Khazanah
Beranda » Berita » Muhammad ibn Maslamah ibn Khalid : Sahabat yang Melakukan Segala Ikhtiar Demi Rasulullah

Muhammad ibn Maslamah ibn Khalid : Sahabat yang Melakukan Segala Ikhtiar Demi Rasulullah

Muhammad ibn Maslamah ibn Khalid : Sahabat yang Melakukan Segala Ikhtiar Demi Rasulullah
Ilustrasi pasukan muslim memenuhi panggilan jihad.

SURAU.CO-Muhammad ibn Maslamah ibn Khalid adalah sahabat Nabi dari kalangan Anshar, berasal dari suku Aus keturunan Bani Haritsah—sekutu Bani Abdi al-Asyhal. Nama panggilannya adalah Abu Abdurrahman, tetapi ada juga yang menyebutnya Abu Abdillah.

Rasulullah saw. pernah memintanya agar tetap tinggal di Madinah dan tidak ikut dalam beberapa peperangan. Satu pendapat mengatakan bahwa perang yang tidak ia ikuti adalah Perang Qarqarah al-Kadar, ada juga yang mengatakan Perang Tabuk.

Hasutan Yahudi Ka‘b ibn al-Asyraf

Ketika seorang Yahudi bernama Ka‘b ibn al-Asyraf mendengar berita tentang apa yang para pemuka Quraisy alami, ia pergi ke Makkah untuk memastikan kebenaran berita tersebut. Selama di Makkah, ia menghasut kaum Quraisy untuk membalas kekalahan mereka, lalu kembali ke Madinah. Di sana, ia mulai merencanakan kejahatan terhadap kaum muslim, termasuk melecehkan para wanita muslimah dan berusaha menyakiti kaum prianya.

Ketika Rasulullah saw. mendengar pelecehan itu, termasuk terhadap Ummul Fadhal bint al-Harits—istri al-Abbas ibn Abdul Muthalib—beliau marah dan berduka. Rasul bersabda bahwa Yahudi itu harus “dipotong lidahnya.”

Abu Ja‘far al-Thabari meriwayatkan dari Humaid, dari Salamah, dari Muhammad ibn Ishaq, dari Abdullah ibn al-Mughits ibn Abu Burdah, bahwa Nabi saw. bersabda:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Siapakah yang sanggup menghukum Ibn al-Asyraf untukku?”

Muhammad ibn Maslamah menjawab:

“Wahai Rasulullah, biarlah aku yang akan membunuhnya.”

Rasulullah bersabda:

“Lakukanlah jika engkau mampu!”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Menunggu perintah Rasulullah

Muhammad ibn Maslamah pun pulang ke kampungnya. Ia diam di sana selama tiga hari tanpa makan dan minum sedikit pun. Ketika Rasulullah saw. mendengar hal itu, beliau memanggilnya dan bertanya:

“Mengapa engkau tidak makan dan minum?”

Ia menjawab:

“Wahai Rasulullah, aku telah mengucapkan sesuatu, tetapi aku ragu apakah bisa kulakukan atau tidak.”

Rasulullah bersabda:

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

“Engkau hanya perlu berusaha.”

Muhammad berkata:

“Wahai Rasulullah, kami pantang mengucapkan sesuatu kepada Nabi hingga yakin mampu melakukannya.”

Rasulullah bersabda:

“Lakukanlah apa yang menurut kalian perlu dilakukan! Sungguh, kalian dibolehkan melakukan siasat dalam peperangan.”

Perintah Rasulullah untuk bersiasat

Ucapan ini menegaskan bahwa strategi, termasuk tipu daya, Rasulullah perbolehkan dalam perang sebagai siasat untuk mengalahkan musuh.

Ibn Jarir menambahkan bahwa yang membunuh Ka‘b ibn al-Asyraf adalah Muhammad ibn Maslamah bersama Silkan ibn Salamah ibn Waqasy (Abu Nailah, saudara sesusuan Ka‘b), Ibad ibn Basyar ibn Waqasy, al-Harits ibn Aus ibn Mu‘adz, dan Abu Abs ibn Jabr.

Mereka mendatangi rumah Ibn al-Asyraf. Silkan lebih dahulu masuk menemuinya, berbincang sambil membaca syair, lalu berkata dengan pura-pura:

“Lelaki ini (Muhammad) telah menjadi sumber petaka. Ia merusak kebiasaan kita dan memecah belah persatuan kita.”

Ibn al-Asyraf menyetujui ucapan itu. Lalu Silkan melanjutkan dengan tipu daya, membicarakan bisnis makanan dan senjata. Akhirnya, Ibn al-Asyraf setuju untuk bertemu mereka.

Malam itu, saat dipanggil Abu Nailah, Ibn al-Asyraf keluar dari rumahnya. Istrinya sempat menahannya dengan berkata, “Kau ini seperti orang yang hendak berperang, padahal seorang pejuang pun tak akan keluar di saat seperti ini.” Namun, ia tetap pergi.

Misi yang berhasil terlaksana

Setelah berbincang sebentar, Abu Nailah memberi isyarat. Tiba-tiba mereka menyerang. Ketika serangan pedang belum berhasil menewaskannya, Muhammad ibn Maslamah segera mengambil pisau dari pinggangnya dan menikam Ibn al-Asyraf hingga tewas.

Mereka kembali menemui Rasulullah saw. pada malam itu juga. Beliau sedang shalat, lalu mendengarkan kabar kematian Ibn al-Asyraf. Rasul meludahi luka al-Harits ibn Aus, yang sempat terkena sabetan dalam perkelahian, hingga sembuh.

Keesokan harinya, orang-orang Yahudi gemetar mengetahui tewasnya pemimpin mereka. Tidak ada seorang pun yang merasa aman.

Turut mengangkat pedang dalam Badar

Muhammad ibn Maslamah juga ikut serta dalam Perang Badar, Uhud, dan Khaibar. Riwayat menyebut ia sempat berhadapan dengan Marhab di Khaibar, meski menurut kebanyakan ahli sejarah yang membunuh Marhab adalah Ali ibn Abu Thalib.

Pada masa Khalifah Umar ibn al-Khattab, Muhammad ibn Maslamah dipercaya sebagai petugas zakat dan penyelidik kasus para amil zakat. Umar sering mengutusnya karena kejujurannya.

Ketika terjadi fitnah pasca terbunuhnya Khalifah Utsman, Muhammad ibn Maslamah tidak ikut campur. Ia mematahkan pedang kayu yang diberikan Rasulullah kepadanya sebagai tanda untuk tidak terlibat dalam perselisihan antar kaum muslim.

Ia wafat di Madinah pada tahun 46 atau 47 Hijriah. Ada pula yang mengatakan tahun lainnya. Saat wafat, usianya sekitar 77 tahun. (St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement