Setiap makhluk bernyawa pasti mengalami kematian. Islam mengajarkan bahwa kematian bukan akhir dari segalanya, melainkan pintu menuju kehidupan abadi. Umat Islam memberikan penghormatan terakhir kepada seorang muslim melalui shalat jenazah. Dalam kitab Safinatun Najah, para ulama membahas shalat ini secara ringkas namun mendalam, meliputi syarat, rukun, hingga hikmah yang terkandung di dalamnya.
Artikel ini membahas mengenai panduan shalat jenazah menurut Safinatun Najah sekaligus menggali nilai-nilai spiritual yang dapat memperkaya kehidupan kita.
Makna dan Kedudukan Shalat Jenazah
Shalat jenazah merupakan ibadah khusus untuk memohon ampunan dan rahmat Allah bagi seorang muslim yang wafat. Tidak seperti shalat lima waktu, shalat ini tidak mengandung rukuk dan sujud. Jamaah melaksanakan shalat dengan berdiri, bertakbir, berdoa, lalu memberi salam.
Al-Qur’an menegaskan dalil pensyariatannya:
﴿وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِّنْهُم مَّاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ﴾
“Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan shalat (jenazah) atas seorang pun dari mereka yang mati (munafik), dan janganlah engkau berdiri di kuburnya.” (QS. At-Taubah: 84)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan umat Islam menyalatkan jenazah seorang mukmin, sekaligus melarang Rasulullah ﷺ menyalatkan orang munafik.
Syarat Shalat Jenazah
Safinatun Najah menyebut syarat sah shalat jenazah yang hampir sama dengan syarat shalat lainnya: jamaah harus suci dari hadas, menutup aurat, menghadap kiblat, dan berniat dengan benar.
Selain itu, imam harus memastikan jenazah berada di hadapannya, atau setidaknya mengetahui keberadaannya ketika jamaah menunaikan shalat gaib.
Rukun Shalat Jenazah
Menurut Safinatun Najah, jamaah harus memenuhi beberapa rukun berikut:
-
Niat sebagai penegasan tujuan ibadah.
-
Berdiri bagi yang mampu, karena syariat tidak memperbolehkan shalat ini sambil duduk kecuali ada uzur.
-
Mengucapkan takbir empat kali yang menjadi ciri khas shalat jenazah.
-
Membaca Al-Fatihah setelah takbir pertama.
-
Membaca shalawat kepada Nabi ﷺ setelah takbir kedua.
-
Mendoakan jenazah setelah takbir ketiga.
-
Membaca doa umum untuk kaum muslimin setelah takbir keempat.
-
Memberi salam sebagai penutup.
Setiap takbir menjadi lantunan doa, dan setiap doa menjadi permohonan agar Allah melapangkan jalan hamba-Nya menuju kehidupan abadi.
Tata Cara Pelaksanaan
Safinatun Najah menjelaskan tata cara shalat jenazah sebagai berikut:
-
Imam berdiri di depan jenazah. Jika jenazah laki-laki maka imam berdiri sejajar dengan kepala, dan jika jenazah perempuan maka imam berdiri sejajar dengan perut.
-
Setelah takbiratul ihram, jamaah membaca surah Al-Fatihah.
-
Jamaah melanjutkan dengan takbir kedua, lalu membaca shalawat kepada Nabi ﷺ.
-
Setelah takbir ketiga, jamaah membaca doa khusus untuk jenazah, seperti:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, dan maafkanlah kesalahannya.” -
Setelah takbir keempat, jamaah membaca doa untuk kaum muslimin secara umum.
-
Jamaah menutup shalat dengan salam ke kanan.
Dengan urutan ini, shalat jenazah menjadi ibadah yang singkat namun penuh makna spiritual.
Hikmah Shalat Jenazah
Shalat jenazah memberikan manfaat bukan hanya bagi yang wafat, tetapi juga bagi pelaksana shalat.
-
Bentuk Kasih Sayang Sesama Muslim
Rasulullah ﷺ bersabda:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ… وَإِذَا مَاتَ اتَّبَعْتَهُ
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam… dan apabila ia meninggal, iringilah jenazahnya.” (HR. Muslim)
Melaksanakan shalat jenazah berarti seorang muslim memenuhi hak saudaranya. -
Pengingat Akan Kematian
Setiap kali jamaah menyalatkan jenazah, hati mereka dapat tersentuh oleh kesadaran bahwa suatu saat mereka pun akan berada di posisi yang sama. -
Peningkat Kepedulian Sosial
Kehadiran jamaah dalam shalat jenazah memperlihatkan solidaritas umat, bahwa seorang muslim tidak pernah sendirian bahkan ketika ajal menjemput. -
Sarana Meraih Pahala Besar
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَلَهُ قِيرَاطٌ، وَمَنْ شَهِدَ دَفْنَهَا فَلَهُ قِيرَاطَانِ
“Barang siapa menyalatkan jenazah, baginya satu qirath pahala. Barang siapa menghadiri pemakamannya, baginya dua qirath.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Satu qirath digambarkan sebesar Gunung Uhud, menunjukkan betapa besar pahala shalat jenazah.
Shalat Jenazah sebagai Cermin Kehidupan
Shalat jenazah menjadi ritual singkat yang mencerminkan hakikat hidup. Setiap orang meninggalkan dunia hanya dengan amal, dan doa orang beriman mengiringi perjalanan menuju akhirat. Safinatun Najah menempatkan ibadah ini sebagai kewajiban kolektif (fardhu kifayah) dan menegaskan bahwa setiap muslim harus peduli kepada saudaranya, bahkan setelah kematian.
Ketika takbir shalat jenazah terdengar, hati kita tersadar bahwa dunia hanyalah persinggahan dan akhirat adalah tujuan abadi. Shalat jenazah bukan hanya doa untuk yang wafat, tetapi juga cermin bagi yang hidup—apakah kita sudah mempersiapkan bekal?
Mari kita jadikan shalat jenazah sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri, menumbuhkan kasih sayang, dan memperkuat ikatan persaudaraan. Pada akhirnya, doa dan amal saleh menjadi warisan sejati yang kita tinggalkan
*Gerwin Satria N
Pegiat Literasi Iqra’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
