Khazanah
Beranda » Berita » Al-Mundzir ibn Amr : Sahabat yang Tak Gentar Menghadapi Maut

Al-Mundzir ibn Amr : Sahabat yang Tak Gentar Menghadapi Maut

Al-Mundzir ibn Amr : Sahabat yang Tak Gentar Menghadapi Maut
Ilustrasi prajurit muslim yang diutus Rasulullah.

SURAU.CO-Al-Mundzir ibn Amr merupakan salah seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar, yang berasal dari suku Khazraj, keturunan Bani Sa‘idah. Ayahnya bernama Amr ibn Khunais. Ia mendapat gelar al-Mu‘niq li al-Mawt—orang yang tak gentar menghadapi kematian.

Berislamnya Al-Mundzir ibn Amr

Al-Mundzir memeluk Islam melalui Mush‘ab ibn Umair, sahabat yang Rasulullah utus untuk mengajarkan Islam di Yatsrib. Ia sangat rajin menghadiri majelis yang  Mush‘ab adakan demi menambah ilmu pengetahuannya tentang agama. Pada masa Jahiliah, ia terkenal sebagai orang yang ahli dalam bidang bahasa. Keahliannya itu membuatnya lebih mudah menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama yang Mush‘ab ajarkan.

Kelebihan lainnya, ia termasuk dalam dua belas pimpinan yang ditunjuk saat Baiat Aqabah Kedua. Ia juga turut serta dalam dua perang besar, yaitu Badar dan Uhud. Ketika Rasulullah saw. mempersaudarakan kaum Anshar dengan kaum Muhajirin, Rasulullah mempersaudarakan dia  dengan Kulaib ibn Umair.

Rasulullah mengutus al-Mundzir ke Nejed

Ibn al-Atsir menuturkan sebuah riwayat dari Abu Ja‘far, dari Yunus, dari Ibn Ishaq, dari Ishaq ibn Yasar, dari al-Mughirah ibn Abdurrahman ibn al-Harits ibn Hisyam, dan Abdullah ibn Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibn Hazm serta beberapa ahli ilmu lainnya bahwa Abu Barra (Amir ibn Malik ibn Ja‘far), yang terkenal sebagai penombak ulung, datang menghadap Rasulullah saw. di Madinah. Rasulullah menjelaskan ajaran Islam dan menyerunya untuk memeluk Islam, tetapi ia tidak bersedia mengubah keyakinannya dan tidak juga menolak. Ia berkata:

“Wahai Muhammad, jika engkau mau, engkau bisa mengutus beberapa orang sahabatmu ke Nejed dan mengajak penduduknya memeluk agamamu. Aku yakin, mereka akan mau menerimanya.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Maka, Rasulullah saw. mengutus al-Mundzir ibn Amr bersama 40 orang sahabat terpilih, termasuk al-Harits ibn al-Shamt, Haram ibn Milhan, Urwah ibn Asma ibn al-Shalt al-Sulami, Rafi‘ ibn Budail ibn Warqa al-Khuza‘i, dan Amir ibn Fuhairah. Mereka berangkat hingga tiba pada  sebuah sumur yang disebut Bi’r Ma‘unah.

Peristiwa pengepungan Bi’r Ma‘unah

Tiba-tiba Amir ibn al-Thufail berteriak menyeru Bani Sulaim. Mereka pun bergegas keluar menjawab panggilannya dan langsung mengepung rombongan sahabat Rasulullah. Melihat gelagat yang tidak baik, para sahabat langsung mencabut pedang, lalu mereka berperang habis-habisan. Dalam pertempuran tersebut hanya dua sahabat yang bertahan hidup, yaitu Ka‘b ibn Zaid dari Bani Dinar ibn al-Najjar dan Amr ibn Umayyah al-Dhamari.

Ketika para sahabat tiba di Bi’r Ma‘unah, mereka mengutus Haram ibn Milhan membawa surat Rasulullah saw. kepada Amir ibn al-Thufail. Namun, tanpa membaca terlebih dahulu surat itu, Amir ibn al-Thufail langsung menangkap dan membunuh Haram ibn Milhan. Kemudian Amir menyeru semua anggota Bani Amir untuk menyerang para sahabat yang menunggu di Bi’r Ma‘unah, tetapi Bani Amir menolak seruannya. Mereka berkata, “Kami tidak mau memusuhi Abu Barra.” Tampaknya mereka telah terikat janji untuk tidak saling menyerang. Karena itu, Amir ibn al-Thufail mengajak sekutu-sekutu Bani Sulaim (Bani Ushayyah, Bani Dzakwan, dan Bani Ri‘lah). Mereka menjawab seruannya dan bersedia membantunya menyerang para sahabat.

Ketika mendengar berita pembantaian tersebut, Rasulullah saw. bersabda, “Ini perbuatan Abu Barra.” Dengan kata lain, terbunuhnya para sahabat itu menjadi tanggung jawab Abu Barra. Karena ia yang menghadap Nabi saw. dan kemudian meminta beliau mengirimkan para sahabat. Karena itu, Abu Barra harus membawa dan menyerahkan Amir ibn al-Thufail untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, Abu Barra keberatan menyerahkannya. Maka Hassan ibn Tsabit dan Ka‘b ibn Malik meminta bantuan kabilah Abu Barra untuk membujuknya. Akhirnya, Rabiah ibn Amir berhasil membujuk Abu Barra agar mau menyerahkan Amir ibn al-Thufail kepada mereka, dan sang pembantai itu pun dibunuh dengan tombak.

Setelah itu, selama tiga hari, Rasulullah saw. terus membacakan doa qunut untuk tiga kabilah yang menyerang dan menghabisi para sahabat. Al-Mundzir wafat pada tahun 4 Hijriah.(St.Diyar)

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement