Khazanah
Beranda » Berita » Kehidupan: Yang Baik Hidupnya Sulit, Sedangkan Ahli Maksiat Hidupnya Lancar ?

Kehidupan: Yang Baik Hidupnya Sulit, Sedangkan Ahli Maksiat Hidupnya Lancar ?

Kehidupan: Yang Baik Hidupnya Sulit, Sedangkan Ahli Maksiat Hidupnya Lancar
Kehidupan: Yang Baik Hidupnya Sulit, Sedangkan Ahli Maksiat Hidupnya Lancar

 

SURAU.CO  –   KENAPA ADA BAIK TAPI HIDUPNYA BANYAK KESULITAN, DI SISI LAIN ORANG YANG AHLI MAKSIAT HIDUPNYA SECARA UMUM LANCAR JAYA.

Jawabnya: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam saja orang yang paling bertaqwa, paling shalih, paling sempurna, ternyata hidupnya tidak selalu mulus dan selalu penuh kenikmatan.

Ternyata beliau pun dicoba, istrinya meninggal duluan anaknya meninggal duluan, diganggu orang, dicela orang, dikejar-kejar orang kafir, mesti hijrah, dikhianati, dilukai, dll.

Bahkan dalam hadits disebutkan bahwa orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian yang semisal mereka, kemudian yang semisal mereka.
(HR. Tirmidzi, Al Hakim, shahih)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Maka bagaimana lagi dengan kita? Yang jauh dari kesempurnaan dan keshalihan. Apakah kita merasa layak menerima kenikmatan tanpa harus melewati ujian?

Allah berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ 

“Apakah manusia mengira mereka dibiarkan berkata: kami telah beriman, lalu mereka tidak diuji” 
(QS. Al Ankabut: 2)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ

“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” 
(HR. Ath Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 285)

Karena dengan adanya ujian bagi orang-orang baik, itu akan mengangkat derajat mereka.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

“Dan sungguh aku akan uji mereka dengan sedikit rasa takut, rasa lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan,. Maka berilah kabar gembira bagi orang yang bersabar” 
(QS. Al Baqarah: 155)

Allah menguji orang baik di dunia, dan setelah mereka sukses melewati ujian itu, Allah menganugerahkan kenikmatan maksimal kepada mereka di akhirat.

Adapun orang buruk yang Allah beri nikmat dan kemudahan-kemudahan, bisa jadi itu merupakan istidraj (penundaan hukuman), karena bisa jadi ia semakin sesat, semakin takabur, tidak bertaubat dan semakin buruk, sehingga kelak di akhirat Allah hukum dia semaksimal mungkin, wal’iyadzubillah.

Bersyukur dan Instrospeksi Diri

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba, Allah segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menginginkan keburukan pada seorang hamba, Allah menahan hukuman atas dosa-dosanya, sehingga kelak ia akan membayarnya hasil perbuatannya di hari kiamat”. (HR. Tirmidzi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi)

Maka bersabarlah ketika dapat cobaan, dan senantiasa bersyukur dan introspeksi diri ketika mendapat kenikmatan. Semoga Allah memberi taufik. Ustadz Yulian Purnama -Hafizhahullah.

 

 


MENGIRIM KARANGAN BUNGA SEBAGAI TANDA DUKA CITA, BOLEHKAH❓

[ Question Answer ], PERTANYAAN: Ustadz, Bagaimana hukumnya mengirim karangan bunga sebagai tanda duka cita kepada keluarga ahlul kubur yang beragama Islam atau non muslim mohon penjelasan dan sarannya Ustadz. Syukron jazaakallahu khayran.

JAWABAN : Mengirim karangan bunga bagi mayit, baik itu mayit muslim, apalagi non muslim, maka hukumnya – sejauh yang saya ketahui dan fahami – adalah TIDAK BOLEH,  setidaknya dibenci (makruh) jika tidak mau dikatakan haram.

ALASANNYA : Takziyah itu bagian dari ibadah yang sepatutnya kita meniru cara Nabî dalam bertakziyah. Sedangkan Nabî tidak pernah bertakziyah dengan mengirimkan bunga padahal di zaman beliau ada bunga. Demikian  pula dengan para sahabat. Karena itu, perbuatan ini berpotensi masuk ke dalam amaliyah bid’ah.

Mengirimkan karangan bunga itu bukan merupakan kebiasaan Islâm, namun kebiasaan orang kafir. Kita dengan terang-terangan meniru kebiasaan orang kafir yang Nabi tentang keras.

Keluarga mayit tidak lah butuh dg karangan bunga atau yang semisal. Bahkan, karangan tersebut cenderung menjadi sampah tidak berguna yang hanya menghabiskan tempat. Sehingga tidak malah membantu, namun malah menyusahkan.

Karangan bunga itu tidak murah dan tidak  berguna, sehingga perbuatan ini termasuk tabdzîr atau membuang² harta.

Ketika orang menuliskan namanya dalam karangan bunga dengan kata-kata seperti ‘yang turut berduka cita’, mereka berpotensi menunjukkan riya’ atau sum’ah. Bahkan bisa jadi menimbulkan rasa sombong, berbangga diri dan melampaui batas lantaran ingin menunjukkan status dan strata sosial, dan lain-lain. Wallâhu a’lam, Pertanyaan dijawab oleh : Ustadz Abu Salma Muhammad حفظه الله تعالى (Hasyim Ba’adillah)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement