SURAU.CO -Haritsah ibn al-Nu‘man adalah seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar yang berasal dari kabilah Khazraj, keturunan Bani Najjar. Panggilannya adalah Abu Abdullah. Ia sangat mencintai Rasulullah saw. dan menunjukkan kecintaannya dengan lisan maupun perbuatan. Ia memiliki beberapa rumah dan salah satunya berdekatan dengan rumah Rasulullah saw. Ketika Rasulullah menikah, Haritsah segera mengosongkan kediamannya untuk Rasulullah saw. dan memindahkan keluarganya ke rumah yang lain. Kebaikannya itu membuat Rasul merasa malu karena Haritsah sering berpindah rumah dan memindahkan barang-barangnya semata-mata untuk Rasulullah.
Cintanya yang sangat besar kepada Allah dan Rasulullah menjadi sumber utama kekuatan dan energi hidupnya. Kecintaannya itu tidak pernah berubah hingga Rasulullah saw. wafat. Ia juga terkenal sebagai sahabat yang sangat mencintai Al-Quran dan membacanya setiap saat. Ia pun mencintai jihad untuk memperoleh rida Allah dan meninggikan kalimat-Nya. Ia memiliki budi pekerti yang mulia dan selalu menjaga tingkah lakunya agar tidak menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul-Nya. Kecintaannya kepada orang mukmin pun tak pernah terbantahkan. Ia menyayangi mereka sebagaimana menyayangi diri dan keluarganya sendiri, terlebih lagi kepada ibunda yang sangat ia hormati.
Pribadi yang taat pada ibundanya
Haritsah sangat taat dan tunduk kepada ibundanya. Tidak ada sahabat yang mampu menandinginya kecuali Utsman ibn Affan, yang dalam riwayat pernah berkata, “Aku tidak bisa melupakan wajah ibuku sejak aku masuk Islam.” Terdapat cerita bahwa Haritsah selalu memberi makan ibunya dengan tangannya sendiri dan tidak pernah menyanggah sepatah kata pun apa yang ia perintahkan. Bahkan, ia kerap kali bertanya kepada orang yang bertemu dan bicara dengan ibunya untuk mengetahui apakah ibunya senang atau marah kepadanya, “Apa yang dikatakan oleh ibuku?”
Haritsah membuktikan cintanya kepada Allah dan Rasulullah saw. dengan selalu berupaya menjalankan perintah dan menjauhi larangan keduanya. Umrah menceritakan dari Aisyah bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Aku masuk surga, dan aku mendengar bacaan Al-Quran. Aku berkata, ‘Siapa ini?’ Dikatakan, ‘Ia adalah Haritsah ibn al-Nu‘man.” Rasulullah saw. juga bersabda, “Seperti itulah balasan untuk ketaatan.”
Cinta Quran dan Jihad
Kecintaannya kepada Al-Quran tergambar dari sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Setiap kali mendapat kesempatan, Haritsah akan duduk dan membaca Al-Quran, merenungi ayat-ayatnya, dan mempraktikkan segala ketetapan yang terkandung dalam Qur’an: menghalalkan yang Allah halalkan dan mengharamkan segala yang Allah haramkan.
Kecintaannya kepada jihad ia tunjukkan dengan bergabung dengan pasukan Rasulullah dalam Perang Badar, Uhud, Khandaq, dan perang-perang lainnya. Kecintaannya pada budi pekerti yang luhur ia buktikan dengan selalu berperilaku baik. Ia juga menyukai orang yang selalu berbuat baik dan berkawan dengan orang-orang terpilih. Sebaliknya, ia membenci, menjauhi, dan mewaspadai para pembuat onar dan kerusakan. Ia sungguh mencintai kaum mukmin sebagaimana ia mencintai dirinya. Dalam hatinya tak terbersit kebencian, dendam, atau kedengkian kepada siapa pun. Kecintaannya kepada ibu merupakan wujud ketaatannya kepada perintah Allah dan Rasulullah saw. Ia senantiasa berbakti kepada ibunya, tidak menyakiti, mencederai haknya, atau berperilaku yang menyakiti hatinya.
Sikap dan perilaku Haritsah ibn al-Nu‘man menggambarkan cinta yang memenuhi jiwanya. Ia percaya sekaligus mempraktikkan apa yang dipercayainya. Ia pun tidak merasa cukup hanya dengan berjihad dalam peperangan. Ia tidak hanya mengerahkan tenaga dan jiwanya dalam medan jihad. Ia juga terkenal sebagai mukmin yang sangat dermawan. Ia tak pernah ragu menyerahkan hartanya untuk perbekalan dan perlengkapan pasukan Rasulullah setiap kali mereka bersiap-siap menuju medan perang. Ia pun gemar menyantuni fakir miskin.
Haritsah ibn al-Nu‘man sahabat yang melihat Jibril
Ibn al-Atsir meriwayatkan sebuah hadis tentang Haritsah ibn al-Nu‘man dari Abdullah ibn Amir ibn Rabiah bahwa Haritsah ibn al-Nu‘man berkata, “Aku berpapasan dengan Rasulullah saw. dan bersama beliau kulihat malaikat Jibril a.s. sedang duduk pada bangku. Kuucapkan salam kepada beliau, dan aku merasa cukup. Ketika aku kembali, Nabi saw. berpaling kepadaku dan bersabda, ‘Apakah kau melihat seseorang bersamaku?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ ‘Dia adalah Jibril, ia menjawab salammu.
Haritsah ibn al-Nu‘man wafat berpulang ke sisi Allah pada masa kekhalifahan Muawiyah.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
