Khazanah
Beranda » Berita » Khalid ibn Said al-Ash : Sahabat yang Meninggalkan Kemuliaan Dunia

Khalid ibn Said al-Ash : Sahabat yang Meninggalkan Kemuliaan Dunia

Khalid ibn Said al-Ash : Sahabat yang Meninggalkan Kemuliaan Dunia
Ilustrasi hijrahnya sahabat Rasulullah.

SURAU.CO-Khalid ibn Said al-Ash adalah sahabat Nabi dari suku Quraisy, keturunan Bani Umayyah. Ia termasuk sahabat yang masuk Islam masa-masa awal (al-sabiqun al-awwalun).Putrinya, Ummu Khalid binti Khalid ibn Said ibn al-Ash, mengatakan, “Ayahku adalah orang kelima yang memeluk Islam.” Ketika ditanya, “Siapakah sebelum dia?” Ia menjawab, “Ali ibn Abu Thalib, Abu Bakar, Zaid ibn Haritsah, dan Sa’d ibn Abu Waqash.”

Berawal dari Mimpi Khalid ibn Said al-Ash

Ibn al-Atsir menuturkan bahwa suatu ketika Khalid bermimpi dirinya berada pada  tepi jurang api. Dalam mimpinya itu ia melihat ayahnya mendorongnya ke dalam jurang api itu, sedangkan Rasulullah menariknya dengan serbannya sehingga ia tidak terjerumus ke dalamnya. Ia kaget dan bangun dari tidurnya. Masih dalam keadaan bingung ia berucap, “Aku bersumpah bahwa mimpi itu adalah mimpi yang benar.”

Keesokan harinya ia menemui Abu Bakar dan menceritakan mimpinya. Mendengar cerita tersebut, sontak Abu Bakar berkata, “Aku memang akan menyampaikan kabar baik kepadamu. Muhammad adalah utusan Allah. Ikutilah dia! Engkau harus memeluk Islam yang akan menjagamu dari terjerumus ke dalam api neraka, sedangkan ayahmu akan memasukinya.”

Khalid ibn Said al-Ash memeluk Islam

Maka Khalid dan Abu Bakar menemui Rasulullah, dan saat mereka berhadapan, Khalid bertanya, “Wahai Muhammad, kepada siapa kau mengajak?”

Nabi saw. menjawab, “Aku mengajak kepada jalan Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, sedangkan Muhammad adalah hamba dan pesuruh-Nya. Dan engkau akan melepas apa yang selama ini kaulakukan, yaitu menyembah batu yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak dapat memberi manfaat atau mendatangkan bahaya, dan tidak dapat mengenal siapa yang menyembah dan siapa yang tidak menyembahnya.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Mendengar jawaban Rasulullah, Khalid berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.” Tentu saja Rasulullah berbahagia mendengar kesaksian yang dinyatakan oleh Khalid.

Mengalami siksaan dari ayahnya

Setelah memeluk Islam, Khalid pulang ke rumahnya. Tetapi, kabar tentang keislamannya telah sampai ke telinga ayahnya sebelum ia tiba. Ayahnya itu menyuruh anak-anaknya yang lain untuk mencari Khalid. Mereka berhasil menemukan Khalid dan membawanya ke hadapan ayah mereka. Saat keduanya bertemu, ayahnya itu langsung memarahi dan mencaci-maki Khalid. Tidak hanya itu, ia memukuli kepala Khalid dengan tongkat hingga tongkat itu patah menjadi dua saking kerasnya pukulan ayah Khalid. Dengan penuh amarah Said, ayah Khalid, berkata, “Apakah kau telah mengikuti Muhammad, sedangkan kaumnya sendiri menentangnya? Karena ia telah menentang tuhan-tuhan mereka dan mencela leluhur mereka.”

Khalid menjawab, “Demi Allah, aku memang telah mengikuti ajaran yang dibawanya.”

Mendengar jawaban anaknya, Said semakin murka dan mengusir anaknya, “Pergilah kemana pun kausuka, hai manusia hina! Sungguh aku tidak suka melihatmu lagi. Pergilah dan jangan bawa apa pun dari rumah ini.”

Khalid menjawab, “Ayah memang tidak mau memberikan apa pun maka sesungguhnya Allah Maha Pemberi rezeki.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kemudian Said berkata kepada anak-anaknya yang lain, “Jangan ada seorang pun di antara kalian yang berbicara kepadanya, kecuali jika mau kuperlakukan seperti Khalid.”

Khalid pergi menemui Rasulullah saw. dan membaktikan hidupnya kepada beliau.

Doa Khalid ibn Said al-Ash untuk ayahnya

Khalid terus menemani Rasulullah saw. menyeru penduduk Makkah kepada ajaran Islam hingga tiba perintah dari Rasulullah saw. kepada kaum muslim untuk hijrah ke Abisinia. Ia ikut serta dalam rombongan Muhajirin itu dalam gelombang hijrah kedua. Ia kemudian menjadi pengikut setia Rasulullah saw., sementara ayahnya bersikukuh dalam kemusyrikan dan menjadi pemuka kaum musyrik yang memusuhi dan sangat membenci Rasulullah saw. Menjelang kepergian Khalid ke Abisinia, ayahnya jatuh sakit, dan dalam keadaan sakit ia berkata, “Seandainya ia mengangkat penyakitku, niscaya tuhan Ibn Abu Kabsyah di Makkah tidak akan disembah lagi.”

Mendengar perkataan itu Khalid berdoa, “Ya Allah, jangan Kau angkat penyakitnya.” Allah mengabulkan doa Khalid sehingga ayahnya itu meninggal dalam keadaan musyrik.

Berhijrah bersama istri

Khalid ikut serta hijrah ke Abisinia ditemani istrinya, Umaymah binti Khalid al-Khuza’iyah. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai seorang putra, yaitu Said ibn Khalid dan seorang putri yang bernama Amah, atau mereka menyebutnya Ummu Khalid. Dan, ada saudarnya  yang ikut serta dalam rombongan hijrah, yaitu Amru ibn Said.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Saat Khalid ibn Said tinggal di Abisinia, Ubaidillah ibn Jahsy, suami Habibah binti Abu Sufyan, meninggal dunia setelah pindah keyakinan menjadi seorang Nasrani. Ia mati karena terlalu banyak minum arak. Ketika masa iddah Habibah habis, Rasulullah saw. mengirimkan surat kepada Raja Najasi untuk mewakili beliau menikahi Habibah bint Abi Sufyan, sedangkan Khalid ibn Said bertindak sebagai wakil keluarga Habibah. Setelah turun perintah dari Rasulullah kepada kaum Muhajirin untuk pulang dari Abisinia, Khalid memboyong seluruh keluarganya kembali ke tanah Hijaz.

Yakin atas apa yang Allah janjikan

Khalid lebih memilih jalan Allah daripada kemuliaan dan kehormatan dunia. Ia sangat meyakini janji Allah. Ia yakin, apa pun yang Allah janjikan pasti akan mendatangkan kebaikan abadi. Ia tidak mau mengikuti jalan ayahnya yang hanya mementingkan kemuliaan dan kehormatan dunia. Akal pikiran telah menuntun Khalid mencapai kebenaran sejati ketika keluarga dan kaumnya lebih memilih mengikuti hawa nafsu.

Ketika rombongan Muhajirin Abisinia tiba di Madinah, mereka mendengar kabar bahwa Rasulullah saw. sedang berada di Khaibar. Maka, tanpa beristirahat lagi mereka bergegas menyusul Rasulullah yang tengah berperang melawan kaum Yahudi Khaibar yang mengkhianati kaum muslim dengan membantu kaum musyrik Quraisy dalam Perang Khandaq. Tiba di Khaibar, mereka mendapat sambutan hangat dan mengharukan dari Rasulullah dan kaum muslim. Selain itu, mereka juga mendapatkan harta rampasan yang tidak sedikit.

Selalu memenuhi panggilan jihad

Ia juga ikut serta dalam pasukan kaum muslim ketika berperang melawan kaum musyrik di Hunain. Kaum muslim mendapatkan kemenangan yang gemilang dalam peperangan itu meskipun pada awalnya mereka sempat terdesak oleh pasukan musyrik. Khalid juga ikut serta dalam ekspedisi ke Taif, dan juga ke Tabuk. Karenanya, tak terbantahkan lagi, Khalid merupakan sahabat yang termasuk kelompok Muslim yang paling awal menyatakan keislaman, kemudian hijrah ke Abisinia, lalu ke Madinah. Ia juga termasuk sahabat yang paling gigih berjuang bersama Rasulullah menegakkan kalimat tauhid dan memerangi kebatilan. Ia tidak pernah absen dari berbagai peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah. Baginya, tidak ada lagi yang lebih penting dalam hidupnya kecuali harapan memperoleh ridha Allah Swt.

Minta pembebasan dari Khalifah Abu Bakar

Ketika turun perintah kepada kaum muslim untuk mengeluarkan zakat, Rasulullah saw. mengangkat Khalid sebagai petugas penarik zakat untuk penduduk Yaman (sebagian perawi mengatakan bahwa ia mendapat penugasan untuk wilayah Madzhaj dan Shana’a). Sementara, saudaranya, Amru, mendapat jabatan sebagai petugas zakat untuk wilayah Tayma dan Khaibar, dan Aban bertugas di wilayah Bahrain.

Khalid dan Aban adalah orang terakhir yang membaiat khalifah Abu Bakar. Setelah semua keluarga Bani Hasyim membaiatnya, mereka berdua datang dan berbaiat. Kemudian ketiga orang bersaudara ini meminta kepada Khalifah Abu Bakar untuk membebastugaskan mereka dari tugas. Mereka berkata, “Kami anak-anak Bani Umayyah tidak bekerja kepada siapa pun setelah Rasulullah wafat.” Diceritakan bahwa setelah mengajukan permohonan kepada Khalifah, Khalid pergi berperang di Marjashafar dan terbunuh di sana. Ada juga yang mengatakan bahwa Khalid dan kedua saudaranya gugur sebagai syahid pada Perang Ajnadin.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement