SURAU.CO -Jabir ibn Abdullah ibn Amr ibn Haram adalah sahabat Nabi dari kalangan Anshar, keturunan Bani Salimah (Silmi). Ayahnya bernama Abdullah ibn Amr ibn Haram; ibunya bernama Nasibah bint Uqbah. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Bersama ayahnya ia ikut menyaksikan Baiat Aqabah kedua yang berhasil memilih dua belas pemimpin kaum Anshar, termasuk ayahnya.
Pada saat Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah, ia dan ayahnya rajin menghadiri majelis beliau. Ibn al-Atsir menuturkan dari al-Kalabi bahwa Jabir ikut dalam Perang Uhud. Sebagian perawi lain mengatakan bahwa ia mengikuti delapan belas peperangan bersama Rasulullah saw., juga ikut dalam Perang Shiffin dalam barisan Ali ibn Abu Thalib. Pada akhir usianya, ia kehilangan penglihatan. Ia kemudian mencukur janggut dan kumisnya serta mencelup pakaiannya dengan warna kuning.
Banyak meriwayatkan hadis
Jabir termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan dan menghafal hadis dari Rasulullah saw. Di antara orang yang meriwayatkan hadis darinya adalah Abu al-Zubair al-Makki, Muhammad ibn Ali ibn al-Husain, Atha, Mujahid, Amr ibn Dinar, dan lain-lain. Hadis yang diriwayatkannya dari Rasulullah saw. hampir mencapai 1.540 hadis.
Ibn al-Atsir meriwayatkan dari Abu Qalabah al-Ruqasyi dari Abu Rabiah dari Abu Awanah dari al-A‘masy dari Abu Sufyan dari Jabir ibn Abdullah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tergetar singgasana al-Rahman (Allah) karena kematian Sa‘d ibn Muaz.” Kemudian dikatakan kepada Jabir bahwa al-Barra berkata, “Bergetar tempat tidur.” Jabir mengatakan, “Bukan begitu. Ungkapan itu muncul karena ada persaingan antara kedua kelompok ini, yakni Aus dan Khazraj. Yang kudengar dari Rasulullah saw. adalah kalimat, ‘Tergetar singgasana al-Rahman (Allah).’” Ibn al-Atsir mengatakan, “Jabir sendiri berasal dari kabilah Khazraj, tetapi agama telah mengajarinya untuk mengatakan kebenaran dan tidak menyembunyikannya.”
Ayahnya syahid pertama dalam Perang Uhud
Pada suatu malam menjelang Perang Uhud, Abdullah ibn Amr ibn Haram memanggil putranya Jabir dan berkata, “Dengarlah hai anakku, aku mengira bahwa aku orang yang pertama terbunuh di antara para sahabat Rasulullah (dalam perang ini). Demi Allah, aku tidak meninggalkan seorang pun setelah Rasulullah yang lebih mulia darimu. Aku punya utang maka bayarlah utangku dan berwasiatlah kepada saudara-saudaramu dengan baik.” Ucapan ayahnya itu menjadi kenyataan karena ia menjadi sahabat pertama yang gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud. Semoga Allah merahmatinya.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis—tentang cap kafir atas orang muslim yang meninggalkan shalat—dari al-A‘masy dari Abu Sufyan dari Jabir bahwa Nabi saw. bersabda, “Garis yang membedakan antara seseorang dan kemusyrikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.”
Hadis lain yang diriwayatkan oleh Jabir adalah hadis tentang sunnahnya menjilati jari tangan dan piring. Hadis itu berasal dari Sufyan ibn Uyainah dari Abu al-Zubair dari Jabir bahwa Nabi saw. telah memerintahkan untuk menjilat jari tangan dan alas makan. Beliau bersabda, “Kamu tidak tahu di manakah keberkahan itu.”
Menyaksikan mukjizat Rasulullah
Juga hadis tentang berkah yang disaksikan Jabir dan keluarganya ketika menggali parit dalam Perang Khandaq. Hadis itu diriwayatkan dari Said ibn Mina dari Jabir ibn Abdullah bahwa ketika kaum muslim menggali parit ia melihat Rasulullah saw. tampak sangat lapar sehingga ia kembali ke rumah dan bertanya kepada istrinya, “Apakah kau punya sesuatu? Aku lihat Rasulullah sangat lapar.” Istrinya mengeluarkan kantung berisi satu qafiz (kobok) gandum. Istrinya itu berkata, “Kita punya seekor anak kambing.”
Jabir menuturkan, “Maka aku segera menyembelih kambing itu dan istriku membuat adonan roti. Setelah selesai, aku potong kecil-kecil dan aku taruh di kuali. Saat aku hendak pergi menemui Rasulullah saw., istriku berkata, ‘Jangan permalukan aku di hadapan Rasulullah saw. dan para sahabat yang bersamanya.’” Kemudian aku segera menemui Rasulullah saw. dan aku berkata sambil berbisik, ‘Wahai Rasulullah, kami telah menyembelih seekor anak kambing dan kami telah membuat beberapa potong roti, marilah Paduka dan para sahabat datang ke rumah kami.’
Namun, aku terkejut karena tiba-tiba Rasulullah saw. berseru dengan suara keras, ‘Wahai sekalian penggali parit, Jabir telah membuatkan makanan untuk kalian, kemarilah kalian semua.’ Lalu Rasulullah saw. bersabda (kepadaku), ‘Jangan kau turunkan kualinya dan jangan kau potong adonan rotinya hingga aku datang.’ Aku bergegas kembali ke rumah dan menyampaikan kabar kedatangan Rasulullah dan para sahabat. Istriku berkata dengan nada marah, ‘Lihat, apa yang telah kaulakukan.’ Aku menjawab, ‘Aku hanya melakukan yang kausuruh.’
Makanan untuk 1000 sahabat
Tak lama kemudian Rasulullah saw. datang mendahului yang lain. Istriku langsung mengeluarkan adonan roti kami, lalu beliau meludahi dan memberkahinya. Kemudian beliau mengambil kuali kami dan melakukan hal serupa. Setelah itu beliau bersabda (kepada istriku), ‘Panggillah seorang tukang roti dan buatlah roti bersamamu! Dan ambilah makanan dari kualimu tetapi jangan kau turunkan kualinya.’ Ternyata, jumlah sahabat yang datang mencapai seribu orang. Aku bersumpah demi Allah, mereka semua makan bergiliran, tetapi isi kuali kami tidak berkurang, masih seperti semula, begitu juga dengan adonan roti kami masih seperti semula.”
Jabir juga meriwayatkan hadis tentang banyaknya pemberian Rasulullah saw., sebagaimana diceritakan oleh Ibn Abu Umar (dengan matan hadis sesuai yang dia katakan). Ia meriwayatkannya dari Sufyan dari Muhammad ibn al-Munkadir dari Jabir ibn Abdullah dari Sufyan; juga dari riwayat Amr ibn Dinar dari Muhammad ibn Ali dari Jabir ibn Abdullah (kedua jalur riwayat itu saling melengkapi) bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika telah datang kepada kami harta Bahrain maka pasti aku memberimu anu, anu, dan anu.” Rasulullah berujar sambil memberi isyarat dengan kedua tangannya. Namun, Nabi saw. wafat sebelum harta Bahrain itu datang.
Harta Bahrain untuk Jabir ibn Abdullah
Jabir ibn Abdullah datang menghadap kepada Khalifah Abu Bakar dan khalifah memerintahkan seseorang berseru, “Siapa saja yang memiliki janji atau utang kepada Nabi datanglah!” Mendengar seruan itu, Jabir ibn Abdullah berdiri dan berkata, “Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, ‘Jika telah datang kepada kami harta Bahrain maka pasti aku sudah memberimu anu, anu, dan anu.’” Mendengar ucapan Jabir, Khalifah Abu Bakar tertegun sejenak kemudian berkata, “Hitunglah!” Aku pun segera menghitung dan ternyata hasilnya mencapai 500 dinar. Khalifah berkata, “Ambillah separuhnya.” Rasulullah saw. telah memberikan hadiah kepada orang yang tidak takut menderita. Beliau telah memberikan kambing yang sangat banyak kepada seorang laki-laki.
Imam Abu Abdullah Ahmad ibn Hanbal meriwayatkan hadis dalam kitab al-Musnad dari Ibn Abu Umar dari Basyar ibn al-Sari dari Hamad ibn Salamah dari Abu al-Zubair bahwa Jabir berkata, “Rasulullah saw. telah memintakan ampunan untukku pada malam Bai’ah al-`Aqabah (malam unta/perjanjian) sebanyak dua puluh lima kali.” Dan Rasulullah saw. telah membeli seekor unta dari Jabir, tetapi Jabir meminta beliau menangguhkan pembayarannya hingga mereka tiba di Madinah. Saat itu keduanya baru kembali dari salah satu peperangan. Ketika Nabi dan Jabir sampai ke Madinah, beliau membayar harga unta kepada Jabir dan sekaligus mengembalikan unta yang Rasulullah beli. Sungguh mulia apa yang Rasulullah lakukan.
Jabir rajin mengembara untuk mencari hadis. Ia memiliki kecerdasan dan pemahaman. Dengan kelebihan itu, ia termasuk ahli riwayah (periwayatan) dan dirayah (pemahaman) hadis. Ia wafat pada usia 94 tahun.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
