Ibadah
Beranda » Berita » Meraih Keberkahan Sebelum Terlambat: Bersegeralah dalam Beramal Shalih

Meraih Keberkahan Sebelum Terlambat: Bersegeralah dalam Beramal Shalih

Bersegeralah dalam Beramal Shalih. Ilustrasi canva.com.

SURAU.CO – Hidup di dunia ini sangatlah singkat. Oleh karena itu, waktu berjalan begitu cepat. Setiap Muslim tentu berharap meraih kebahagiaan abadi. Memang, jalan menuju kebahagiaan itu adalah amal saleh. Namun demikian, seringkali kita menunda berbuat kebaikan. Sebagai contoh, kita beralasan sibuk atau menunggu waktu yang tepat. Padahal, Islam mengajarkan urgensi bersegera. Artinya, kita harus segera melaksanakan amal saleh. Mengapa ini penting? Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas. Kita akan memahami perintah bersegera, sekaligus belajar risikonya jika menunda.

Perintah Bersegera dalam Beramal Shalih

Allah SWT dan Rasul-Nya telah memberi banyak petunjuk. Mereka menekankan pentingnya bersegera dalam kebaikan. Ini bukan hanya anjuran biasa. Sebaliknya, ini adalah perintah tegas bagi setiap Muslim.

Al-Qur’an secara jelas memerintahkan hal ini. Allah SWT berfirman:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133).
Ayat ini sangat kuat maknanya. Ia memotivasi kita untuk terus beramal. Kita harus berlomba-lomba mencari ampunan, dan juga mengejar surga. Tujuan ini, tidak diragukan lagi, adalah tujuan tertinggi seorang hamba.

Di ayat lain, Allah juga berfirman:
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Hadid: 21).
Perintah “berlomba-lomba” ini semakin menegaskan urgensi beramal. Oleh karena itu, kita tidak boleh menunda amal saleh. Bahkan, kita harus bersaing dalam kebaikan.

Makna “bersegera” atau “berlomba-lomba” bukan terburu-buru. Tentu saja, kita tidak boleh melakukannya tanpa perencanaan matang. Sebaliknya, maknanya adalah tidak menunda-nunda. Kita harus segera melaksanakan niat baik. Jangan biarkan setan membisikkan keraguan. Jangan pula biarkan rasa malas menguasai diri.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ancaman dan Risiko Menunda Kebaikan: Tujuh Perkara Penghalang

Rasulullah SAW memperingatkan umatnya. Ada banyak penghalang amal saleh yang mungkin datang. Hal-hal ini bisa muncul kapan saja. Oleh karena itu, inilah alasan mengapa kita harus bersegera. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Bersegeralah beramal sebelum datang tujuh perkara: kefakiran yang membuat lupa, kekayaan yang membuat lalai, sakit yang merusak tubuh, masa tua yang membuat pikun, kematian yang datang tiba-tiba, Dajjal, seburuk-buruknya makhluk yang gaib, dan Kiamat, padahal Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (HR. Muslim).

Hadis ini sangat mendalam. Ia menjelaskan beragam kondisi yang berpotensi terjadi. Kondisi-kondisi ini, pada akhirnya, dapat menghalangi kita beramal.

  1. Kefakiran yang Membuat Lupa: Kemiskinan ekstrem bisa menyita fokus. Akibatnya, seseorang terlalu sibuk mencari nafkah, sehingga ia melupakan kewajiban ibadah.

  2. Kekayaan yang Membuat Lalai: Harta berlimpah juga bisa menjadi ujian berat. Seseorang terlena dengan kesenangan dunia, lalu lupa untuk bersyukur dan beramal.

  3. Sakit yang Merusak Tubuh: Sakit parah bisa menghambat ibadah secara drastis. Seseorang kehilangan kemampuan fisik, sehingga ia tidak bisa shalat berdiri atau berpuasa.

    Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

  4. Masa Tua yang Membuat Pikun: Usia lanjut membawa kelemahan yang tak terhindarkan. Ingatan bisa menurun drastis, menyebabkan seseorang sulit melakukan ibadah.

  5. Kematian yang Datang Tiba-tiba: Kematian tidak mengenal waktu. Ia bisa menjemput kapan saja. Oleh karena itu, seseorang mungkin tidak punya kesempatan bertobat.

  6. Dajjal: Munculnya Dajjal adalah fitnah besar bagi umat manusia. Ia adalah ujian terberat bagi iman, sehingga seseorang bisa tergoda olehnya.

  7. Kiamat: Kiamat adalah puncak kehancuran alam semesta. Pada saat itu, tidak ada lagi kesempatan beramal, hanya ada pertanggungjawaban.

Selain tujuh perkara ini, kematian dapat datang mendadak kapan pun. Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Menunda amal saleh berarti kehilangan kesempatan emas yang mungkin tak terulang. Itu berarti melewatkan pahala besar dari Allah. Godaan setan juga selalu ada. Ia akan membisikkan rasa malas. Bahkan, ia akan menunda niat baik kita secara terus-menerus.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Urgensi Waktu dan Umur yang Singkat

Setiap jiwa pasti merasakan mati. Allah SWT berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185). Ini adalah kepastian hidup yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun. Umur kita di dunia sangat terbatas. Kita tidak bisa menambahnya walau sedetik pun.

Waktu adalah pedang. Jika kita tidak menggunakannya dengan baik, ia akan memotong kita. Setiap detik yang berlalu tidak akan kembali. Kesempatan beramal juga terbatas. Kita tidak tahu berapa banyak lagi kesempatan tersisa. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan setiap momen. Kita harus mengisi waktu dengan kebaikan secara optimal.

Keutamaan Beramal Shalih

Bersegera dalam amal saleh membawa banyak keutamaan. Ini adalah motivasi besar bagi kita untuk beramal.

  1. Ampunan Dosa: Melakukan kebaikan membuka pintu ampunan Allah. Memang, Allah Maha Penerima Tobat, dan rahmat-Nya luas tak terbatas.

  2. Surga: Amal saleh adalah kunci menuju surga. Allah telah menjanjikannya bagi orang bertakwa, sebuah janji yang pasti terwujud.

  3. Kedekatan dengan Allah: Hamba yang rajin beramal saleh dicintai Allah. Ini mendekatkan mereka kepada-Nya, meningkatkan derajat spiritual mereka.

  4. Ketenangan Hati: Kebaikan membawa kedamaian batin yang sejati. Hati menjadi tenang dan tenteram, terbebas dari kegelisahan duniawi.

  5. Pahala Berlipat Ganda: Allah membalas amal baik dengan pahala besar. Bahkan, pahalanya bisa berlipat ganda, menunjukkan kemurahan-Nya.

Ini semua adalah motivasi kuat bagi seorang Muslim. Oleh karena itu, kita harus segera beramal saleh tanpa menunda.

Membangun Kebiasaan Baik dan Konsistensi

Bersegera dalam amal saleh membutuhkan strategi yang tepat. Kita tidak bisa hanya mengandalkan niat semata.

  1. Mulai dari yang Kecil: Jangan menunggu amal besar yang sulit. Mulailah dengan kebaikan kecil yang mudah dilakukan sehari-hari. Misalnya, senyum, menyingkirkan duri di jalan, atau membantu sesama.

  2. Niat Kuat dan Ikhlas: Perbaharui niat setiap saat sebelum beramal. Lakukan amal karena Allah semata, bukan karena pujian manusia.

  3. Mencari Lingkungan Mendukung: Bertemanlah dengan orang saleh. Mereka akan memotivasi kita untuk berbuat baik. Sebuah lingkungan yang baik, pada gilirannya, menumbuhkan kebaikan.

  4. Melawan Bisikan Malas: Sadari bisikan setan yang ingin menghalangi kita. Lawan rasa malas dengan tekad kuat. Selalu ingatlah ganjaran di akhirat.

  5. Konsep Istiqamah: Konsisten dalam beramal saleh sangat penting. Meskipun amalannya sedikit, yang terpenting adalah rutin dilakukan. Amalan kecil yang rutin, sejatinya, lebih baik daripada amal besar yang sesekali.

Bersegera dalam amal saleh adalah perintah ilahi yang fundamental bagi umat manusia. Ini adalah kunci meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Kita tidak boleh menunda kebaikan, sebab banyak penghalang yang bisa datang tiba-tiba tanpa kita duga. Mengingat waktu dan umur kita sangat terbatas, mari kita manfaatkan setiap kesempatan yang ada. Kita harus mengisi hidup dengan amal saleh secara maksimal. Tindakan ini, pada akhirnya, akan membawa ampunan, surga, dan kedekatan dengan Allah.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement