SURAU.CO. Rasulullah Saw, Nabi akhir zaman, adalah teladan sempurna bagi umat manusia. Beliau bukan hanya seorang pemimpin dan utusan Allah Swt, tetapi juga pribadi penuh kasih, bijaksana, dan hangat dalam bergaul. Di balik kewibawaan dakwahnya, beliau dikenal mudah tersenyum serta memiliki kecerdasan dalam canda dan tawa yang menyentuh hati.
Canda Nabi Saw bukan sekadar hiburan, melainkan sarana halus untuk berdakwah. Dengan gurauan yang jujur dan penuh makna, beliau mampu meredakan suasana, membangun kedekatan, serta menanamkan nilai-nilai luhur yang mempererat hubungan dengan para sahabat.
Canda Sebagai Jembatan Dakwah
Dakwah ala Rasulullah Saw tak selalu identik dengan khutbah panjang atau nasihat yang serius. Beliau memahami betul bahwa pendekatan yang lembut dan penuh humor dapat membuka pintu hati yang paling keras sekalipun.
Humor dalam dakwah beliau selalu mengandung hikmah, mengajarkan nilai-nilai Islam dengan cara yang menyenangkan, dan menghilangkan kesan kaku dalam beragama. Ini merupakan strategi dakwah yang efektif.
Kisah Nenek dan Surga: Pesan Tersirat dalam Tawa
Kisah seorang nenek yang meminta doa agar masuk surga adalah contoh nyata bagaimana Rasulullah Saw menggunakan canda untuk menyampaikan pesan yang mendalam. Nenek itu, dengan penuh harap, menghadap Rasulullah Saw dan memohon doa. “Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku masuk surga,” pintanya lirih.
Rasulullah Saw merespons dengan senyum dan sedikit kejutan. “Wahai ibu, surga itu tidak ada orang tua.” Wajah nenek itu seketika berubah. Senyumnya sirna, dan ia tampak sedih. Namun, Rasulullah Saw segera menenangkannya. “Jangan menangis, wahai ibu. Engkau tidak akan masuk surga dalam keadaan tua. Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan penciptaan yang baru, lalu Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.’ (QS. Al-Waqi‘ah: 35–37).”
Kabar gembira inilah yang menjadi inti dari candaan Nabi Saw. Para penghuni surga akan kembali muda, penuh semangat, dan bahagia selamanya.
Canda Nabi: Merangkul, Bukan Menyakiti
Perlu diingat, humor Nabi Saw tidak pernah dimaksudkan untuk merendahkan atau menyakiti. Justru sebaliknya, canda beliau selalu dilandasi kasih sayang, kepedulian, dan keinginan untuk mendekatkan diri dengan umatnya. Humor beliau adalah ekspresi dari kepribadiannya yang ramah dan bersahabat.
Dengan senyum dan canda yang lembut, Rasulullah Saw mampu mengajarkan bahwa dakwah bukan hanya soal kata-kata serius, tetapi juga tentang menghadirkan kehangatan. Beliau menunjukkan bahwa keimanan bisa tumbuh melalui sapaan sederhana, tawa ringan, dan perhatian kecil yang membuat setiap orang merasa dihargai.
Kisah Lain Indahnya Canda Nabi Saw
- Zahir bin Haram: Rasulullah Saw pernah memeluk Zahir bin Haram dari belakang dan berkata, “Siapa yang mau membeli budak ini?” Zahir terkejut, tetapi kemudian Rasulullah Saw memujinya dengan berkata, “Engkau di sisi Allah sangat berharga.”
- Anas bin Malik: Nabi Saw sering bercanda dengan anak-anak. Beliau memanggil Anas bin Malik kecil dengan panggilan sayang, “Ya Dzā al-Udzunayn” (wahai pemilik dua telinga).
- Ali Bin Abi Thalib: Saat berbuka puasa, Nabi Saw dan sahabat berbuka dengan menu kurma. Mereka menyisihkan biji kurma masing-masing. Sayyidina Ali merasa bijinya terlalu banyak, lalu diam-diam ia pindahkan biji-biji itu ke tempat biji Nabi Saw. Ali kemudian berkata kepada Nabi, “Engkau memakan kurma lebih banyak dariku, lihatlah biji-biji kurmamu.” Nabi Saw tertawa dan menjawab bahwa justru Ali yang memakan lebih banyak, karena Ali memakan kurma beserta bijinya, sedangkan Nabi makan kurma tapi membiarkan bijinya.
- Nu’aiman Bin Amru: Nu’aiman, sahabat yang humoris, pernah mencuri unta tamu Nabi Saw untuk makan bersama. Nabi Saw menanggapi hal itu dengan tawa dan mengganti unta tersebut.
Refleksi: Mengambil Hikmah dari Canda Nabi
Dari kisah-kisah ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting:
- Humor adalah Alat Dakwah: Jangan ragu untuk menggunakan humor yang bijak dan membangun dalam berdakwah.
- Pendekatan yang Tepat: Pahami audiens Anda dan sesuaikan gaya dakwah kita.
- Cinta dan Kasih Sayang: Tunjukkan cinta dan kasih sayang dalam setiap dakwah.
- Kebaikan Hati: Jadilah pribadi yang ramah dan bersahabat.
Menghidupkan Dakwah dengan Senyum
Di era digital ini, kita seringkali melihat dakwah yang kaku dan bahkan cenderung membuat orang menjauh. Mari kita belajar dari Rasulullah Saw. Hadirkan dakwah yang lembut, hangat, dan membahagiakan. Humor bisa menjadi jembatan yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dengan cara yang menyenangkan. Jadikanlah canda Nabi Saw sebagai inspirasi. Sampaikanlah dakwah dengan senyum tulus, hati yang lapang, dan sedikit humor yang penuh makna.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
