Khazanah
Beranda » Berita » Rahasia Nafsu dan Akal: Lautan yang Tak Pernah Kering

Rahasia Nafsu dan Akal: Lautan yang Tak Pernah Kering

Ilustrasi lautan nafsu dan cahaya akal yang menyeimbangkan jiwa manusia
Ilustrasi simbolik hubungan nafsu dan akal sebagai lautan dan cahaya yang menuntun.

Surau.co. Rahasia nafsu dan akal selalu menjadi misteri yang mengalir sepanjang sejarah manusia. Sejak zaman dahulu, para filsuf dan ulama telah menyingkap hubungan keduanya sebagai kekuatan yang bisa saling melengkapi, tetapi juga bisa saling menghancurkan. Dalam Masālih al-Abdan wa al-Anfus, Abu Zayd al-Balkhi menggambarkan tubuh dan jiwa sebagai dua lautan yang tak pernah kering. Di dalamnya, nafsu berombak liar sementara akal menjadi pantai yang menenangkan.

Frasa rahasia nafsu dan akal muncul berulang dalam pesan-pesan hikmah al-Balkhi. Ia menekankan bahwa kebahagiaan bukan hanya tentang tubuh yang sehat, tetapi juga jiwa yang mampu menyeimbangkan dorongan nafsu dengan bimbingan akal.

Ketika Nafsu Membisikkan Keinginan Tanpa Batas

Setiap hari kita berhadapan dengan nafsu: ingin memiliki lebih banyak, ingin terlihat sempurna, ingin dihargai. Abu Zayd al-Balkhi menulis:

“النَّفْسُ لَا تَشْبَعُ، وَإِنْ أُعْطِيَتْ مَا تَمَنَّتْ زَادَتْ فِي طَلَبِهَا.”
“Jiwa tidak akan pernah merasa puas. Jika diberi apa yang ia inginkan, ia akan menambah lagi dalam permintaannya.”

Kalimat ini menyentuh realitas modern: manusia tidak pernah berhenti menginginkan. Kita membeli gawai terbaru, lalu segera ingin yang lebih baru. Nafsu tidak mengenal kata cukup.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Namun, Islam mengajarkan keseimbangan. Allah berfirman:

وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ (ص: 26)
“Janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26)

Ayat ini menegaskan bahwa membiarkan nafsu liar tanpa kendali akan menjerumuskan manusia ke dalam kegelapan.

Akal Sebagai Penuntun Jalan yang Terang

Bila nafsu bagaikan lautan yang bergejolak, akal adalah kapal yang menuntun arah. Al-Balkhi menulis:

“الْعَقْلُ مِصْبَاحٌ فِي دَاخِلِ الْإِنْسَانِ، يُرِي النَّفْسَ طَرِيقَ النُّجَاةِ.”
“Akal adalah pelita di dalam diri manusia, yang menunjukkan kepada jiwa jalan keselamatan.”

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Kesehatan akal tidak hanya diukur dengan kecerdasan logika, tetapi juga dengan kemampuan memilah mana yang baik dan buruk. Akal yang sehat mampu menahan diri dari keinginan yang berlebihan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“لَا عَقْلَ كَالتَّدْبِيرِ، وَلَا وَرَعَ كَالْكَفِّ.”
“Tidak ada akal seperti perencanaan yang matang, dan tidak ada wara’ seperti menahan diri.” (HR. al-Bayhaqi)

Hadis ini menunjukkan bahwa akal bukan sekadar alat berpikir, tetapi kompas yang menuntun manusia menuju keseimbangan.

Nafsu dan Akal dalam Harmoni

Al-Balkhi tidak pernah menolak keberadaan nafsu. Baginya, nafsu adalah tenaga hidup, sementara akal adalah pengarahnya. Ia menulis:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“إِذَا تَعَاوَنَ الْعَقْلُ وَالنَّفْسُ صَلَحَ الْإِنْسَانُ، وَإِذَا تَنَازَعَا فَسَدَ.”
“Jika akal dan nafsu bekerja sama, manusia akan baik. Jika keduanya bertentangan, manusia akan rusak.”

Kalimat ini menyiratkan bahwa rahasia kesehatan jiwa bukan menghapus nafsu, melainkan menyeimbangkannya. Sama halnya dengan tubuh yang butuh makanan dan jiwa yang butuh makna, manusia membutuhkan nafsu sebagai energi, tetapi juga akal untuk memberi batas.

Al-Qur’an menyinggung pentingnya jiwa yang tenang dalam firman-Nya:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (الفجر: 27-28)
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai.” (QS. Al-Fajr: 27–28)

Ayat ini menunjukkan hasil dari harmoni nafsu dan akal: jiwa yang tenteram dan diterima di sisi Allah.

Pelajaran untuk Kehidupan Modern

Dalam kehidupan modern yang penuh godaan, rahasia nafsu dan akal tetap relevan. Media sosial, belanja daring, bahkan makanan cepat saji adalah simbol dari nafsu yang terus menggoda. Namun, akal memberi kita kemampuan untuk memilih, menahan, dan mengarahkan diri.

Kesehatan tubuh akan sia-sia bila jiwa penuh kegelisahan. Begitu juga jiwa yang tenteram akan terhambat bila tubuh lemah. Maka, menjaga keseimbangan keduanya adalah kunci. Caranya sederhana: makan dengan syukur, tidur dengan tenang, bekerja dengan ikhlas, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Seperti yang diajarkan al-Balkhi, rahasia itu selalu ada di dalam diri kita: lautan nafsu yang bergolak, dan pelita akal yang menuntun.

 

* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement