Khazanah
Beranda » Berita » Imran ibn Husain : Sahabat yang Sabar Menghadapi Cobaan

Imran ibn Husain : Sahabat yang Sabar Menghadapi Cobaan

Imran ibn Husain : Sahabat yang Sabar Menghadapi Cobaan
Ilustrasi ujian sakit yang dialami sahabat.

SURAU.CO-Imran ibn Husain adalah seorang sahabat Nabi yang berasal dari suku Khuza’ah, keturunan Bani Ka‘bi. Ayahnya bernama Husain ibn Ubaid ibn Khalaf ibn Abdi Nuham ibn Khudzaifah. Nama panggilan Imran adalah Abu Nujaid.

Imran ibn Husain termasuk sahabat terkemuka. Ia memeluk Islam pada tahun penaklukan Khaibar. Sejak telapak tangannya bersentuhan dengan telapak tangan Rasulullah saw., tangan itu tak pernah lagi ia gunakan untuk melakukan kemungkaran. Sejak mengucapkan syahadat, ia selalu menggunakan tangannya untuk kebajikan. Salah satu kelebihan yang Allah berikan kepadanya adalah bahwa doanya selalu terkabul. Setelah menjadi Muslim, Imran selalu berusaha ada dekat dengan Nabi saw., termasuk dalam berbagai peperangan.

Membenci orang yang banyak bicara minim amal

Imran ibn Husain sangat membenci orang yang banyak bicara tetapi tidak mau beramal. Ia juga benci orang yang melarang kemungkaran, tetapi ia justru mengerjakannya. Kebenciannya itu berdasar oleh firman Allah:

“Wahai orang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. al-Shaf (61): 2-3).

Terlebih lagi jika yang melakukan perbuatan semacam itu adalah orang yang  mereka anggap alim. Bagaimana mungkin nasihat atau petuah orang semacam itu akan dipatuhi orang lain jika ia sendiri tak mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari; bagaimana mungkin orang-orang mengikuti ucapannya jika perbuatannya tidak sejalan dengan perkataannya.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Pribadi yang sangat taat

Ketika berlangsung konflik antara Ali dan Muawiyah, Imran tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Ia memilih untuk lebih menekuni ibadah. Ia sering berwasiat kepada kaum muslim, “Rajinlah ke masjid! Jika kau didatangi, diamlah di rumahmu! Jika kau berada dalam rumahmu, tetapi masih juga mendatangimu, dan orang itu berusaha menzalimi diri serta hartamu maka perangilah dia!”

Imran dikenal sebagai muslim yang sangat takut kepada Allah. Khalifah Umar r.a. pernah mengutusnya ke Bashrah untuk mengajarkan agama di sana. Saat ia tiba, penduduk Bashrah menyambutnya dengan baik dan mereka menyukainya karena melihat kesalehan dan ketakwaannya.

Muhammad ibn Sirin menuturkan, “Belum pernah kami melihat seseorang dari para sahabat Nabi saw. yang melebihi Imran ibn Husain.”

Banyak orang yang telah meriwayatkan hadis darinya, antara lain Ibn Sirin dan al-Hasan. Al-Hasan meriwayatkan dari Imran ibn Husain bahwa Rasulullah saw. melarang seseorang untuk memuji-muji bukan pada tempatnya. Namun, kami melakukannya dan kami tidak mendapat keuntungan apa pun.”

Sabar ketika mengalami ujian sakit

Ibn al-Atsir menuturkan bahwa ketika ia terbaring sakit, para malaikat selalu mengucapkan salam kepadanya; ketika ia mengungkapkan pujian yang tak sesuai, para malaikat pun tidak lagi mengucapkan salam kepadanya. (Baru setelah ia menyadari kesalahannya) Malaikat kembali mengucapkan salam kepadanya. Ia menderita sakit kelebihan cairan selama bertahun-tahun, tetapi ia tetap tabah. Untuk mengobati penyakitnya, perutnya harus dibedah sehingga cairan berlebih dapat dikeluarkan dari tubuhnya. Selama menderita sakit, ia tak dapat melakukan apa-apa kecuali berbaring di tempat tidur. Saking lamanya terbaring, tempat tidurnya seakan-akan berlubang. Ia menderita penyakit itu selama tiga puluh tahun.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Pada suatu hari seseorang menjenguknya dan berkata, “Wahai Abu Nujaid, demi Allah, ada urusan yang membuatku tak dapat segera menjengukmu.”

Imran menjawab, “Wahai anak saudaraku, jangan khawatir. Demi Allah, ini lebih aku sukai, juga lebih Allah sukai.”

Selama ia sakit tak pernah ia meninggalkan zikir dan tak pernah ia mengeluh atau sekadar mengucapkan kata “Ah” hingga wafatnya pada 52 Hijrah di Bashrah. (St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement