Surau.co. Nafas adalah gerakan paling sederhana sekaligus paling misterius dalam hidup. Ia datang tanpa perintah, ia pergi tanpa cegah. Setiap tarikan dan hembusan menghubungkan manusia dengan semesta. Dalam pandangan Ibn Sīnā dalam al-Shifāʾ (bagian al-Ṭabī‘iyyāt), pernafasan bukan hanya gerak biologis, tetapi tanda keteraturan kosmik, tempat jiwa dan tubuh saling menyapa.
Setiap hembusan menyimpan cerita
Pernahkah engkau berhenti sejenak di pagi hari, lalu merasakan udara masuk ke dada? Seolah udara itu membawa pesan dari langit, mengingatkan bahwa hari baru dimulai. Seorang ibu yang lelah mengasuh anak merasa lega ketika menarik nafas panjang. Sementara itu, seorang pekerja yang sibuk menemukan jeda saat menutup mata dan mengatur pernafasannya. Dari aktivitas sederhana ini, kita belajar bahwa hidup adalah tarikan dan hembusan yang silih berganti.
Al-Qur’an mengingatkan tentang irama kehidupan yang seimbang:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
“Dan Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur.” (QS. al-Furqān: 62)
Oleh karena itu, tarikan dan hembusan nafas dapat kita pahami sebagai siang dan malam di dalam tubuh manusia.
Pandangan Ibn Sīnā tentang nafas
Ibn Sīnā menjelaskan bahwa pernafasan adalah mekanisme vital yang menjaga keseimbangan tubuh. Namun ia menekankan, nafas tidak berdiri sendiri.
النفس تحتاج إلى البدن كما يحتاج البدن إلى النفس
“Jiwa membutuhkan tubuh sebagaimana tubuh membutuhkan jiwa.”
Dengan demikian, nafas menjaga keduanya tetap bersatu. Ketika nafas berhenti, hubungan itu pun putus. Maka, setiap tarikan menghadirkan tanda kehidupan sekaligus nikmat yang tak ternilai.
Nafas dan kesadaran manusia
Pernahkah kau merasakan nafas mengubah keadaan batin? Saat marah, nafas menjadi pendek dan cepat. Sebaliknya, ketika tenang, nafas mengalir panjang dan dalam. Pada saat seseorang berdoa atau berdzikir, nafasnya mengikuti irama hati. Ibn Sīnā dalam al-Shifāʾ menulis:
الحركة التنفسية شرط لحفظ الحياة
“Gerak pernafasan adalah syarat untuk menjaga kehidupan.”
Selain menjaga kehidupan, nafas juga menjadi syarat hadirnya kesadaran. Tanpa irama yang teratur, jiwa mudah gelisah.
Keseharian yang mengajarkan arti nafas
Bayangkan seorang nelayan di tepi laut. Sebelum melempar jala, ia menarik nafas panjang dan melepaskannya dengan harapan rezeki datang. Atau seorang pelari mendekati garis akhir, ia mengatur nafas agar tenaga tersisa. Pada akhirnya, semua aktivitas manusia—dari yang sederhana sampai yang berat—bergantung pada nafas.
Al-Qur’an menyebutkan betapa agungnya hidup yang terhubung dengan nafas:
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Ṣād: 72)
Hembusan pertama dari Tuhan memberi manusia kehidupan.
Nafas sebagai musik semesta
Ibn Sīnā menggambarkan keteraturan nafas seperti harmoni dalam musik:
التنفس إيقاع بين الأخذ والإعطاء
“Pernafasan adalah irama antara mengambil dan memberi.”
Tarikan berarti menerima, sedangkan hembusan berarti memberi. Tubuh menerima oksigen, lalu mengembalikan karbon dioksida untuk tanaman. Begitu pula hati: menerima kasih, lalu menyalurkan cinta. Dengan cara ini, hidup menjadi simfoni yang terjalin dalam tarikan dan hembusan sederhana.
Belajar syukur dari tarikan nafas
Sering kali nafas terabaikan karena terlalu dekat dengan kita. Padahal tanpa satu tarikan, hidup berhenti. Orang yang sakit sesak nafas mengerti betapa berharganya udara. Sebaliknya, orang sehat kerap lalai mensyukurinya. Oleh karena itu, nafas hadir sebagai guru yang sabar, selalu mengingatkan bahwa hidup harus seimbang antara menerima dan memberi.
Al-Qur’an menegaskan:
وَفِي أَنفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. al-Dhāriyāt: 21)
Dengan nafas, kita belajar memperhatikan tanda-tanda Tuhan dalam diri.
Penutup: nafas sebagai doa yang tidak terdengar
Setiap tarikan nafas adalah doa tanpa kata. Setiap hembusan adalah syukur tanpa suara. Semesta berputar, bintang beredar, lautan berombak, semua bergerak dengan irama. Manusia pun, melalui nafasnya, ikut dalam tarian besar kehidupan. Ibn Sīnā mengajarkan: memahami nafas berarti memahami jembatan yang menyatukan jiwa dan semesta. Oleh karena itu, jangan biarkan satu pun nafas lewat tanpa kesadaran.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
