Khazanah
Beranda » Berita » Hanzalah ibn Abu Amir al-Rahib : Sahabat yang Dimandikan Malaikat

Hanzalah ibn Abu Amir al-Rahib : Sahabat yang Dimandikan Malaikat

Hanzalah ibn Abu Amir al-Rahib : Sahabat yang Dimandikan Malaikat
Ilustrasi pasukan muslim bergerak menuju Uhud.

SURAU.CO -Hanzalah ibn Abu Amir al-Rahib adalah sahabat Anshar dari suku Aus. Ia beriman dan mengikuti Rasulullah saw. tidak lama setelah beliau berhijrah ke Madinah. Hanzalah terkenal sebagai pemimpin kaumnya yang memiliki banyak pengikut. Ayahnya, Abu Amir al-Rahib, tidak mau mengikuti langkahnya mengimani Rasulullah saw. Ia memilih tetap menjadi musyrik.

Ayahnya digelari Rasul ‘Abu Amir al-Fasiq’

Beberapa hari setelah Rasulullah saw. tiba di Madinah dari perjalanan hijrah, Abu Amir al-Rahib, yang bernama asli Khalaf, datang menemui beliau dan bertanya, “Ajaran apa yang engkau bawa, wahai Muhammad?”

Rasulullah menjawab, “Aku datang membawa ajaran yang lurus, yaitu agama Ibrahim.”

“Aku juga mengikuti ajaran tersebut.”

“Kau tidak termasuk di dalamnya.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Engkau telah memasukkan ke dalam ajaran Ibrahim sesuatu yang bukan berasal dari ajarannya.”

“Aku tidak pernah melakukan itu. Aku datang membawa ajaran yang murni (tanpa ditambah atau dikurangi).”

“Demi Allah, orang yang dusta di antara kita akan terusir dan diasingkan.”

Rasulullah saw. menjawab, “Amin.”

Karena kehabisan argumen, Abu Amir berkata dengan nada kesal, “Pasti aku akan bergabung mengikuti kelompok manusia yang memerangimu. Aku akan berperang bersama mereka.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Sebelum berpisah, Rasulullah saw. menjulukinya al-Fasiq, julukan yang kelak membuatnya menderita di hari kiamat. Dan sejak saat itu banyak orang yang memanggilnya dengan sebutan Abu Amir al-Fasiq.

Ternyata Abu Amir al-Fasiq bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ia sering menemui Abu Jahal dan memanas-manasinya agar semakin membenci Rasulullah. Tentu saja keduanya sangat cocok, karena sama-sama membenci Rasulullah dan kaum muslim.

Hanzalah ibn Abu Amir al-Rahib : sahabat yang mencintai Rasulullah

Berbeda dengan ayahnya, Hanzalah dikenal sebagai sahabat yang baik dan sangat mencintai Rasulullah. Ia tak pernah menyakiti beliau kecuali sekali akibat fitnah yang disebarkan ayahnya. Ia punya seorang sahabat senasib yang sama-sama mencintai Rasulullah saw., yaitu Abdullah ibn Abdillah ibn Ubay ibn Salul. Ia dan Abdullah bernasib sama karena ayah Abdullah terkenal sebagai pemimpin kaum munafik. Keduanya mengalami derita yang sama, yaitu memiliki orang tua yang kafir dan membenci Rasulullah.

Sementara dalam Perang Uhud, Abu Amir al-Fasiq memimpin kaum musyrik dari suku Aus untuk membantu kaum musyrik Quraisy dan sekutu mereka. Adapun pemimpin kaum munafik, yaitu Abdullah ibn Ubay, pada awalnya ikut bergabung dengan pasukan Rasulullah. Namun, di tengah perjalanan menuju Uhud ia berbalik arah, pulang kembali ke Madinah bersama beberapa orang munafik lainnya. Mereka pergi meninggalkan barisan Rasulullah sehingga pasukan Muslim yang berangkat menuju Uhud tinggal 700 orang tentara menghadapi tiga ribu pasukan Quraisy dan sekutunya.

Hanzalah ibn Abu Amir al-Rahib :menikah jelang perang Uhud

Bagi Hanzalah sendiri, malam menjelang terjadinya Perang Uhud menjadi malam yang istimewa, karena malam itu ia menikahi Jamilah binti Abdullah ibn Ubay Salul yang tak lain merupakan saudari sahabatnya sendiri, Abdullah ibn Ubay.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Ketika Hanzalah menikmati masa-masa manisnya sebagai pengantin baru, ia mendengar seruan Rasulullah saw. untuk berjihad. Ia memutuskan bahwa jihad melawan kaum musyrik jauh lebih penting daripada istri, keluarga, dan segala urusan lainnya. Maka, ia langsung bangkit dari peraduannya, bergegas mengambil senjata, lalu berjalan cepat bergabung dengan barisan mujahidin.

Banyaknya muslim gugur dalam perang Uhud

Karena banyaknya korban yang jatuh dari pihak kaum muslimin, tersiar kabar bahwa Rasulullah saw. telah gugur. Kabar mengejutkan itu telah merusak barisan kaum muslim dan menjatuhkan semangat mereka. Akibatnya, banyak mereka yang tumbang karena serangan musuh, ada yang terluka, dan tidak sedikit pula yang terbunuh. Sebagian lainnya terus berperang meskipun semangat juang mereka telah jauh menurun. Sementara itu, Rasulullah saw. yang dikabarkan terbunuh mengalami beberapa luka di tubuhnya, yaitu pada bibir, pipi, dan kening. Beliau menghadapi  dua musuh; dari sisi kanan oleh Ibn Qamiyah, dan dari sisi kiri  oleh Utbah ibn Abu Waqash.

Sebelum pasukan Muslim berangkat menuju Uhud, Abu Amir yang telah mengikrarkan dirinya sebagai musuh Rasulullah, menyeru sesamanya dari kabilah Aus berusaha membujuk mereka agar tidak pergi berperang. Namun, baru saja ia berteriak memanggil mereka, “Wahai kaum Aus, aku Abu Amir.”

Mereka menjawab, “Allah tidak akan memberikan kenikmatan apa pun, wahai fasik.”

Mendengar jawaban serupa itu dari kaumnya sendiri, Abu Amir berkata kepada sekutunya dari suku Quraisy, “Kaumku sekarang sudah termakan fitnah.”

Setelah perang usai, Abu Sufyan dan Abu Amir al-Fasiqkeluar memeriksa korban yang tewas. Tiba-tiba mereka berhenti dekat jenazah Hanzalah. Si Fasik berkata kepada Abu Sufyan, “Tahukah kau siapa orang ini, hai Abu Sufyan?”

Abu Sufyan menjawab, “Tidak.”

“Dia adalah Hanzalah, anakku sendiri.” Kemudian, mereka memanggil semua orang untuk meninggalkan tempat itu sehingga jenazah Hanzalah tidak ada yang mengurus. Semua syuhada telah mereka makamkan kecuali Hanzalah.

Malaikat memandikan jenazah Hanzalah

Ketika Rasulullah mengetahui nasib Hanzalah, beliau bersabda, “Sesungguhnya sahabat kalian itu (maksudnya Hanzalah) dimandikan para malaikat. Tanyalah kepada keluarganya, bagaimana keadaannya?”

Sebagian orang bertanya kepada istrinya, dan ia menjawab, “Ketika mendengar panggilan untuk berjihad, ia langsung pergi, padahal ia dalam keadaan junub.”

Rasulullah saw. bersabda, “Karena itulah malaikat memandikannya” Ucapan Rasulullah saw. itu cukup menjelaskan betapa luhur kedudukan Hanzalah di sisi Allah serta di mata Rasulullah dan seluruh kaum muslim.

Orang yang membunuh Hanzalah adalah Syaddad ibn al-Aswad, yang terkenal dengan panggilan Ibn Sya‘ub al-Laitsi. Abu Amir merasa malu dan terhina ketika kaum muslim menaklukkan Makkah sehingga ia pergi meninggalkan Madinah dan meminta suaka di negeri Heraklius. Ia mati di sana dalam keadaan kafir.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement