SURAU.CO -Haritsah ibn Suraqah adalah sahabat Nabi dari kalangan Anshar yang berasal dari kabilah Khazraj, keturunan Bani Najjar. Bapaknya bernama Suraqah ibn al-Harits ibn Adiy dan ibunya adalah al-Rubayyi bint al-Nadhr, saudara perempuan Anas ibn Nadhr, pahlawan yang gugur dalam Perang Uhud. Ibunya itu bersaudara dengan Malik ibn al-Nadhr yang menikah dengan Ummu Sulaim dan kemudian melahirkan Anas dan al-Barra.
Ketika mengetahui bahwa Abu Sufyan mengirim utusan ke Makkah agar Quraisy memobilisasi pasukan untuk memerangi kaum muslim Madinah dan mempertahankan harta kafilah dagang mereka, maka Nabi saw. segera menyeru kaum muslim untuk berangkat ke lembah Badar. Saat itu, jumlah kaum muslim yang mengikuti Nabi saw. ke Badar sekitar 313 orang. Salah satu pentolan Quraisy yang paling sengit memusuhi Nabi saw. dan paling bersemangat memerangi kaum muslim adalah Abu Jahal. Ia mendorong kaumnya untuk melanjutkan perjalanan menuju Madinah meskipun mereka telah mendengar kabar bahwa rombongan Abu Sufyan berhasil mengambil rute lain untuk menyelamatkan diri dari cegatan kaum muslim.
Haritsah ibn Suraqah: semangat bergabung dalam perang Badar
Tidak lama lagi kafilah dagang Abu Sufyan akan tiba di Makkah dengan selamat. Abu Jahal menghasut para pemimpin Makkah lainnya untuk menyerang kaum muslim di lembah Badar. Ketika mendengar kabar bahwa kaum muslim telah bersiap-siap menuju Badar, Haritsah bersemangat untuk ikut serta dalam barisan mereka. Ia berhasrat besar untuk meraih kesyahidan. Tetapi ada satu hal yang mengusik pikirannya, yaitu ibunya. Ia sangat mencintai ibunya dan mengkhawatirkan keadaannya jika ia pergi meninggalkannya. Ibunya pun sangat mencintai putranya. Namun, keinginan untuk ikut berperang tak terbendung lagi sehingga ia meminta izin kepada ibunya untuk bergabung dengan pasukan Rasulullah saw. meskipun saat itu usianya masih sangat muda. Dengan berat hati ibunya mengizinkan Haritsah untuk pergi berperang.
Ia pun segera mempersiapkan bekal dan senjatanya, kemudian bergabung dengan barisan kaum muslim. Akhirnya, kedua pasukan bertemu di lembah Badar. Pertempuran pun berkecamuk diawali dengan pertarungan satu lawan satu antara jagoan Quraisy dan jagoan kaum muslim. Meskipun masih muda, Haritsah berperang dengan penuh keberanian. Sayang, ketika ia berada dekat sumur Badar, seorang musyrik Quraisy, Hibban ibn al-Ariqah, memanahnya dan tepat mengenai tenggorokannya sehingga ia jatuh dan terbunuh.
Dalam peperangan itu kaum muslim memperoleh kemenangan gemilang. Lembah Badar dipenuhi pekik kemenangan kaum muslim. Sebaliknya, bagi kaum musyrik Quraisy, lembah itu menjadi petaka dan medan derita. Dalam peperangan itu beberapa pentolan Quraisy terkapar berkalang tanah, termasuk Abu Jahal ibn Hisyam, Utbah ibn Rabiah, Syaibah ibn Rabiah, al-Walid ibn Utbah, dan juga Umayyah ibn Khalaf—bekas majikan Bilal ibn Rabah.
Haritsah ibn Suraqah : sahabat yang pertama gugur dari kaum Anshar
Ibn al-Atsir menuturkan bahwa Haritsah adalah orang pertama yang tewas dari kalangan Anshar dalam Perang Badar.
Ibn al-Atsir juga mengutip sebuah hadis dari Abu al-Qasim Ya‘isy ibn Shadaqah ibn Ali al-Furati—seorang fakih Mazhab Syafii—dari Abu Muhammad Yahya ibn Ali al-Thurrah dari Abu al-Husain Muhammad ibn Ali ibn Muhammad al-Muhtadi Billah dari Yusuf Dusta al-Ilaf dari Abdullah ibn Muhammad al-Baghawi dari Abdullah ibn Aun dari Yusuf ibn Athiyah dari Tsabit al-Banani dari Anas r.a. bahwa ketika Rasulullah saw. berjalan, beliau berpapasan dengan seorang pemuda Anshar. Nabi saw. bertanya, “Bagaimana kabarmu, wahai Harits?”
Pemuda itu menjawab, “Aku sungguh beriman kepada Allah.”
“Sadarkah dengan apa yang kau katakan? Karena setiap ucapan meniscayakan bukti.”
“Wahai Rasulullah, aku selalu berusaha menghindari dunia, menghidupkan malam-malamku, dan mengisi siang hariku. Aku bagaikan berada di Arasy Tuhanku yang begitu jelas. Seolah-olah aku melihat penduduk surga saling berdampingan, dan seakan-akan aku melihat para penghuni neraka berteriak-teriak.”
Rasulullah saw. bersabda, “Tetaplah dalam keadaanmu, sembahlah Allah dengan keimanan dalam hatimu.” Harits berkata, “Wahai Rasulullah, doakan agar aku mati syahid.” Rasulullah pun mendoakannya. Maka, ketika hari peperangan tiba, dan Rasulullah menyeru kaum muslim untuk berbaris dalam pasukan, Haritsah bergabung dengan pasukan berkuda. Ia dianggap sebagai penunggang kuda pertama di antara pasukan Muslim dan juga orang pertama dari divisi kavaleri yang gugur sebagai syahid.
Haritsah ibn Suraqah : penghuni surga Firdaus tertinggi
Ketika mendengar kabar bahwa Haritsah gugur di medan Badar, ibunya bergegas pergi menemui Rasulullah saw. untuk menanyakan keadaan putranya. Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari Abdullah ibn Muhammad dari Muawiyah ibn Amru dari Abu Ishaq dari Humaid bahwa ia mendengar Anas r.a. berkata, “Haritsah yang masih belia terbunuh dalam Perang Badar. Ibunya bergegas mendatangi Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, Tuan mengetahui tempat Haritsah dalam hatiku dan hidupku. Aku sungguh ingin mengetahui keberadaannya. Jika ia berada di surga, aku akan bersabar, tetapi jika tidak, apakah yang harus kulakukan?’” Rasulullah saw. bersabda,
“Jangan khawatirkan keadaan putramu. Ada banyak surga di sana, dan ia berada di surga Firdaus.”
Setelah mendengar jawaban Nabi saw., Ummu Haritsah pulang sambil tersenyum dan berkata, “Hebat, sungguh hebat kau Haritsah.” Bagaimana mungkin ia tidak tersenyum dan hatinya berbunga-bunga sementara ia tahu bahwa putranya, Haritsah telah berada di surga Firdaus, surga yang paling tinggi di antara semua surga.
Haritsah menjalankan perintah Allah itu. Ia dikenal sebagai anak yang sangat berbakti dan selalu berbuat baik kepada ibunya. Tidaklah mengherankan jika Allah memberinya surga Firdaus sebagai tempat terakhirnya.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
