Khazanah
Beranda » Berita » Ruang adalah Tirai, dan Di Baliknya Tersembunyi Wajah Kekekalan

Ruang adalah Tirai, dan Di Baliknya Tersembunyi Wajah Kekekalan

Ilustrasi ruang sebagai tirai menuju kekekalan
Ilustrasi ini menggambarkan ruang sebagai tirai sementara, sementara cahaya di baliknya melambangkan keabadian.

Surau.co. Ruang sering kita anggap sekadar wadah tempat kita berjalan, duduk, dan bernaung. Kita merasa memilikinya, padahal ia hanyalah tirai tipis yang menutupi rahasia lebih dalam. Dalam Kitāb al-Muʿtabar fī al-Ḥikmah, Abū al-Barakāt al-Baghdādī mengajarkan bahwa ruang bukan sekadar kosong, melainkan tanda yang menyingkap arah perjalanan manusia. Ruang adalah tirai, dan di baliknya ada wajah kekekalan yang menunggu.

Ruang dalam Kehidupan Sehari-hari

Setiap hari kita berinteraksi dengan ruang. Ruang kelas yang penuh tawa murid, ruang rumah sakit yang sunyi, ruang pasar yang hiruk pikuk, atau ruang kamar yang jadi saksi air mata diam-diam. Semua ruang itu seakan nyata, padahal ia hanyalah panggung singkat.

Dalam kitabnya, Abū al-Barakāt menulis:

«المكان ليس شيئًا قائماً بذاته، ولكنه اعتبار للحركة والوجود»
“Ruang bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan pertimbangan yang muncul dari gerak dan keberadaan.”

Artinya, ruang hanyalah ukuran yang muncul karena adanya gerakan dan benda, bukan entitas abadi.

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Ruang sebagai Penanda Batas

Ruang membuat kita sadar bahwa kita tidak bebas tanpa batas. Ada jarak yang memisahkan manusia, ada dinding yang menutup, ada jalan yang harus ditempuh. Tanpa ruang, kita tak akan mengenal dekat dan jauh, atas dan bawah, luar dan dalam.

Abū al-Barakāt berkata:

«لو لم يكن المكان، لما عُرف القرب والبعد، ولا الفوق والتحت»
“Seandainya tidak ada ruang, niscaya tidak dikenal dekat dan jauh, tidak pula atas dan bawah.”

Al-Qur’an pun menyinggung penciptaan ruang semesta:

﴿اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ﴾ (QS. At-Talaq: 12)
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan dari bumi seperti itu pula.”

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Ruang menjadi cermin keteraturan ciptaan, tanda kekuasaan yang mengikat seluruh gerak kehidupan.

Tirai yang Menyembunyikan Kekekalan

Ruang tampak nyata, tetapi ia hanyalah tirai yang menutupi keabadian. Kita melihat dinding, langit, dan jarak, padahal semua itu hanyalah bayangan sementara. Yang kekal bukan ruang, melainkan Dia yang menciptakan ruang.

Abū al-Barakāt menegaskan:

«المكان ظلٌّ زائل، وأما البقاء فللخالق وحده»
“Ruang adalah bayangan yang sirna, sedangkan kekekalan hanyalah milik Sang Pencipta.”

Ayat Al-Qur’an memperkuatnya:

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

﴿كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ﴾ (QS. Al-Qashash: 88)
“Segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya.”

Maka, ruang yang kita tempati hanyalah pintu untuk melihat keabadian.

Ruang dan Rasa Rindu

Pernahkah engkau merasa kosong meski berada di ruang ramai? Atau merasa penuh meski sendirian di ruang sunyi? Itulah isyarat bahwa ruang fisik tidak cukup mengisi jiwa. Ruang hati lebih luas dari ruang bumi, dan di situlah kekekalan bersemayam.

Abū al-Barakāt menulis:

«القلب له مكان أوسع من السموات، لأنه يتسع للمعرفة والمحبة»
“Hati memiliki ruang yang lebih luas daripada langit, sebab ia mampu menampung pengetahuan dan cinta.”

Inilah pelajaran berharga: ruang hakiki bukan di luar tubuhmu, melainkan di dalam dirimu.

Ruang sebagai Jalan Menuju Tuhan

Ruang yang kita tempati, baik kecil maupun luas, hanyalah jalan. Ia memandu manusia untuk berjalan menuju Tuhan. Rumah, masjid, ladang, atau kuburan—semuanya ruang yang punya pesan berbeda. Namun semuanya membawa arah yang sama: kembali kepada Sang Kekal.

Al-Qur’an menyebut:

﴿وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ﴾ (QS. Al-Baqarah: 115)
“Milik Allah-lah timur dan barat. Maka ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.”

Ayat ini menegaskan bahwa ruang hanyalah arah. Hakikatnya, semua ruang menuju pada-Nya.

Refleksi bagi Kehidupan Modern

Hari ini manusia sibuk mengejar ruang. Mereka ingin rumah lebih besar, kantor lebih luas, ruang digital tanpa batas. Namun seberapa luas ruang yang kau miliki, tetap saja ada kekosongan bila kau tak menyadari makna di balik tirai.

Maka, ruang harus dipandang bukan sebagai milik, melainkan titipan. Gunakan ruangmu untuk kebaikan: ruang rumah untuk kasih sayang, ruang kerja untuk manfaat, ruang hati untuk cinta pada Tuhan.

Menyingkap Tirai dengan Kesadaran

Pada akhirnya, ruang hanyalah tirai. Jika engkau melihat lebih dalam, tirai itu tembus pandang, dan di baliknya wajah kekekalan menanti. Jangan terjebak oleh ruang luar, bukalah ruang dalam yang mengantarmu pada Dia yang abadi.

 

* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement