Ibadah
Beranda » Berita » Rukun Shalat dalam Safinatun Najah dan Penjelasannya: Menapaki Jalan Khusyuk Menuju Allah

Rukun Shalat dalam Safinatun Najah dan Penjelasannya: Menapaki Jalan Khusyuk Menuju Allah

Ilustrasi rukun shalat menurut Safinatun Najah
Ilustrasi realistik seorang muslim sedang sujud di ruang shalat yang bercahaya lembut, menggambarkan perjalanan spiritual menuju Allah melalui rukun-rukun shalat.

Shalat adalah tiang agama. Ia bukan hanya kewajiban, tetapi juga kesempatan indah bagi seorang hamba untuk menghadap Allah secara langsung. Dalam shalat, seorang muslim meninggalkan hiruk pikuk dunia, menenangkan hati, dan menyatukan diri dengan irama ibadah yang telah ditetapkan. Karena itu, memahami rukun shalat menjadi sangat penting. Tanpa rukun, shalat tidak sah.

Kitab klasik Safinatun Najah, karya Syekh Salim bin Sumair al-Hadhrami, menghadirkan penjelasan sederhana namun mendalam mengenai dasar-dasar ibadah, termasuk shalat. Kitab ini menjadi pedoman santri pemula di pesantren Nusantara untuk melangkah mantap dalam memahami fikih. Salah satu inti ajarannya adalah pembahasan tentang rukun shalat dalam Safinatun Najah, yang jumlahnya tiga belas. Dengan memahami rukun ini, seorang muslim bisa menapaki jalan khusyuk menuju Allah.

Shalat sebagai Jalan Khusyuk Menuju Allah

Allah menegaskan fungsi shalat dalam Al-Qur’an:

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)

Ayat ini menunjukkan bahwa shalat bukan sekadar gerakan lahiriah, tetapi sarana membentuk akhlak mulia. Agar shalat mampu menjadi perisai, seorang muslim perlu melaksanakannya dengan khusyuk. Khusyuk berarti hati hadir, pikiran fokus, dan anggota tubuh tunduk dengan penuh penghayatan. Rukun shalat adalah pilar yang menjaga agar khusyuk itu tumbuh, sebab setiap rukun menghadirkan makna simbolik dalam perjalanan rohani seorang hamba.

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Sekilas tentang Kitab Safinatun Najah

Safinatun Najah berarti “Bahtera Keselamatan.” Kitab ini disusun untuk membawa para penuntut ilmu mengarungi lautan syariat hingga selamat menuju pantai ridha Allah. Isinya ringkas, padat, dan sangat sistematis. Para santri biasanya mempelajarinya di tahap awal sebelum melanjutkan ke kitab fikih yang lebih tebal seperti Fathul Qarib atau Fathul Mu‘in.

Dalam bab shalat, kitab ini menjelaskan tentang syarat sah, sunnah, dan terutama rukun shalat. Dengan bahasa sederhana, Syekh Salim menuntun pembacanya agar bisa mempraktikkan shalat yang benar sesuai mazhab Syafi‘i.

Rukun Shalat Menurut Safinatun Najah

Rukun shalat adalah bagian inti yang wajib ada. Jika salah satu ditinggalkan, shalat batal, meskipun dilakukan dengan penuh semangat. Dalam Safinatun Najah, disebutkan ada 13 rukun shalat, yaitu:

  1. Niat
  2. Berdiri bagi yang mampu
  3. Takbiratul ihram
  4. Membaca Al-Fatihah
  5. Rukuk
  6. I‘tidal
  7. Sujud
  8. Duduk di antara dua sujud
  9. Tuma’ninah dalam tiap rukun
  10. Tasyahud akhir
  11. Duduk untuk tasyahud akhir
  12. Membaca shalawat Nabi pada tasyahud akhir
  13. Salam

Penjelasan Tiap Rukun Shalat

  1. Niat

Niat adalah awal dari setiap ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kitab Taisirul Khallaq

  1. Berdiri bagi yang Mampu

Selama tubuh sehat, kewajiban ini harus dilakukan. Namun, Islam memberi keringanan: bila tidak mampu berdiri, boleh shalat duduk, bahkan berbaring, sesuai kondisi.

  1. Takbiratul Ihram

Shalat dimulai dengan lafaz “Allahu Akbar”.

  1. Membaca Al-Fatihah

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Rukuk

Posisi tubuh membungkuk dengan tangan bertumpu di lutut, kepala sejajar dengan punggung.

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

  1. I‘tidal

Bangun dari rukuk dengan tegak. Bacaan “Sami‘allahu liman hamidah” .

  1. Sujud

Sujud adalah puncak kehambaan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Seorang hamba paling dekat dengan Rabb-nya adalah ketika ia sujud.” (HR. Muslim)

Dalam sujud, tujuh anggota tubuh menyentuh bumi: dahi, kedua telapak tangan, lutut, dan ujung jari kaki.

  1. Duduk di Antara Dua Sujud

Duduk tenang, membaca doa singkat penuh makna: “Rabbighfir li, warhamni, wajburni, warzuqni, wahdini, wa‘afini, wa‘fu ‘anni.”

  1. Tuma’ninah

Tuma’ninah berarti tenang dan tidak terburu-buru. Shalat yang dilakukan tanpa tuma’ninah tidak sah.

  1. Tasyahud Akhir

Tasyahud adalah kesaksian iman. Kalimat “Asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah” meneguhkan keyakinan bahwa hidup ini berlandaskan tauhid.

  1. Duduk Tasyahud Akhir

Duduk terakhir menjadi penanda bahwa shalat mendekati selesai. Posisi ini adalah momen hening sebelum salam.

  1. Membaca Shalawat Nabi

Shalawat minimal berbunyi: “Allahumma shalli ‘ala Muhammad.”

  1. Salam

Salam adalah penutup shalat sekaligus doa untuk keselamatan. Dengan menoleh ke kanan dan kiri, seorang muslim mengingat bahwa ibadahnya juga berdampak pada kehidupan sosial.

Dimensi Spiritual Rukun Shalat

Rukun-rukun shalat bukan hanya aturan fikih. Setiap rukun menyimpan makna spiritual yang membentuk kepribadian. Niat meneguhkan arah hidup, takbir membesarkan Allah di atas segala, rukuk dan sujud melatih kerendahan hati, sedangkan tuma’ninah mengajarkan kesabaran.

Para ulama mengingatkan bahwa rukun shalat adalah fondasi sah, tetapi ruh shalat terletak pada penghayatan. Tanpa ruh, shalat bisa kering. Sebaliknya, dengan ruh, shalat menjadi obat hati.

Menapaki Jalan Khusyuk Menuju Allah

Menjaga rukun shalat berarti menjaga sahnya ibadah. Namun, lebih dari itu, setiap muslim perlu menapaki jalan khusyuk. Ada beberapa langkah praktis:

  • Menghayati arti bacaan.
  • Menjaga gerakan agar tenang, tidak tergesa-gesa.
  • Menyadari bahwa shalat adalah dialog intim dengan Allah.

Para salafus shalih bahkan menjadikan shalat sebagai tempat beristirahat dari dunia. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” (HR. Abu Dawud)

Kalimat ini menandakan bahwa shalat bukan beban, melainkan pelipur hati.

Penutup

Shalat adalah pertemuan cinta. Setiap niat yang dipancarkan, setiap gerakan yang dijalani, setiap bacaan yang diucapkan, adalah langkah menuju Allah. Dengan memahami dan menjaga rukun shalat dalam Safinatun Najah, kita bukan hanya memastikan ibadah sah, tetapi juga menyiapkan hati untuk khusyuk.

Mari kita jadikan shalat bukan sekadar rutinitas, melainkan bahtera yang membawa jiwa berlayar menuju cahaya Ilahi. Semoga setiap rukuk menjadi kerendahan hati, setiap sujud menjadi keintiman, dan setiap salam menjadi doa keselamatan bagi seluruh alam.

 

  • Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqra’ University


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement