SURAU.CO – Ada sesuatu yang begitu istimewa ketika lisan ini menyebut dan melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Ia bukan sekadar rangkaian kata, bukan pula sekadar doa, tetapi sebuah amalan yang menghadirkan kedekatan, ketenangan, sekaligus keberkahan.
Allah ﷻ sendiri memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi ﷺ:
> “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Perintah ini menandakan betapa agungnya kedudukan shalawat. Bahkan, Allah ﷻ mengaitkannya dengan cinta, rahmat, dan ketinggian derajat Nabi ﷺ. Dan setiap kali kita melantunkannya, kita pun ikut mendapatkan bagian dari rahmat itu.
Keindahan Shalawat dalam Kehidupan Sehari-hari
- Menjadi penenang hati – Saat hati gelisah, lidah yang basah dengan shalawat akan menghadirkan ketenteraman. Seakan bunga-bunga mekar di dalam jiwa yang sebelumnya gersang.
-
Mengundang cinta Allah ﷻ – Bershalawat adalah bentuk cinta kepada Rasulullah ﷺ. Dan mencintai beliau adalah jalan menuju cinta Allah.
-
Menghapus dosa dan mengangkat derajat – Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)
Bayangkan, satu shalawat kecil dari lisan kita berbalas sepuluh kali kasih sayang dari Allah.
- Mendekatkan kita dengan Nabi ﷺ – Di akhirat nanti, orang yang paling dekat dengan Rasulullah adalah mereka yang paling banyak bershalawat kepadanya.
Shalawat Bagaikan Bunga
Shalawat itu ibarat bunga yang mekar di taman hati. Semakin sering dilantunkan, semakin harum pula aroma iman yang terpancar.
Laksana ranting-ranting pohon berbunga indah di dinding sederhana, shalawat menghiasi kehidupan seorang muslim dengan keindahan yang tak lekang oleh waktu.
Mari Jadikan Shalawat Sebagai Iringan Nafas: Setiap langkah kita, setiap helaan nafas, akan jauh lebih bermakna bila dihiasi shalawat. Saat bekerja, belajar, berjalan, bahkan di sela-sela doa, sematkanlah shalawat. Karena dengan itu, kita sedang menanam kebaikan yang akan berbuah indah di dunia dan akhirat. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ – عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ﷺ
Pesan yang penuh hikmah dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz رحمه الله ini seakan menjadi alarm ruhani bagi kita semua.
Di zaman yang penuh fitnah, dengan derasnya arus informasi, kekurangan ulama yang lurus dan terpercaya menjadi musibah besar. Ulama adalah pewaris para nabi—penerang jalan umat dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah. Ketika mereka wafat, maka seolah cahaya itu satu per satu padam.
Syaikh bin Baz mengingatkan kita agar jangan menunda kesempatan menimba ilmu. Selagi ada ulama, ustadz, atau majelis ilmu yang masih terbuka, manfaatkanlah dengan sungguh-sungguh. Karena akan tiba masa ketika orang mencari guru yang amanah dan berilmu, namun sulit menemukannya.
Ilmu agama bukan sekadar tambahan, tapi kebutuhan pokok hati dan jiwa. Ia adalah benteng dari syubhat, penunjuk jalan dari kesesatan, dan penolong saat dunia menggoda. Maka, siapa yang masih diberikan kesempatan duduk di majelis ilmu, mendengar nasihat ulama, atau membaca karya mereka, hendaklah ia bersyukur dan menjaganya.
“Jagalah kesempatan hidupmu, pelajarilah agamamu, dan pahamilah agamamu, sebelum tiba saat engkau mencari orang yang dapat mengajarkanmu tetapi tak menemukan seorang pun.”
Semoga Allah menjaga para ulama yang masih ada, merahmati yang telah wafat, dan menggantikan mereka dengan generasi yang teguh, lurus akidahnya, dan ikhlas perjuangannya. Oleh : Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
