SURAU.CO – Al-Qur’an adalah mukjizat agung. Ia menjadi petunjuk hidup umat Islam. Rasulullah Muhammad SAW sangat mencintai Al-Qur’an. Beliau tidak hanya membaca dan mengajarkannya. Beliau juga sangat gemar mendengarkan bacaannya. Terlebih lagi, bacaan yang merdu dan menyentuh hati. Kegemaran ini menunjukkan kedalaman iman beliau. Ini juga mencerminkan betapa istimewanya Kitab Suci ini. Bahkan, air mata beliau sering menetes. Itu karena khusyuk dan perenungan mendalam. Kisah ini memberi kita wawasan berharga. Kita belajar tentang adab terhadap Al-Qur’an. Kita juga memahami kekuatan Kalamullah.
Cinta Rasulullah SAW pada Al-Qur’an: Lebih dari Sekadar Membaca
Rasulullah SAW adalah manusia paling mulia. Beliau memiliki hubungan istimewa dengan Al-Qur’an. Kitab ini turun kepada beliau. Beliau membacanya dengan suara indah. Beliau juga mengajarkannya kepada para sahabat. Namun, kecintaan beliau tidak berhenti di situ. Beliau juga sangat suka mendengarkan orang lain membaca. Ini menunjukkan kerendahan hati beliau. Ini juga mencerminkan rasa syukur beliau. Beliau menikmati setiap lantunan ayat.
Kegemaran ini bukan sekadar apresiasi seni. Ia merupakan refleksi spiritual mendalam. Nabi ingin meresapi makna. Beliau ingin merasakan kekuatan firman Allah. Beliau juga ingin mendapatkan ketenangan batin. Mendengarkan Al-Qur’an adalah ibadah agung. Ia mendekatkan hati kepada Allah.
Kisah Abdullah bin Mas’ud: Sebuah Permintaan Mulia
Suatu hari, Rasulullah SAW meminta seorang sahabat membaca Al-Qur’an. Beliau meminta Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud adalah salah satu qari terbaik. Suaranya indah dan bacaannya fasih. Nabi bersabda kepadanya: “Bacakanlah Al-Qur’an kepadaku.” Abdullah bin Mas’ud agak terkejut. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana aku membacakan Al-Qur’an kepadamu? Padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu.”
Nabi Muhammad SAW menjawab dengan lembut: “Aku suka mendengarkannya dari orang lain.” Jawaban ini sangat menyentuh. Ia menunjukkan kerendahan hati beliau. Ini juga memperlihatkan keinginan beliau. Beliau ingin merasakan pengalaman yang berbeda. Beliau ingin meresapi Al-Qur’an sebagai pendengar.
Kemudian, Abdullah bin Mas’ud mulai membaca. Ia membaca Surah An-Nisa. Bacaannya sangat indah dan penuh penghayatan. Ia terus membaca hingga ayat ke-41. Ayat itu berbunyi: “Maka bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (QS. An-Nisa: 41).
Air Mata Rasulullah SAW: Khusyuk dan Perenungan Mendalam
Ketika Abdullah bin Mas’ud sampai pada ayat ini, Rasulullah SAW memberi isyarat. Beliau bersabda: “Cukup sampai di situ saja.” Abdullah bin Mas’ud mengangkat kepalanya. Ia melihat air mata Rasulullah SAW menetes. Air mata beliau membasahi pipi mulianya.
Air mata itu bukanlah air mata kesedihan. Ia adalah air mata khusyuk. Air mata itu karena rasa takut kepada Allah. Ia juga karena kerendahan hati. Nabi merenungkan keagungan Allah. Beliau juga merenungkan hari kiamat. Pada hari itu, beliau akan menjadi saksi. Beliau akan bersaksi atas umatnya. Tangisan ini menunjukkan kedalaman iman beliau. Ini juga menunjukkan betapa Al-Qur’an menyentuh hati beliau. Hati beliau selalu terhubung dengan firman Allah.
Sahabat Lain yang Terinspirasi: Umar bin Khattab RA
Kegemaran Rasulullah SAW ini menular. Para sahabat juga terinspirasi. Mereka gemar mendengarkan Al-Qur’an. Mereka juga sering menangis karena khusyuk. Salah satunya adalah Umar bin Khattab RA. Umar dikenal sebagai pribadi yang tegas. Namun, hatinya sangat lembut. Terutama saat mendengarkan Al-Qur’an.
Umar sering menangis saat mendengarkan ayat-ayat suci. Air matanya mengalir deras. Bahkan, ia membasahi jenggotnya yang mulia. Tangisan ini menunjukkan ketakwaan beliau. Ini juga menunjukkan kerendahan hati beliau. Para sahabat memahami. Al-Qur’an adalah petunjuk hidup. Ia adalah cahaya bagi hati.
Manfaat Mendengarkan Al-Qur’an: Ketenangan Jiwa dan Penguat Iman
Mendengarkan Al-Qur’an adalah ibadah besar. Ia membawa banyak manfaat.
-
Ketenangan Hati: Al-Qur’an adalah obat hati. Ia menenangkan jiwa yang gelisah. Allah SWT berfirman: “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Mendengarkan Al-Qur’an adalah salah satu bentuk zikir.
-
Meningkatkan Iman: Ayat-ayat Al-Qur’an menguatkan iman. Ia mengingatkan kita akan kebesaran Allah. Ia juga mengingatkan kita akan janji-janji-Nya.
-
Memahami Makna: Bacaan yang indah membantu pemahaman. Suara merdu bisa membuat kita lebih fokus. Ini membantu meresapi pesan Al-Qur’an.
-
Menjadi Saksi Kebaikan: Orang yang mendengarkan Al-Qur’an mendapat pahala. Malaikat mencatat amalan baik ini.
-
Perlindungan dari Setan: Al-Qur’an adalah benteng bagi Muslim. Ia melindungi dari bisikan setan. Mendengarkannya dapat mengusir pengaruh buruk.
Pengaruh Al-Qur’an pada hati sangatlah ajaib. Ketika seorang qari membaca dengan tajwid yang benar, ia menyampaikan Kalamullah dengan sempurna. Jika ia juga menggunakan tarannum (melodi) yang indah, hati pendengar akan lebih mudah tersentuh. Ini bukan sekadar suara, tetapi keindahan yang membuka pintu hati.
Tangisan Rasulullah SAW menunjukkan puncak penghayatan. Beliau tidak hanya mendengar kata-kata. Beliau merasakan getaran Ilahi. Ayat yang dibaca menjadi cerminan masa depan. Hari kiamat seolah terbentang di hadapan beliau. Ini adalah level keimanan yang patut kita cita-citakan.
Menghidupkan Kembali Adab Mendengarkan Al-Qur’an
Di zaman modern, kita punya banyak distraksi. Al-Qur’an seringkali hanya menjadi pajangan. Ia juga hanya menjadi bacaan cepat. Kita jarang meluangkan waktu. Kita jarang mendengarkan dengan penuh perhatian.
Mari kita meneladani Rasulullah SAW.
- Luangkan Waktu Khusus: Sisihkan waktu setiap hari. Dengarkan bacaan Al-Qur’an.
- Pilih Qari yang Merdu: Suara yang indah membantu konsentrasi. Ini membantu kita khusyuk.
- Renungkan Makna: Jangan hanya mendengarkan suara. Pahami juga artinya.
- Jadikan Kebiasaan: Dengarkan Al-Qur’an saat beraktivitas. Misalnya, saat bepergian atau beristirahat.
Dengan menghidupkan kembali adab ini, kita akan merasakan manfaatnya. Hati akan menjadi lebih tenang. Iman akan semakin kuat. Kita akan lebih dekat dengan Allah.
Kegemaran Rasulullah SAW mendengarkan Al-Qur’an adalah teladan mulia. Air mata beliau menunjukkan kedalaman iman. Ini adalah cerminan khusyuk dan perenungan. Kisah Abdullah bin Mas’ud dan Umar bin Khattab menginspirasi. Mendengarkan Al-Qur’an membawa banyak manfaat. Ia menenangkan hati. Ia menguatkan iman. Semoga kita bisa meneladani Nabi. Kita harus lebih sering mendengarkan Al-Qur’an. Ini akan membawa keberkahan hidup. Ini juga akan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
