Kisah
Beranda » Berita » Sidratul Muntaha, Pohon Besar di Langit Ketujuh yang Menandai Batas Pengetahuan Makhluk

Sidratul Muntaha, Pohon Besar di Langit Ketujuh yang Menandai Batas Pengetahuan Makhluk

sidratul muntaha (Ilustrasi)
sidratul muntaha (Ilustrasi)

SURAU.CO-Sidratul Muntaha hadir sebagai pohon besar di langit ketujuh yang menandai batas pengetahuan makhluk. Dalam perjalanan Mi‘raj Nabi Muhammad SAW, Sidratul Muntaha menjadi titik singgah terakhir sebelum beliau melangkah ke wilayah yang hanya Allah ketahui. Pohon agung ini tampil bukan sekadar simbol, melainkan realitas spiritual yang terus menyinari iman umat sepanjang zaman.

Para ulama menafsirkan Sidratul Muntaha sebagai batas ilmu seluruh makhluk. Malaikat berhenti di sana, manusia pun tak mampu melampauinya. Allah menegaskan melalui peristiwa Mi‘raj bahwa akal manusia terbatas, sementara ilmu-Nya tak berujung. Dengan itu, umat Islam belajar bahwa puncak ilmu sejati lahir dari ketundukan kepada Allah.

Nabi Muhammad SAW menyaksikan Sidratul Muntaha dengan pandangan yang menakjubkan. Daunnya terbentang seperti telinga gajah, buahnya sebesar tempayan, dan cahaya yang memancar darinya membuat pandangan tidak berpaling. Gambaran ini menunjukkan betapa dunia gaib menyimpan keindahan yang jauh melampaui pengalaman indera manusia.

Umat Islam menerima pengalaman ruhani Nabi melalui hadis sahih. Walau tidak menyaksikan langsung, mereka merasakan kedalaman makna di balik kisah itu. Setiap Muslim yang berdiri dalam shalat sesungguhnya sedang mengikuti jejak Nabi dalam Mi‘raj, karena shalat merupakan hadiah agung dari Sidratul Muntaha.

Sidratul Muntaha sebagai Batas Pengetahuan dan Simbol Keabadian

Sidratul Muntaha menegaskan keterbatasan pengetahuan makhluk sekaligus menghadirkan simbol keabadian. Perjalanan Nabi mengajarkan bahwa pencarian iman bukan hanya rasional, tetapi juga batiniah. Cerita ini tetap relevan di setiap zaman karena manusia modern pun terus berhadapan dengan keterbatasan akal.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Pohon yang menjulang ini merefleksikan kesinambungan hidup. Akar menghubungkan bumi, cabang merentang ke langit, dan daunnya meneduhkan. Melalui simbol ini, Allah mengingatkan manusia agar menjaga hubungan dengan-Nya, sekaligus menyadari bahwa pengetahuan tertinggi terletak pada iman.

Riwayat menjelaskan bahwa Sidratul Muntaha menjadi tempat berhentinya amal dan doa. Malaikat membawa catatan amal hingga pohon ini sebelum menyerahkannya. Fakta ini memberi pelajaran agar manusia tidak berbangga dengan amal, sebab hanya Allah yang menilai seluruh perbuatan.

Rahasia Spiritualitas Sidratul Muntaha dan Hikmah bagi Umat

Nabi singgah di Sidratul Muntaha untuk memperlihatkan kepada umat bahwa perjalanan iman tidak boleh berhenti. Setiap Muslim diajak terus bergerak naik dari satu tingkat iman menuju tingkat yang lebih tinggi. Transisi itu abadi, sama seperti perjalanan ruhani Nabi dalam Mi‘raj.

Para sufi memaknai Sidratul Muntaha sebagai titik fana’, lenyapnya ego manusia dalam cahaya Allah. Makna ini mengajarkan manusia untuk membersihkan hati dari kesombongan dunia. Dengan begitu, mereka bisa melihat kebenaran secara jernih. Inilah pengetahuan baru yang tetap hidup melintasi zaman.

Umat modern pun bisa mengambil pelajaran praktis. Sains menghadirkan penemuan hebat, tetapi selalu menemukan batas. Pada titik itu, manusia harus kembali kepada Sang Pencipta. Dengan demikian, Sidratul Muntaha hadir sebagai pengingat bahwa iman dan ilmu wajib berjalan seiring.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Setiap Muslim yang melaksanakan shalat sejatinya sedang mengikuti jejak Mi‘raj. Shalat lima waktu menjadi buah langsung dari perjalanan Nabi hingga Sidratul Muntaha. Dengan kesadaran itu, shalat bukan sekadar rutinitas, melainkan perjalanan ruhani yang menghubungkan manusia dengan Allah.

Sidratul Muntaha berdiri di langit ketujuh sebagai pohon besar yang menandai batas pengetahuan makhluk. Nabi Muhammad SAW menyaksikan keindahannya ketika Mi‘raj. Daunnya luas seperti telinga gajah, buahnya sebesar tempayan, dan cahaya memancar darinya. Pohon ini mengingatkan manusia akan keterbatasan akal dan kebesaran Allah.

Umat Islam merenungi Sidratul Muntaha sebagai simbol perjalanan spiritual. Pohon ini mengajarkan bahwa manusia harus menapaki jenjang iman tanpa berhenti. Shalat lima waktu yang kita laksanakan menjadi buah langsung dari Mi‘raj. Dengan shalat, seorang Muslim sejatinya mengikuti jejak Nabi, merasakan kedekatan dengan Allah, dan melampaui batas duniawi. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement