Khazanah
Beranda » Berita » Takut Itu Bayangan, Bukan Wujud Nyata

Takut Itu Bayangan, Bukan Wujud Nyata

ilustrasi takut itu hanya bayangan bukan nyata
Ilustrasi manusia menghadapi bayangan ketakutan yang tidak nyata, sementara cahaya mengusir kegelapan

Surau.co. Takut adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Sejak kecil, kita sering merasa takut pada hal-hal yang sebenarnya tidak berwujud nyata: kegelapan, suara asing di malam hari, atau sekadar bayangan yang bergerak. Seiring bertambahnya usia, rasa takut itu berubah bentuk: takut gagal, takut miskin, takut ditinggalkan, bahkan takut pada masa depan yang belum terjadi. Namun, sebagaimana dijelaskan Abu Zayd al-Balkhī dalam Masālih al-Abdan wa al-Anfus, takut pada dasarnya hanyalah bayangan pikiran, bukan wujud nyata yang harus selalu kita tunduki.

Dalam kitab tersebut, al-Balkhī mengajarkan bahwa jiwa manusia sering kali tertipu oleh khayalan. Ketika bayangan ketakutan diperbesar oleh imajinasi, tubuh ikut bereaksi dengan kegelisahan. Hati berdegup kencang, tidur terganggu, dan kesehatan fisik melemah. Inilah bukti bahwa pikiran dan tubuh tidak bisa dipisahkan: keduanya saling memantulkan kondisi masing-masing.

Takut dalam Kehidupan Sehari-hari

Pernahkah kita merasakan jantung berdegup kencang hanya karena membayangkan kegagalan sebelum ujian? Atau rasa was-was berlebihan ketika mendengar berita buruk di televisi? Ketakutan itu, meskipun belum terbukti nyata, mampu menguasai perasaan kita.

Al-Balkhī menulis dengan jelas:

“الْخَوْفُ إِذَا غَلَبَ عَلَى النَّفْسِ أَضْعَفَ الْجِسْمَ وَأَذْهَبَ الْقُوَّةَ”
“Rasa takut yang berlebihan jika menguasai jiwa akan melemahkan tubuh dan menghilangkan kekuatan.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Dengan kata lain, takut bukan hanya urusan batin, melainkan bisa menimbulkan efek fisik.

Islamq Mengajarkan Ketenangan

Ketakutan yang wajar memang perlu, karena ia bisa menjaga kita dari bahaya. Namun, bila berlebihan, ia justru menutup pintu harapan. Al-Qur’an mengingatkan:

﴿الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ﴾ (الأنعام: 82)
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan imannya dengan kezhaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An‘ām: 82)

Ayat ini menegaskan bahwa ketenangan sejati hanya lahir dari iman. Takut kepada Allah membebaskan kita dari ketakutan terhadap bayangan dunia.

Obat Rasa Takut Menurut Al-Balkhī

Al-Balkhī tidak berhenti pada diagnosis. Ia menawarkan solusi praktis untuk menghadapi rasa takut:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“مِنْ عِلَاجِ الْخَوْفِ أَنْ يُعَوِّدَ الْإِنْسَانُ نَفْسَهُ عَلَى التَّفْكِيرِ فِي الْأَسْبَابِ الْحَقِيقِيَّةِ لِلْأُمُورِ”
“Di antara cara mengobati rasa takut adalah membiasakan diri berpikir tentang sebab-sebab yang nyata dari suatu perkara.”

Dengan kata lain, kita diajak untuk membedakan antara kekhawatiran imajiner dan ancaman nyata. Bila ketakutan hanyalah bayangan, maka ia tidak layak membuat hidup kita lumpuh.

Selain itu, ia menekankan pentingnya mengalihkan pikiran dengan aktivitas positif. Sebab, jiwa yang sibuk dengan kebaikan akan lebih kuat menghadapi kecemasan.

Menjadikan Takut sebagai Guru

Menariknya, al-Balkhī juga melihat sisi positif dari rasa takut. Ia menulis:

“لَوْلَا الْخَوْفُ، مَا احْتَرَزَ الْإِنْسَانُ مِنَ الْمَهَالِكِ”
“Seandainya tidak ada rasa takut, niscaya manusia tidak akan berhati-hati dari kebinasaan.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Artinya, rasa takut memiliki peran mendidik. Ia mengajarkan kewaspadaan dan mencegah kita dari sikap gegabah. Namun, seperti api, rasa takut harus dikendalikan: cukup hangat untuk memberi peringatan, tetapi jangan sampai membakar habis keberanian.

Mengubah Takut Menjadi Cahaya

Ketika rasa takut datang, kita punya pilihan: membiarkannya menguasai atau mengubahnya menjadi cahaya petunjuk. Nabi ﷺ bersabda:

«لَا تَخَافُوا إِلَّا اللَّهَ»
“Janganlah kalian takut kecuali kepada Allah.” (HR. Ibn Majah)

Takut kepada Allah adalah bentuk tertinggi dari keberanian. Ia membebaskan kita dari bayangan palsu, sekaligus menguatkan langkah di jalan kebenaran.

Menutup Bayangan, Membuka Cahaya

Takut hanyalah bayangan yang bisa diperbesar atau diperkecil oleh pikiran. Bila kita memilih untuk menatap cahaya iman, bayangan itu akan hilang dengan sendirinya. Al-Balkhī, melalui tulisannya, mengingatkan bahwa jiwa manusia lebih kuat daripada yang kita bayangkan. Kesadaran, doa, dan usaha adalah senjata ampuh melawan ketakutan semu.

Dengan memahami hakikat takut, kita belajar bahwa hidup tidak seharusnya dikendalikan oleh bayangan. Sebaliknya, hidup adalah perjalanan penuh cahaya, di mana rasa takut hanya menjadi pengingat agar kita tetap rendah hati, waspada, dan dekat kepada Allah.

 

* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement