Ibadah
Beranda » Berita » Shalat Jamaah Menurut Safinatun Najah: Keutamaan, Tata Cara, dan Hikmah Kebersamaan

Shalat Jamaah Menurut Safinatun Najah: Keutamaan, Tata Cara, dan Hikmah Kebersamaan

Ilustrasi shalat jamaah dalam masjid dengan imam dan makmum sesuai fiqih Safinatun Najah
Lukisan realistik suasana jamaah shalat di masjid, dengan cahaya lembut masuk dari jendela, menyorot barisan imam dan makmum yang berdiri lurus.

Shalat jamaah berdiri sebagai salah satu syiar paling agung dalam agama Islam. Ibadah ini bukan sekadar mengumpulkan orang untuk menunaikan shalat bersama, tetapi juga menghadirkan simbol kebersamaan, kesatuan hati, dan ketaatan kepada Allah ﷻ. Kitab Safinatun Najah, salah satu karya penting dalam fikih, menempatkan shalat jamaah pada posisi istimewa karena keutamaannya sangat besar bagi pembentukan pribadi dan masyarakat Muslim.

Ulama menegaskan pentingnya shalat jamaah sebagai ibadah yang tidak boleh diremehkan. Nilai dan hikmah yang terkandung di dalamnya melampaui sekadar gerakan fisik dan bacaan doa. Ia melatih disiplin, memupuk ukhuwah, dan meneguhkan keimanan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ:
«صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً»
(HR. Bukhari dan Muslim)

“Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.”
Hadis ini menegaskan betapa besar pahala shalat berjamaah dan mengajak umat Islam untuk selalu menjaga kebersamaan dalam ibadah.

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Definisi Shalat Jamaah

Secara bahasa, kata jama‘a berarti menghimpun atau mengumpulkan. Dalam istilah fikih, shalat jamaah adalah ibadah shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih, dengan salah satunya bertindak sebagai imam dan yang lain sebagai makmum.

Kitab Safinatun Najah menjelaskan bahwa shalat jamaah harus memenuhi ketentuan tertentu. Imam memimpin bacaan dan gerakan, sedangkan makmum mengikuti dengan disiplin dan tertib. Ketika shalat berjamaah, setiap makmum menundukkan kehendak pribadinya untuk mengikuti imam. Hal ini menjadi simbol ketaatan seorang hamba kepada Allah sekaligus latihan kerendahan hati.

Shalat jamaah tidak hanya mempersatukan fisik, tetapi juga menyatukan hati, meratakan barisan, dan menumbuhkan rasa kebersamaan. Kehadiran imam dan makmum mencerminkan keteraturan sosial, di mana setiap orang mengambil peran sesuai aturan syariat.

Keutamaan Shalat Jamaah

Al-Qur’an, hadis, dan keterangan para ulama menegaskan banyak keutamaan shalat jamaah. Safinatun Najah menempatkan ibadah ini sebagai amalan besar yang mendidik jiwa dan memperkuat ukhuwah. Beberapa keutamaannya antara lain:

  1. Pahala Dilipatgandakan

Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan keutamaan 27 derajat. Allah melipatgandakan pahala ini sebagai bentuk kemuliaan bagi hamba yang menunaikannya.

Kitab Taisirul Khallaq

  1. Menjadi Simbol Persatuan

Allah ﷻ berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
(QS. Ali Imran: 103)

“Berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.”

Ayat ini menegaskan pentingnya persatuan. Shalat jamaah melatih kaum Muslimin untuk berdiri dalam satu saf, menanggalkan ego pribadi, dan menyatukan langkah dalam ketaatan.

  1. Menghapus Kelalaian Hati

Shalat sendirian sering kali membuat seseorang mudah tergesa-gesa atau lalai. Dengan berjamaah, seorang Muslim terdorong untuk lebih khusyuk, tertib, dan konsisten dalam menjaga waktu shalat.

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

  1. Mendapat Perlindungan Allah

Rasulullah ﷺ bersabda:

«مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ»
(HR. Ibnu Majah)

“Barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka ia berada dalam perlindungan Allah.”

Keutamaan ini menunjukkan bahwa shalat jamaah bukan hanya mendatangkan pahala, tetapi juga jaminan keamanan spiritual dari Allah.

Tata Cara Shalat Jamaah Menurut Safinatun Najah

Untuk menjaga kesempurnaan ibadah, Safinatun Najah merinci tata cara pelaksanaan shalat jamaah secara jelas.

Posisi Imam dan Makmum

Imam berdiri di depan sebagai pemimpin shalat. Makmum berdiri di belakang imam dengan barisan rapat dan lurus. Jika hanya ada satu makmum, ia berdiri di sisi kanan imam. Posisi ini menunjukkan kerapian dan keteraturan jamaah.

Kewajiban Makmum

Makmum wajib mengikuti setiap gerakan imam. Makmum harus menyesuaikan bacaan dan gerakan dengan imam untuk menjaga keseragaman.

Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا، وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا…»
(HR. Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti. Jika ia bertakbir, maka bertakbirlah kalian. Jika ia ruku‘, maka ruku‘lah kalian…”

Hadis ini menegaskan larangan mendahului atau meninggalkan imam.

Peran Imam

Imam harus memenuhi syarat seperti Muslim, baligh, berakal, dan fasih membaca Al-Fatihah. Imam memikul tanggung jawab besar: menjaga kekhusyukan shalat, memperhatikan kondisi makmum, dan tidak memanjangkan bacaan hingga memberatkan jamaah.

Susunan Saf

Safinatun Najah menyebut saf pertama sebagai barisan paling utama. Laki-laki menempati saf terdepan, anak-anak di belakangnya, dan perempuan di saf paling belakang. Susunan ini bertujuan menjaga ketertiban, kekhusyukan, dan kehormatan masing-masing jamaah.

Hikmah Spiritual Shalat Jamaah

Shalat jamaah bukan hanya rutinitas gerakan dan bacaan. Ibadah ini menjadi latihan ruhani yang menundukkan ego, menanamkan kedisiplinan, dan memperkuat ukhuwah. Dalam jamaah, seorang Muslim belajar bahwa dirinya hanyalah bagian kecil dari umat yang besar, dan setiap langkahnya terikat aturan ilahi.

Shalat jamaah juga menjadi cermin kehidupan sosial. Dalam jamaah terdapat pemimpin (imam), pengikut (makmum), aturan (syariat), dan tujuan bersama (ridha Allah). Struktur ini mengajarkan pentingnya kepemimpinan yang adil, ketaatan yang terarah, dan kesadaran kolektif demi kemaslahatan umat.

Safinatun Najah menegaskan bahwa shalat jamaah melipatgandakan pahala, memperkuat persaudaraan, dan mendidik umat agar disiplin dalam kebersamaan. Ibadah ini mengajarkan kesabaran, kekompakan, dan kepedulian sosial.

Menghidupkan Shalat Jamaah dalam Kehidupan

Menjaga shalat jamaah bukan hanya tugas masjid, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar. Orang tua dapat mengajak anak-anaknya untuk shalat berjamaah di rumah jika tidak memungkinkan ke masjid. Tetangga dapat saling mengingatkan untuk menghadiri jamaah di musala. Dengan cara ini, semangat kebersamaan akan menumbuhkan masyarakat yang kokoh dan penuh kasih sayang.

Rasulullah ﷺ selalu mencontohkan pentingnya shalat berjamaah dalam setiap kesempatan. Menghidupkan ibadah ini berarti menghidupkan nilai persatuan dan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup

Shalat jamaah menurut Safinatun Najah bukan sekadar ritual, tetapi pilar kebersamaan, disiplin, dan ketaatan. Ibadah ini menanamkan rasa persaudaraan, membentuk karakter, dan meneguhkan iman. Dengan menjaga shalat jamaah, seorang Muslim tidak hanya memperoleh pahala berlipat, tetapi juga melatih diri untuk menjadi bagian dari masyarakat yang rukun dan penuh keberkahan.

Mari kita hidupkan shalat jamaah di masjid, rumah, dan lingkungan kita. Dari jamaah inilah lahir jiwa yang tunduk, hati yang lembut, dan masyarakat yang kuat dalam kebaikan.

  • Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqra’ University


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement