Opinion
Beranda » Berita » Apakah Hasil Cukai Rokok di APBN Bisa Disebut Berkah dan Halal ?

Apakah Hasil Cukai Rokok di APBN Bisa Disebut Berkah dan Halal ?

Apakah Hasil Cukai Rokok di APBN Bisa Disebut Berkah dan Halal ?
Apakah Hasil Cukai Rokok di APBN Bisa Disebut Berkah dan Halal ?

 

SURAU.CO – بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ, Banyak orang marah kepada pemimpin yang zalim, tapi lupa memperbaiki diri.  Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : ‘Sabar terhadap pemimpin yang zalim lebih ringan dari pada kekacauan akibat pemberontakan’ (Minhajus Sunnah).
Kalau masyarakatnya masih bergelimang maksiat, pantaskah berharap pemimpin yang adil ?

Apakah Hasil Cukai Rokok di APBN Bisa Disebut Berkah dan Halal ? (Ada bagian penjelasan dari pertanyaan yang disampaikan)

Bantahan Terhadap Komentar Pelintiran dan Pengelakan

Komentar yang dibantah :

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

“Argumen saya tak pernah menyatakan demikian (bahwa hasil cukai rokok menjadi berkah dan halal), simak dulu secara teliti!!”

Bahasa Berlapis, Syubhat Tetap Tersirat

Mari kita lihat pernyataan awal dari komentator :

“Menurut saudara, apakah Indonesia mendapat rahmat atau murka Allah, padahal penerimaan dari cukai rokok besar dan dinikmati rakyat lewat APBN ?”

Sekilas bentuknya seperti pertanyaan, tapi isinya sarat syubhat :

Ingin menormalisasi peredaran rokok karena negara menggunakannya.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Kita wajib menolak ilusi bahwa sesuatu bisa menjadi halal hanya karena digunakan oleh pemerintah. Dan Kita harus langsung membantah dan membongkar motif licik di balik narasi tersebut.

Kita perlu menganalisis secara mendalam kesan dan logika di balik syubhat untuk memahami maksud sebenarnya, bukan sekadar melihat kalimatnya saja.

Sebagaimana iblis tidak berkata “makanlah buah ini dan jadi pendosa,” tapi dia berkata: “Apakah Allah melarang kamu karena tidak ingin kamu jadi malaikat?” (QS. Al-A’raf: 20).

Klarifikasi Penting : Bukan Harus Mengucapkan Langsung untuk Bisa Disalahkan

Kita perlu membantah dengan tegas orang yang menggunakan retorika seperti itu untuk menggiring pemikiran bahwa cukai itu berkah, meskipun mereka mengingkari hal itu secara langsung.

Sebab Islam membongkar syubhat dari makna, bukan hanya dari redaksi literal.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Rasulullah ﷺ bersabda :“Sesungguhnya di antara manusia ada yang pandai berbicara, mengalahkan lawan dengan ucapan batilnya, maka siapa yang aku beri bagian (dalam sengketa) karena retorikanya, padahal ia zalim, maka aku telah memberinya potongan dari neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya : walau secara redaksi kelihatan ‘netral’, tapi jika niat dan isinya batil, maka tetap haram dan sesat.

Penjelasan Kebenaran Menurut Syariat Islam

Kaedah Ushul Fiqih :

“Ma buniya ‘ala al-haram, fahuwa haram.”

“Sesuatu yang dibangun dari sumber haram, maka hasilnya pun haram.”

Pemerintah boleh memanfaatkan cukai rokok, tapi kita harus mengharamkan rokok itu sendiri karena madharatnya jelas dan mayoritas ulama kontemporer sepakat tentang hal itu.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Setiap harta yang didapat dari cara yang diharamkan Allah, maka penggunaannya pun tidak boleh menjadi dalih untuk menghalalkannya.” (Majmu’ al-Fatawa, 29/322)

Maka, masuknya cukai rokok ke APBN tidak bisa membuat rokok menjadi halal atau berkah.

Jika kita menerima dalih seperti itu, maka kita harus siap menormalisasi segala bentuk kejahatan asalkan tujuannya “baik”!

Logikanya : Menikmati Tidak Sama Dengan Membenarkan

Rakyat memang ikut merasakan dana APBN, tapi itu tidak berarti membenarkan semua sumbernya.
Jika sumbernya halal, maka itu rahmat.
Jika sumbernya haram, maka itu istidraj — Allah ﷻ memberikan kenikmatan untuk menjerumuskan mereka ke dalam adzab karena membangkang.

Allah ﷻ berfirman : “Kami akan menarik mereka secara perlahan ke arah kebinasaan, dari arah yang tidak mereka sadari.” (QS. Al-A’raf: 182)

Kesimpulan:

“Saya tidak bilang cukai itu berkah” — tapi kalimat yang menggiring pembaca agar menganggap demikian.
Kita dorong penanya untuk jujur dan membudayakan membaca demi kebenaran informasi!

Negara boleh menggunakan hasil dari cukai rokok, tapi kita tetap harus mengharamkan rokok itu sendiri.
Menikmati APBN tidak membenarkan sumber haram di dalamnya.

Jika penanya memang tulus mencari kebenaran, buka hati untuk ilmu, bukan terus berlindung di balik kata ‘saya hanya bertanya’.
Namun jika hanya ingin memperpanjang syubhat, maka :

Allah ﷻ berfirman : “Katakanlah: Kebenaran itu datang dari Tuhan kalian. Maka siapa yang mau, silakan beriman. Dan siapa yang mau, silakan kufur.” (QS. Al-Kahfi: 29)

Perbandingan akal vs wahyu

Akal manusia terbatas, wahyu Allah ﷻ tidak terbatas.

Allah ﷻ berfirman : ‘Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, dan merekalah yang akan ditanya’ (QS. Al-Anbiya: 23). 

Maka jangan menjadikan akal di atas wahyu. Pertanyaannya, berani kah kita mempertaruhkan akhirat hanya dengan logika pribadi / kelompok ? Wallahu A’lam, Ustad Firanda Andirja Hafidzahullah (eya Chaca)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement