Khazanah
Beranda » Berita » Tubuh Adalah Pintu, Jiwa Adalah Taman

Tubuh Adalah Pintu, Jiwa Adalah Taman

ilustrasi tubuh pintu dan jiwa taman
Gambaran visual tubuh sebagai pintu dan jiwa sebagai taman, melambangkan keseimbangan hidup.

Surau.co. Dalam perjalanan hidup, tubuh dan jiwa sering diperlakukan seolah-olah terpisah. Banyak orang rajin merawat tubuh, tetapi lupa pada jiwa. Ada pula yang tekun menenangkan batin, namun mengabaikan kesehatan fisiknya. Padahal, tubuh dan jiwa saling berkaitan erat, ibarat pintu dan taman. Tanpa pintu yang kokoh, taman tidak bisa dijaga. Tanpa taman yang subur, pintu hanya menjadi gerbang menuju kekosongan.

Kitab klasik Masālih al-Abdan wa al-Anfus mengingatkan bahwa menjaga keseimbangan tubuh dan jiwa bukanlah pilihan tambahan, melainkan kebutuhan utama. Dalam kitab itu, Abu Zayd al-Balkhi menulis dengan bahasa sederhana, penuh hikmah, yang hingga kini masih relevan.

Ketika Tubuh Menjadi Penopang Jiwa

Kesehatan tubuh adalah salah satu syarat agar jiwa bisa berkembang. Tanpa tubuh yang bugar, pikiran mudah rapuh, semangat runtuh, dan hati sulit menemukan cahaya. Al-Balkhi menggambarkan hal ini dengan penuh kelembutan:

“البدن إذا ضعف، أضعف النفس، والنفس إذا قويت، قويت البدن”
“Tubuh ketika lemah akan melemahkan jiwa, dan jiwa ketika kuat akan menguatkan tubuh.”

Fenomena sehari-hari membuktikannya. Seorang mahasiswa yang begadang tanpa istirahat akhirnya sulit berkonsentrasi dalam belajar. Seorang pekerja yang terus memforsir tenaga akhirnya mudah marah dan kehilangan kendali emosi.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Islam sendiri menekankan pentingnya menjaga tubuh. Rasulullah ﷺ bersabda:

“المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف”
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim)

Kekuatan itu bukan hanya soal otot, melainkan juga kesehatan fisik yang mendukung ibadah dan aktivitas kehidupan.

Jiwa Sebagai Sumber Kedamaian

Meski tubuh penting, jiwa tetap menjadi pusat kehidupan. Jiwa yang tenang akan membuat tubuh lebih mudah merasakan kesejahteraan. Abu Zayd al-Balkhi menulis:

“الهمّ إذا استولى على النفس أفسد البدن، كما يفسد السمّ الجسد”
“Ketika kesedihan menguasai jiwa, ia merusak tubuh sebagaimana racun merusak jasad.”

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Betapa dalam ungkapan ini. Stres, rasa cemas, dan duka yang berkepanjangan bisa membuat seseorang jatuh sakit, meski tubuhnya sehat sebelumnya. Itulah sebabnya Islam memberi penekanan pada dzikir, doa, dan rasa tawakal.

Allah berfirman:

“أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ” (الرعد: 28)
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Ketika hati tenteram, tubuh pun merasakan ketenangan yang nyata.

Menyemai Keseimbangan dalam Kehidupan Sehari-hari

Keseimbangan tubuh dan jiwa bukan sekadar teori. Ia bisa dipraktikkan dalam keseharian. Makanlah dengan bijak, berolahragalah dengan teratur, istirahatlah secukupnya. Namun jangan lupa, jiwapun butuh nutrisi: membaca, merenung, beribadah, dan berbincang dengan orang-orang yang penuh kasih sayang.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Al-Balkhi mengingatkan:

“كما يحتاج البدن إلى الدواء، تحتاج النفس إلى الأنس والرجاء”
“Sebagaimana tubuh membutuhkan obat, jiwa pun membutuhkan kehangatan dan harapan.”

Kesehatan sejati lahir dari kesadaran bahwa tubuh dan jiwa saling mendengar. Mengabaikan salah satunya hanya akan menimbulkan luka yang lebih dalam.

Hikmah di Balik Perjalanan Hidup

Hidup modern sering membawa kita pada kelelahan tanpa disadari. Kita mengejar target, lupa beristirahat. Kita menumpuk ambisi, tetapi melupakan doa. Kitab klasik ini seakan mengingatkan: tubuh adalah pintu, jiwa adalah taman. Pintu harus dijaga agar tidak roboh, tetapi taman pun harus dirawat agar tetap hijau dan berbunga.

Dalam satu ungkapannya, al-Balkhi berkata:

“النفس إذا صلحت، صلح معها الجسد، وإذا فسدت، فسد الجسد”
“Ketika jiwa baik, tubuh ikut baik. Ketika jiwa rusak, tubuh pun ikut rusak.”

Refleksi ini memberi pesan mendalam. Merawat tubuh dan jiwa bukan hanya soal kesehatan pribadi, tetapi juga ibadah. Dengan tubuh yang sehat dan jiwa yang tenteram, manusia mampu lebih bersyukur, lebih bermanfaat, dan lebih dekat kepada Allah.

Refleksi Penutup

Tubuh adalah pintu yang menjaga kita dari keruntuhan. Jiwa adalah taman yang membuat hidup terasa indah. Menjaga keduanya berarti menjaga kehidupan yang Allah titipkan. Jangan menunggu sakit baru peduli pada tubuh. Jangan menunggu gelisah baru mengingat jiwa.

Peliharalah keduanya sejak hari ini, agar hidup lebih seimbang, lebih bermakna, dan lebih penuh syukur. Karena pada akhirnya, tubuh hanyalah kendaraan, sedangkan jiwa adalah penentu arah perjalanan menuju Allah.

 

* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement