Khazanah
Beranda » Berita » Al-Hubab ibn Al-Mundzir : Sahabat Anshar yang Brilian

Al-Hubab ibn Al-Mundzir : Sahabat Anshar yang Brilian

Al-Hubab ibn Al-Mundzir : Sahabat Anshar yang Brilian
Ilustrasi pasukan Islam menggali sumur jelang perang Badar.

SURAU.CO -Sepertinya tidak ada julukan yang cocok dan menyenangkan bagi Al-Hubab ibn Al-Mundzir, sahabat Anshar dari kabilah Khazraj keturunan Bani Salmi ini, kecuali julukan “Si Cerdik”. Julukan ia dapatkan karena ia memiliki kecerdikan dan kecerdasan dalam menyikapi setiap permasalahan. Ia pun mampu menyampaikan pemikiran dan gagasannya kepada orang lain dengan cara yang lugas dan jelas. Tidak mudah mencari sosok yang sebanding dengan al-Hubab dari sisi kecerdikan dan kecerdasan.

Al-Hubab ibn Al-Mundzir : pemikir yang brilian

Ia mendapatkan julukan itu bukan karena satu gagasan atau ide tertentu, melainkan karena ia telah menunjukkan kecakapan dan kapasitas dirinya dalam berbagai kesempatan dan peristiwa. Ia kerap memiliki gagasan yang cemerlang dan pemikiran yang brilian. Ia juga sering mengemukakan pendapat yang bijak dan penuh pertimbangan. Kepandaiannya suprior, dan begitu pun kejernihan akalnya. Semua aspek itu membuatnya layak menjadi teladan dan panutan.

Dalam beberapa ayat Al-Quran tertulis bahwa salah satu elemen penting dalam komunitas Islam adalah musyawarah. Allah berfirman, “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Alu ‘Imran (3): 159). Dia juga berfirman, “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (QS. al-Syura (42): 38). Musyawarah memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting dalam perjalanan komunitas Islam. Rasulullah saw. sendiri selalu mempergunakan metode musyawarah ketika menghadapi berbagai permasalahan, termasuk ketika kaum muslim berperang melawan musuh mereka.

Siasat perang yang jitu pada perang Badar

Pada Perang Badar, Rasulullah saw. berangkat membawa sekitar 313 orang setelah mengetahui bahwa Quraisy menghimpun kekuatan sebanyak 1.000 tentara. Peperangan antara dua pihak tak bisa terhindari. Lembah Badar menjadi saksi kecamuk perang antara kaum muslim dan kaum musyrik. Ketika Rasulullah saw. dan pasukan muslim berhenti di bagian lembah yang jauh dari sumur Badar, al-Hubab ibn al-Mundzir yang membawa panji kabilah Khazraj, berkata, “Apakah Tuan memilih tempat ini sebagai ketetapan dari Allah yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, ataukah ini merupakan pendapat atau bagian dari siasat perang Tuan?”

Rasulullah saw. bersabda, “Benar. Ini adalah pandangan, strategi, dan siasat perang.”

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

“Jika benar begitu, wahai Rasulullah, berarti tempat ini bukan tempat yang baik untuk kita. Perintahkan pasukan agar berhenti dekat sumur. Kemudian kita akan menggali tanah pada sekitar sumur itu dari keempat sisinya sehingga menjadi kolam yang akan penuh dengan air. Setelah itu, barulah kita berperang. Dengan cara itu, kita dekat pada sumber air dan bisa meminumnya dengan leluasa, sementara mereka tidak.”

Mendengar usulannya Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh kau telah mengungkapkan gagasan yang brilian.”

Rasulullah dan pasukannya kembali berdiri untuk meneruskan perjalanan hingga tiba dekat  sumur. Mereka berhenti, kemudian Rasulullah saw. memerintahkan para sahabat untuk menggali tanah di sekitar sumur itu sehingga terbentuk kolam yang terairi sumur itu. Karena strategi inilah di antaranya kaum muslim dapat menghalau dan mengalahkan kaum musyrik.

Rasulullah tidak ragu menerima dari saran al-Hubab

Rasulullah saw. tidak merasa malu dan tanpa ragu-ragu menerima gagasan yang dilontarkan oleh sahabat yang memiliki julukan “Si Cerdik” ini. Persetujuan Rasulullah saw. itu tidak beliau sampaikan secara sembunyi-sembunyi, tetapi secara terang-terangan di hadapan semua pasukan muslim. Bahkan Rasulullah berkata kepada al-Hubab secara langsung, “Sungguh kau telah mengungkapkan gagasan yang brilian.”

Rasulullah saw. benar-benar memberi kita teladan tentang bagaimana menerapkan prinsip musyawarah yang Allah firmankan dalam Al-Quran. Beliau menjalankan prinsip itu secara efektif dan tepat guna. Tidak aneh jika baginda Rasulullah saw. Allah sifati sebagai pemilik budi pekerti yang agung. (QS. al-Qalam (68): 4).

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ikut serta Rasulullah pada perang al-Sawiq

Selain terkenal cerdik, al-Hubab juga sangat mencintai jihad. Ketika meletus Perang al-Sawiq, ia pergi bersama Rasulullah saw. dan kaum muslim untuk menuntut balas atas tindakan Abu Sufyan ibn Harb. Yang mana setelah mengalami kekalahan yang menyakitkan dalam Perang Badar, para pentolan Quraisy, termasuk Abu Sufyan menyimpan dendam dan kebencian yang lebih besar kepada Rasulullah saw. dan kaum muslim.

Bahkan, Abu Sufyan berjanji tidak akan menggauli istrinya atau tidak akan mandi junub sebelum bisa membalas dendam kepada Muhammad. Untuk melampiaskan amarahnya, Abu Sufyan membawa satu kompi pasukan menuju Uraidh yang berada di dekat Madinah. Mereka membunuh dua orang laki-laki lalu membakar beberapa rumah.

Penduduk kampung itu segera menemui Rasulullah untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Maka, Rasulullah saw. berangkat bersama sekelompok sahabat, termasuk al-Hubab untuk mengejar pasukan Abu Sufyan. Ketika mendengar keberangkatan pasukan Rasulullah, Abu Sufyan dan pasukannya segera melarikan diri menuju Makkah. Sebagian anggota pasukannya menjatuhkan karung-karung tepung dan perbekalan lain agar bisa bergerak lebih cepat. Karung tepung itu berceceran sepanjang jalan sehingga karena itulah peristiwa itu terkenal dengan al-Sawiq (yang berceceran).

Ibn Sa‘d dalam Thabaqat-nya mengatakan bahwa pada Perang Uhud al-Hubab berperang dekat dengan Rasulullah saw. Bahkan ia menjadikan dirinya sebagai perisai hidup untuk melindungi Rasulullah saw. Ia juga ikut dalam Perang Khandaq meskipun dalam peristiwa itu tidak terjadi kontak fisik yang hebat antara pasukan muslim dan pasukan Quraisy beserta sekutunya, kecuali beberapa perkelahian.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement