Kisah
Beranda » Berita » Adi bin Hatim: Menyaksikan Sendiri Kebenaran Janji Rasulullah

Adi bin Hatim: Menyaksikan Sendiri Kebenaran Janji Rasulullah

Adi bin Hatim. Ilustrasi Meta AI.

SURAU.CO – Sejarah Islam penuh dengan kisah inspiratif. Salah satunya adalah kisah Adi bin Hatim. Beliau seorang pemimpin suku Thai yang terkemuka. Awalnya, ia sangat memusuhi Islam. Namun, pertemuannya dengan Nabi Muhammad SAW mengubah segalanya. Adi bin Hatim menyaksikan langsung keagungan akhlak Nabi. Ia juga mendengar janji-janji kenabian. Janji-janji ini datang langsung dari langit. Hal ini meluluhkan hatinya. Akhirnya, ia memeluk Islam pada tahun ke-9 Hijriah. Kisah ini mengajarkan kita banyak hal. Kita memahami kekuatan mukjizat. Kita belajar tentang pentingnya keimanan.

Adi bin Hatim: Latar Belakang Seorang Pemimpin Dermawan

Adi bin Hatim bin Abdullah bin Saad bin Hasyraj At-Thai adalah nama lengkapnya. Orang menjulukinya Abu Wahab dan Abu Tarif. Sahabat ini terkenal sebagai orator yang sangat pandai. Beliau adalah kepala suku Thai. Beliau memimpin baik pada masa jahiliah maupun masa Islam. Adi memiliki jasa besar dalam menumpas kaum murtad. Ia juga ikut serta dalam penaklukan Irak. Beliau berdomisili di Kota Kufah dan wafat di sana.

Adi mewarisi kepemimpinan ayahnya sebagai penguasa suku At-Tha’i. Kaum Tha’i mengeluarkan seperempat harta mereka. Mereka memberikannya sebagai pajak kepada Adi. Ini imbalan bagi kepemimpinannya. Dengan harta yang dimiliki, putra Hatim ini sangat dermawan. Karena itu, ia menjadi orang yang sangat disegani di kalangan kaumnya.

Pertemuan Adi bin Hatim dan Rasulullah 

Ketika Rasulullah mendakwahkan Islam, bangsa Arab mulai mendekat. Suku demi suku datang kepada beliau. Namun, Adi justru melihat pengaruh Rasulullah sebagai ancaman. Ia khawatir kepemimpinannya akan lenyap. Karena itu, ia memusuhi Rasulullah. Padahal, ia belum mengenal pribadi Nabi yang mulia itu. Adi kemudian meninggalkan kampungnya. Ia pergi menuju Syam untuk menghindar.

Adi menuturkan kisahnya sendiri: ”Aku kemudian lebih membenci keberadaanku di sana ketimbang kebencianku kepada Rasulullah Saw. Aku lalu putuskan lebih baik aku pergi menemuinya. Kalau ia seorang raja atau pendusta, niscaya aku dapat mengetahuinya dan jika ia seorang yang benar (Nabi), aku harus mengikutinya.”

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Kemudian Adi berangkat ke Madinah. Ia tiba di hadapan Rasulullah SAW di masjidnya. Ia mengucapkan salam kepada beliau. Rasulullah bertanya: “Siapa anda?” Adi menjawab: “Adi bin Hatim!”

Rasulullah SAW kemudian berdiri. Beliau membawa Adi ke rumahnya. Adi melihat pemandangan menakjubkan. “Demi Allah ketika beliau membawaku kerumah tiba-tiba ada seorang perempuan tua dan lemah yang mencegatnya kemudian beliau pun berhenti lama sekali kepada wanita yang mengajukan keperluannya kepada beliau itu.” Adi berkata dalam hati: “Demi Allah, ini bukan gaya seorang raja.”

Setelah itu, Rasulullah SAW berjalan lagi. Beliau membawanya masuk ke dalam rumah. Beliau mengambil sebuah bantal dari kulit yang sangat sederhana. Kemudian Beliau melemparkannya kepada Adi seraya berkata: “Duduklah di atasnya!” Adi menjawab: “Anda sajalah!” Namun, Rasulullah tetap mempersilakannya. Adi pun duduk di atas bantal itu. Beliau sendiri duduk di atas tanah. Dalam hati, Adi berkata lagi: “Demi Allah, ini bukan perilaku seorang raja.”

Tiga Janji Rasulullah yang Mengguncang Iman Adi bin Hatim

Rasulullah kemudian memulai percakapan penting. Beliau berkata, “Wahai Adi bin Hatim apakah engkau mengetahui Illah selain Allah?.” Adi menjawab: “Tidak.”

Beliau bertanya lagi, “Bukankah engkau seorang yang beragama?”, Adi menjawab, “Ya benar demikian.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Bukankah engkau memungut seperempat dari barang rampasan yang diperoleh kaummu?” Tanya beliau, Adi menjawab, “Ya benar demikian.”

Beliau kemudian berkomentar, “Sesungguhnya hal itu tidak dihalalkan oleh Agamamu.” Adi menjawab, “Demi Allah, memang dilarang.”

Selanjutnya, Rasulullah SAW menyampaikan janji-janji kenabian. Ini adalah janji yang akan menguatkan keimanan Adi. Ini juga akan menghilangkan keraguannya.

  1. Kekayaan Berlimpah di Kalangan Muslim: Rasulullah bersabda, ”Wahai Adi bin Hatim, barangkali engkau enggan memeluk agama ini (Islam) karena melihat kemiskinan di kalangan pemeluknya. Demi Allah sebentar lagi harta kekayaan akan berlimpah ruah kepada mereka (kaum Muslim) sehingga tidak ada lagi orang yang mau mengambilnya.” Ini menunjukkan masa depan ekonomi umat.

  2. Keamanan di Jalan Allah: Nabi melanjutkan, “Barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini (Islam) karena banyaknya musuh mereka dan sedikitnya jumlah mereka. Demi Allah, sebentar lagi engkau akan mendengar seorang wanita yang pergi dari Qadisiah menunggang ontanya ke rumah ini tanpa rasa takut.” Ini menggambarkan keamanan yang akan tercipta.

    Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

  3. Jatuhnya Istana Putih Babilonia: Terakhir, Beliau bersabda, “Barangkali engkau masih enggan memeluk agama ini karena kerajaan dan kekuasaan masih berada di tangan orang-orang selain mereka. Demi Allah, sebentar lagi engkau akan mendengar tentang istana-istana putih dari Babilonia jatuh ke tangan mereka (kaum Muslimin).” Ini adalah nubuat tentang penaklukan Kekaisaran Persia.

Mendengar janji-janji ini, hati Adi bin Hatim terbuka. Adi berkata, “Kemudian aku pun masuk Islam.”

Pembuktian Janji: Mengukuhkan Keyakinan Adi bin Hatim

Janji-janji Rasulullah SAW bukanlah omong kosong. Adi bin Hatim sendiri menjadi saksi nyata. Ia melihat bagaimana dua janji pertama terbukti.
“Kemudian aku telah menyaksikan dua hal yang disebutkan Rasulullah Saw di atas: Wanita (yang pergi dari Qadisiah ke Madinah sendirian tanpa takut, sebagaimana yang dikatakan Nabi Saw) dan aku sendiri ikut dalam pasukan pertama penyerbuan harta kekayaan Kisra.”

Pertama, ia menyaksikan keamanan yang luar biasa. Seorang wanita dapat melakukan perjalanan jauh sendirian. Ia menunggang untanya dari Qadisiyah ke Madinah. Ia tidak merasakan rasa takut sedikit pun. Ini adalah bukti nyata tegaknya keamanan Islam. Kedua, Adi bin Hatim ikut serta dalam penyerbuan harta kekayaan Kisra. Ini merujuk pada penaklukan Kekaisaran Persia. Harta rampasan perang sangat melimpah ruah. Umat Islam memperoleh kekayaan yang besar. Ini menggenapi janji Nabi tentang kelimpahan harta.

Adi bin Hatim sangat yakin. Ia bersumpah kepada Allah. Janji ketiga Nabi SAW pasti akan terbukti. “Aku bersumpah kepada Allah, hal ketiga yang dijanjikan Nabi Saw pasti akan terbukti. Wallahu a’lam bishshawaab.” Keyakinannya teguh. Ia telah melihat dua bukti nyata.

Kekuatan Mukjizat dan Hikmah Prediksi Nabi

Kisah Adi bin Hatim mengajarkan kita. Mukjizat dan prediksi Nabi Muhammad SAW sangat penting. Allah memberikan kemampuan ini kepada Nabi-Nya. Tujuannya menguatkan iman para sahabat. Selain itu, ini menjadi bukti kebenaran risalah Islam. Prediksi masa depan bukanlah ramalan biasa. Ini adalah informasi dari wahyu ilahi. Ia menunjukkan kekuasaan Allah.

Prediksi ini juga memiliki hikmah besar. Ia memberikan harapan kepada umat Islam. Terutama saat mereka menghadapi kesulitan. Janji-janji ini menegaskan bahwa Islam akan menang. Kekuatan dan kekayaan akan datang. Kedamaian akan menyebar luas. Ini menjadi motivasi kuat. Umat Islam tetap teguh berjuang.

Pelajaran untuk Umat Islam Kini: Keyakinan, Kesederhanaan, dan Harapan

Kisah Adi bin Hatim relevan hingga kini. Kita dapat mengambil banyak pelajaran. Pertama, pentingnya keyakinan pada janji Allah. Meskipun menghadapi kesulitan, kita harus yakin. Kemenangan dan kelimpahan akan datang pada waktunya. Kedua, kesederhanaan pemimpin adalah kunci. Sikap rendah hati Nabi menawan hati Adi. Ini menunjukkan pemimpin sejati tidak terpikat dunia. Ketiga, kita harus memiliki harapan kuat. Janji-janji Allah pasti terbukti. Ujian adalah bagian dari perjalanan.

Kisah Adi bin Hatim dan janji-janji Nabi Muhammad SAW adalah bukti nyata. Ini menunjukkan kebenaran risalah Islam. Pertemuan yang mengubah hati Adi adalah pelajaran berharga. Ini menunjukkan kekuatan akhlak Nabi. Janji-janji tentang kekayaan, keamanan, dan penaklukan terbukti. Ini mengukuhkan keyakinan setiap Muslim. Semoga kita selalu berpegang teguh pada janji-janji Allah. Kita juga perlu meneladani kepemimpinan Rasulullah SAW.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement