mereka akan berpikir lagi jika terdapat sesuatu janji yang menguntungkan.
Rasulullah segera mengumpulkan orang-orang dan menyampaikan gagasannya itu. Beliau menjelaskan keuntungan yang akan kaum muslim dapatkan jika pasukan Nejed mundur dan pulang ke negeri mereka. Orang-orang menyetujui usulannya. Jika pasukan Nejed pulang, tentu pasukan muslim dapat menyerang sisa pasukan musuh yang tercerai-berai.
Sanggahan dari Sa’ad ibn Muaz
Namun, Sa‘d ibn Muaz, pemimpin suku Aus, dan Sa‘d ibn Ubadah, pemimpin suku Khazraj, menghadap Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ini murni gagasanmu, ataukah ini merupakan perintah Allah yang harus kami laksanakan?” Rasul menjawab, “Ini murni gagasanku. Aku menyampaikannya karena melihat bahwa semua bangsa Arab menyerang kalian dengan satu lemparan. Mereka berupaya menghancurkan kalian dari segala sisi. Aku ingin mengoyak kesatuan mereka sehingga kekuatan mereka melemah.”
Sa‘d ibn Muaz berkata, “Sesungguhnya orang-orang Nejed tidak pernah makan buah-buahan Madinah kecuali setelah membelinya atau jika mereka bertamu di rumah kami. Bagaimana mungkin kami memberi mereka harta kami?” Kemudian Sa‘d melanjutkan kata-katanya, “Kami hanya akan memberi mereka pedang kami.”
Sa‘d mengambil lembaran perjanjian yang rencananya akan ditawarkan kepada Bani Nejed kemudian menghapusnya sambil berkata, “Tidak, lebih baik kami memerangi mereka.” Akhirnya, rencana itu tidak jadi dijalankan.
Sa‘d ibn Ubadah : pribadi pencemburu
Sa‘d ibn Ubadah adalah orang yang sangat pencemburu. Al-Alusi menuturkan dalam Ruhul Ma‘ani: hukuman bagi orang yang menuduh zina kepada wanita ajnabiyyah adalah sama dengan hukuman orang yang menuduh zina kepada istrinya. Imam Abu Dawud dan perawi lain mengutip riwayat dari Ibn Abbas bahwa ketika turun firman Allah: dan orang yang menuduh wanita baik-baik (berbuat zina)…, Sa‘d ibn Ubadah, yang merupakan tokoh penting kalangan Anshar, bertanya, “Apakah memang demikian ayat itu diturunkan, wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda kepada orang Anshar, “Wahai kaum Anshar, tidakkah kalian mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pemimpin kalian?”
Para sahabat Anshar menjawab, “Jangan pedulikan dia, wahai Rasulullah. Sesungguhnya ia adalah laki-laki yang sangat pencemburu! Setiap kali menikah, ia hanya menikahi perawan; dan ketika ia menceraikan istrinya, tidak ada seorang pun di antara kami yang berani menikahinya, karena ia sangat pencemburu.”
Sa‘d berujar, “Demi Allah, wahai Rasulullah, aku benar-benar sadar dan meyakini kebenaran ayat itu. Dan, aku yakin, ayat itu datang dari Allah. Hanya saja aku heran, karena ketika ada seorang wanita berzina, aku tidak akan berani mengecam dan menuntutnya kecuali aku dapat mendatangkan empat orang saksi. Dan, demi Allah, keempat orang saksi itu harus benar-benar melihatnya berzina.”
Rasulullah saw. bersabda, “Sa‘d pencemburu. Sesungguhnya aku lebih pencemburu daripada Sa‘d. Dan, Allah Maha Pencemburu dari kita. Allah cemburu jika larangan-larangan-Nya dilanggar.”
Hasrat menjadi khalifah
Setelah Nabi saw. wafat, Sa‘d berhasrat menjadi khalifah sehingga ia ikut serta dalam pertemuan para sahabat di Tsaqifah Bani Saidah dengan harapan kaum muslim membaiat dirinya. Namun, Abu Bakr dan Umar datang ke tempat itu. Setelah perdebatan yang seru, akhirnya semua orang membaiat Abu Bakr sebagai khalifah. Mereka mengacuhkan keberadaan Sa‘d. Saat itu, Sa‘d tidak ikut membaiat Abu Bakr atau Umar.
Setelah pertemuan itu ia pergi menuju Syam. Ia memilih tinggal di daerah Hawran hingga wafat pada 15 H (ada yang mengatakan 14 H, ada juga yang mengatakan 11 H). Ia wafat di tempat mandinya. Saat ditemukan tubuhnya telah membiru. Tak seorang pun tahu bahwa ia telah wafat sampai terdengar suara dari dalam sumur yang tak terlihat sosoknya:
“Kami telah membunuh pemuka kaum Khazraj, Sa‘d ibn Ubadah. Kami menghujaninya dengan dua panah, tetapi kami tak bisa mengenai jantungnya.”
Ketika dua pemuda mendengar suara yang keluar dari dalam sumur itu, mereka kebingungan dan takut. Kemudian mereka memanggil orang-orang dan menemukan jenazah Sa‘d di Sana. Hingga saat ini tempat itu masih terawat. Ada yang mengatakan bahwa sumur itu dengan sebutan sumur Munabbah, namun ada juga yang menyebutkan namanya sebagai sumur Sukun.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
