SURAU.CO. “Jalan Meraih Manisnya Iman” adalah ungkapan yang merujuk pada upaya untuk mencapai kenikmatan, ketenangan, dan kebahagiaan sejati dalam beriman kepada Allah SWT. Hadis Rasulullah SAW menjelaskan makna manisnya iman dari tiga perkara: pertama, mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segalanya; kedua, mencintai orang lain semata-mata karena Allah; dan ketiga, membenci kembali ke kekufuran setelah diberi hidayah, seperti membenci dilemparkan ke dalam api neraka. Ketiga hal ini, yang bersumber dari hadis Rasulullah, akan membuat ibadah terasa nikmat dan ketaatan menjadi ringan.
Seorang yang telah mendapatkan manisnya iman akan merasakan kenikmatan luar biasa dalam ketaatan kepada Allah SWT, di mana ia akan merasa ringan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan mudah meninggalkan hal-hal yang dilarang. Ia akan merasakan manisnya iman ketika memiliki tiga hal: lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada segalanya, mencintai orang lain karena Allah, dan membenci kekufuran lebih dari ketakutan dilemparkan ke neraka. Hati seseorang akan lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada segala sesuatu yang lain, termasuk harta, keluarga, dan keinginan pribadi. Seseorang akan mencintai dan membenci orang lain, atau melakukan sesuatu, hanya semata-mata karena Allah SWT semata. Ketakutan seseorang terhadap api neraka tidak akan menghentikannya untuk membenci kekufuran dan kembali ke jalan yang menyesatkan.
Tiga Hal yang Membuat Seseorang Merasakan Manisnya Iman
- Mencintai Allah dan Rasul-Nya Lebih dari Apapun
Wujud cinta: Mencintai Allah berarti mengakui-Nya sebagai Tuhan yang menciptakan manusia dan alam semesta, serta hanya bergantung kepada-Nya. Mencintai Rasulullah berarti meneladani sunnah dan ajarannya.
Dampak: Kecintaan ini akan membuat seseorang rela berkorban demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga merasakan kelezatan dalam setiap ibadah, seperti berzikir, salat, atau menjalankan puasa.
- Mencintai Orang Lain Semata-mata karena Allah
Niat yang ikhlas: Ini berarti mencintai seseorang karena keimanannya dan keyakinannya, bukan karena tujuan duniawi seperti harta, pangkat, atau status sosial.
Manfaat: Orang yang mencintai karena Allah akan saling mengingatkan dalam kebaikan, mengajak pada kebenaran, dan melarang dari perbuatan yang membinasakan.
- Mencintai Kekufuran Itu Lebih Membenci Neraka
Kondisi batin: Seseorang akan merasakan manisnya iman ketika ia membenci kembali kepada kekufuran dan kemaksiatan setelah taat, seperti ia sangat membenci dilemparkan ke dalam api neraka.
Pencapaian: Ini menandakan hati yang sudah kokoh dalam keimanan, di mana kelezatan iman begitu terasa sehingga membuat seseorang lebih memilih jalan kebaikan daripada kembali ke jalan kesesatan.
Bagaimana Menumbuhkan Ketiga Hal Tersebut?
Mendahulukan Ketaatan:
Melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menanggung beban berat dalam beragama dengan mendahulukan agama di atas kepentingan dunia.
Kesadaran Hati:
Menyadari bahwa apa yang menimpa seseorang bukanlah karena kesalahannya dan apa yang bukan kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa musibah.
Menjaga Pandangan:
Mengendalikan pandangan dari hal-hal yang diharamkan dapat membantu merasakan manisnya iman, dan hal ini akan menggantikan segala sesuatu yang hilang karena Allah.
Tiga perkara untuk meraih manisnya iman
Berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim, ada tiga hal utama yang menjadi jalan untuk merasakan manisnya iman:
- Mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segalanya. Ini adalah fondasi dari keimanan. Cinta yang mendalam kepada Allah akan membuat seorang Muslim merasa ringan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
- Mencintai seseorang semata-mata karena Allah. Cintanya kepada orang lain tidak didasari oleh harta, kedudukan, atau hal-hal duniawi lainnya, melainkan karena keimanan dan ketakwaannya kepada Allah.
- Membenci kembali kepada kekufuran. Setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran, ia sangat membenci untuk kembali pada kekufuran, sebagaimana ia membenci jika dilemparkan ke dalam api neraka.
Ciri-ciri orang yang telah merasakan manisnya iman
Orang yang telah menempuh jalan ini akan menunjukkan beberapa ciri, di antaranya:
- Merasa nikmat dalam ketaatan. Ibadah tidak lagi terasa sebagai beban, melainkan sebagai kebutuhan dan sumber ketenangan.
- Merasa bahagia dan gembira dalam hati. Kebahagiaan ini melebihi kesenangan duniawi dan memancar kepada orang-orang di sekitarnya.
- Hidupnya berorientasi akhirat. Mereka menyadari bahwa harta, jabatan, atau popularitas tidak memberikan kebahagiaan sejati, melainkan kedekatan dengan Allah.
- Memiliki ketenangan batin. Jiwanya akan merasa lapang dan tenang setelah melakukan ibadah.
(mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
