SURAU.CO-Khabbab ibn al-Aratt adalah sahabat Nabi dari Bani Tamim. Sebagian perawi mengatakan bahwa ia berasal dari Bani Khuza’ah. Namun, pendapat pertama lebih populer. Ayahnya bernama al-Aratt ibn Jandalah. Ia memiliki beberapa nama panggilan, termasuk Abu Abdillah, Abu Muhammad, dan Abu Yahya.
Khabbab ibn al-Aratt: seorang Arab badui
Khabbab sesungguhnya adalah seorang Arab badui (Arab pedalaman), tetapi pada masa Jahiliah ia pernah tertawan dan menjadi budak seorang wanita Makkah yang bernama Ummu Anmar. Wanita ini, seperti layaknya sifat wanita, berwatak lembut, tetapi sewaktu-waktu wataknya berubah keras layaknya laki-laki. Dari tampilan fisiknya, ia seperti kebanyakan wanita lain, tetapi perangainya keras dan angkuh. Ia memandang manusia hanya sebagai gumpalan daging dan darah. Ia memperlakukan mereka layaknya hewan, bahkan lebih kejam.
Khabbab ibn al-Aratt : ahli membuat pedang
Khabbab punya keahlian membuat pedang. Tidak sedikit pemuka Quraisy yang mengagumi pedang buatannya. Suatu ketika, majikannya, Ummu Anmar, mendengar kabar bahwa Khabbab mendatangi Rasulullah. Wanita itu sangat murka dan langsung mencari Khabbab untuk kemudian menyiksanya dengan siksaan yang sangat menyakitkan.
Watak keras wanita itu membuatnya berlaku sangat keji kepada Khabbab. Ia membakar beberapa bagian tubuh Khabbab hingga tercium bau daging terpanggang. Namun, Allah tidak membiarkan siksaan itu terus dialami Khabbab. Tiba-tiba saja wanita keji itu menderita penyakit yang aneh. Ummu Anmar terus-terusan berteriak. Mulutnya mengeluarkan bunyi yang menyerupai lolongan anjing.
Mengalami penyiksaan oleh majikan
Ibn al-Atsir meriwayatkan dalam biografi Khabbab bahwa Abu Salih berkata: Khabbab adalah pandai besi yang mahir membuat pedang. Rasulullah saw. sangat menyayangi dan sering mengunjunginya. Beberapa orang melaporkan kepada majikannya bahwa Muhammad sering mengunjunginya. Tanpa ragu lagi sang majikan mengambil sebuah besi membara dan meletakkannya di atas kepala Khabbab. Setelah kejadian itu, Khabbab mengadu kepada Rasulullah saw. dan beliau bersabda, “Ya Allah, tolonglah Khabbab.”
Maka, seketika itu juga Ummu Anmar merasakan sakit yang sangat perih di kepalanya. Ia menjerit mengeluarkan suara seperti lolongan anjing. Kemudian Khabbab berkata kepada Ummu Anmar, “Akulah pelakunya.”
Kemudian Khabbab mengambil sebatang besi membara, lalu menempelkannya di kepala sang majikan sebagai balasan atas perbuatannya.
Termasuk golongan awal masuk Islam
Khabbab termasuk golongan yang pertama masuk Islam. Ia orang keenam yang mengimani Rasulullah, dan termasuk di antara sahabat yang mengalami siksaan pedih akibat keimanannya. Imam Mujahid mengatakan bahwa orang yang pertama kali menyatakan keislamannya secara terang-terangan adalah Rasulullah sendiri, lalu Abu Bakar, kemudian Khabbab, Shuhaib, Bilal, Ammar, dan Sumayyah Ibunda Ammar. Rasulullah saw. mendapatkan pembelaan dan perlindungan pamannya, Abu Bakar mendapat perlindungan kaumnya.
Sementara kaum muslim yang tidak memiliki pelindung mesti merasakan kerasnya siksaan yang kaum musyrik Quraisy lakukan, termasuk di antaranya Khabbab, Bilal, dan keluarga Ammar. Mereka mengalami berbagai macam siksaan yang merontokkan tulang dan menghancurkan tubuh mereka.
Khabbab ibn al-Aratt dan punggung yang mengelupas
Al-Sya’bi menuturkan bahwa Khabbab sangat sabar dan tidak pernah menjawab pertanyaan apa pun yang kaum kafir ajukan kepadanya. Meskipun mereka menimpa punggungnya dengan batu besar yang panas membara hingga daging punggungnya mengelupas, Khabbab tetap teguh dalam keimanannya.
Masih penuturan al-Sya’bi: khalifah Umar ibn al-Khattab pernah bertanya kepada Khabbab tentang perlakuan orang musyrik kepadanya. Khabbab menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, lihatlah punggungku.”
Umar pun melihat punggung Khabbab dan berkata, “Tak pernah aku melihat punggung seorang pun seperti punggung yang kulihat hari ini.”
Khabbab berkata, “Api telah membakarnya dan mengelupaskan dagingnya. Tak ada yang memadamkan api itu kecuali lemak di punggungku.”
Kafir Quraisy yang tak mau membayar jasa Khabbab ibn al-Aratt
Banyak orang Quraisy yang meminta Khabbab membuatkan pedang, tetapi mereka sama sekali tidak mau membayar sedikit pun, termasuk di antaranya al-Ash ibn Wail al-Sahmi. Ibn Hisyam meriwayatkan dari Ibn Ishaq tentang kelakuan al-Ash ibn Wail kepada Khabbab. Ibn Ishaq menuturkan: Khabbab ibn al-Aratt adalah sahabat Rasulullah yang bekerja sebagai pandai besi dan pembuat pedang di Makkah. Suatu ketika ia menjual beberapa pedang buatannya kepada al-Ash ibn Wail sehingga seharusnya ia mendapat imbalan yang lumayan banyak. Kemudian al-Ash datang dan berkata: “Wahai Khabbab, bukankah Muhammad sahabatmu itu yang kau ikuti agamanya mengatakan bahwa kelak para penghuni surga akan mendapatkan emas, perak, pakaian, dan pembantu yang tunduk lagi taat?”
Khabbab menjawab, “Benar sekali.”
“Maka tunggulah aku, Khabbab, sampai hari kiamat, sampai aku kembali ke negeri itu (surga). Aku akan bayar di sana apa yang menjadi hakmu. Sungguh, kau dan sahabatmu itu tidak lebih berarti di sisi Allah dariku dan tidak juga lebih besar dalam bagian apa pun.”
Maka, Allah menurunkan firman-Nya dalam surah Maryam ayat 77 hingga 80.
Al-Ash ibn Wail sangat cocok menjadi perumpamaan dalam ayat-ayat tersebut karena ia termasuk orang yang membenci Rasulullah dan sering meremehkan beliau. Ketika perlakuan mereka terhadap Rasulullah sudah melampaui batas, Allah menurunkan ayat 94 hingga 96 surah al-Hijr.
Khabbab ibn al-Aratt : turut berperang bersama Rasulullah
Jadi, tak perlu heran jika luka bekas siksaan yang Khabbab alami tidak akan mengubah keyakinannya sedikit pun. Bahkan, berbagai siksaan yang ia alami semakin mengokohkan keimanannya. Setelah hijrah ke Madinah, ia mengikuti banyak peperangan bersama Rasulullah, termasuk Perang Badar, Uhud, dan peperangan lainnya. Dalam setiap peperangan ia selalu tampil sebagai prajurit yang pemberani, kuat, tangkas, dan piawai bertarung. Sungguh ia merasa bangga karena termasuk dalam orang-orang yang mendapat pujian Allah:
“…janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki ridha-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun atas perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun atas perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang yang zalim.”
Jadi, kebanggaan macam apa lagi yang diharapkan oleh seseorang yang telah mendapat pujian dari Allah Swt., pujian yang terekam abadi dalam Al-Quran yang akan terus dibaca sampai hari kiamat? Yang jelas, Khabbab telah membenarkan Allah dan Rasul-Nya sehingga Allah pun membenarkannya dan sekali-kali Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.
Jelang kematian Khabbab ibn al-Aratt
Menjelang kematiannya, Khabbab pergi ke Kuffah dan meninggal dunia di sana. Ia adalah sahabat pertama yang dimakamkan di Kuffah, ia wafat pada 37 H. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Khabbab menunjuk ke arah rumahnya yang sangat sederhana seakan-akan menunjukkan harta yang sangat berharga, lalu berkata,
“Demi Allah, aku tidak mengharapkannya sedikit pun dan aku tidak akan menghalangi siapa pun yang menginginkannya.”
Kemudian ia berpaling melihat kain kafan yang telah disediakan untuknya. Baginya, kain kafan itu berlebihan sehingga ia berkata sambil berurai air mata, “Lihatlah, ini kain kafanku! Akan tetapi, Hamzah paman Rasulullah tak mendapatkan selembar kafan pun ketika ia syahid di Uhud; hanya ada selembar kain berwarna biru baginya, yang jika dipakai untuk menutup kepalanya maka bagian kakinya terlihat, dan jika dipakai menutupi kedua kakinya maka bagian kepalanya terlihat.”
Ketika Ali ibn Abu Thalib melewati makam Khabbab, ia berkata,
“Allah merahmati Khabbab. Ia memeluk Islam dengan rasa suka, berhijrah sebagai orang yang taat, dan hidup sebagai pejuang. Tubuhnya dipenuhi siksaan; Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.”
Khabbab punya beberapa orang anak, di antaranya Abdullah yang mati terbunuh oleh kaum Khawarij. Setelah menempuh perjalanan hidup yang panjang, akhirnya Khabbab beristirahat dengan damai.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
