Sosok
Beranda » Berita » Maulana Zakariyya Kandhlawi dan Jaringan: Tinjauan Kitab Fadha’il A’mal

Maulana Zakariyya Kandhlawi dan Jaringan: Tinjauan Kitab Fadha’il A’mal

Maulana Zakariyya Kandhlawi dan Jaringan: Tinjauan Kitab Fadha'il A'mal
Maulana Zakariyya Kandhlawi dan Jaringan: Tinjauan Kitab Fadha'il A'mal

 

SURAU.CO – بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ, Banyak orang tertipu karena melihat sesuatu diamalkan mayoritas.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda : ‘Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu’ (HR. Abu Dawud no. 4597).

Kalau benar mayoritas itu pasti selamat, kenapa Rasulullah ﷺ justru mengingatkan hanya satu yang selamat ?

TINJAUAN KITAB FADHĀ’IL A’MĀL – Bagian 15, Biografi Maulana Zakariyya Kandhlawi dan Jaringan Pemikiran Deobandi – Chistiyyah – Jamaah Tabligh

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Siapa Maulana Zakariyya Kandhlawi ?

Maulana Zakariyya bin Muhammad Yahya al-Kandhlawi (1315–1402 H / ±1897–1982 M) adalah seorang ulama dari India yang lahir di Kandhla, Uttar Pradesh, dan dikenal sebagai tokoh penting dalam jaringan ulama Deobandi serta mursyid Tarekat Chistiyyah.

Karya terkenalnya adalah kitab:

Fadhā’il A‘māl (sebelumnya dikenal dengan nama Tablighi Nisab)
Awjaz al-Masalik (syarah Muwaththa’ Imam Malik)
Fadhā’il Hajj, Fadhā’il Ramadhan, dll.

Maulana Zakariyya juga merupakan mursyid resmi dalam beberapa tarekat sufi, terutama:

Tarekat Chistiyyah
Tarekat Qadiriyyah
Tarekat Naqsyabandiyyah
Tarekat Suhrawardiyyah

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Ia disebut sebagai “Syaikh al-Hadits” di kalangan Deobandi karena kepakarannya dalam hadits, namun banyak ulama Ahlus Sunnah mengkritik cara dan manhajnya yang tidak sesuai dengan metode para ulama salaf.

Jejak Keterkaitan dengan Pemikiran Deobandi

Deobandi adalah gerakan pendidikan dan pemikiran Islam yang muncul di India pasca penjajahan Inggris, berpusat di Darul Ulum Deoband.

Gerakan ini mengklaim sebagai pengusung madzhab Hanafi dan dakwah sunnah, tetapi dalam praktiknya :

Mereka sangat condong kepada ajaran tasawuf, khususnya dari jalur tarekat Chistiyyah.
>Mereka menerima hadits dha’if dalam fadhā’il, bahkan sering menggunakannya untuk menguatkan amalan bid’ah.
>Mereka memuliakan para guru tarekat secara ghuluw, dan memiliki struktur hierarki mursyid-murid.
>Mereka menolak sebagian pemurnian aqidah ala Salaf, dan menganggapnya sebagai Wahabi.

Maulana Zakariyya adalah salah satu produk dan motor penggerak utama dari pemikiran Deobandi.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Hubungan Erat dengan Tarekat Chistiyyah

Tarekat Chistiyyah adalah tarekat sufi besar yang berkembang di India sejak abad ke-10 Hijriyah.

Karakteristik tarekat ini:

Menekankan dzikir jahr (keras) secara berjamaah.
Mengamalkan tawassul, tabarruk, dan ziarah kubur secara ekstrem.
Mendorong cinta kepada wali dan syekh lebih dari cinta kepada ulama syar’i.
Banyak menyebarkan kisah-kisah karamah wali, termasuk yang tidak masuk akal.
Menjadikan dzikir batin dan ilham ruhani lebih utama dari dalil naqli.

Maulana Zakariyya mengaku sebagai pengamal dan mursyid dalam jalur Chistiyyah, dan pemikiran-pemikirannya tercermin jelas dalam kitab Fadhā’il A‘māl.

Keterkaitan Langsung dengan Jamaah Tabligh

Maulana Ilyas al-Kandhlawi, pendiri Jamaah Tabligh, adalah paman dan guru dari Maulana Zakariyya.

Maka, tidak heran jika:

Maulana Zakariyya menjadi penulis resmi untuk “pedoman” Jamaah Tabligh, yaitu Fadhā’il A‘māl.
Isi kitabnya mendukung langsung metode dakwah Jamaah Tabligh.
Ajaran tasawuf dan bid’ah terselubung dalam Jamaah Tabligh sangat serupa dengan isi kitab ini.

Fakta penting:

Fadhā’il A‘māl menjadi buku wajib yang selalu dibaca dan dikaji di setiap halaqah dan khuruj Jamaah Tabligh di seluruh dunia.

Masalah Besar: Tiga Pilar Penyimpangan

Kitab Fadhā’il A‘māl adalah produk gabungan dari tiga kekuatan menyimpang dalam aspek aqidah dan manhaj :

Deobandi = Pemikiran tradisionalis India yang menyatu dengan tasawuf dan menolak dakwah tauhid ala salaf.
Chistiyyah = Tarekat sufi yang mengagungkan wali, karamah, dzikir batin, dan mimpi sebagai sumber petunjuk.
Jamaah Tabligh = Gerakan dakwah tanpa ilmu, fokus pada amal lahir tanpa pondasi aqidah dan dalil, serta mengkultuskan guru.

Maka, membaca dan menyebarkan kitab ini sama saja dengan menyebarkan virus pemikiran batiniyah berkedok amal shalih.

Sikap Salaf terhadap Semua Ini

Ulama salaf sangat tegas terhadap:

Pemikiran sufi ekstrim yang tidak berdalil.
Mimpi dan ilham sebagai sumber hukum.
Kisah-kisah wali yang menggantikan Al-Qur’an dan Sunnah.

Dzikir-dzikir bid’ah yang dikhususkan tanpa dalil.
Pemujaan mursyid dan guru tarekat.

Imam Ahmad rahimahullah berkata : “Jangan kalian menulis kisah, karena itu akan menyesatkan hati. Ambillah ilmu dari hadits dan atsar.”

Kesimpulan

Maulana Zakariyya adalah penulis Fadhā’il A‘māl, tokoh utama dalam jaringan Deobandi dan mursyid Chistiyyah.
Kitabnya adalah alat penyebaran pemikiran sufi India, yang mengarahkan umat kepada dzikir bid’ah, hikayat palsu, dan pemujaan wali.
Fadhā’il A‘māl adalah pedoman resmi Jamaah Tabligh, yang menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Umat Islam harus waspada.
Di balik kisah sedekah dan dzikir, ada agenda ideologis besar yang bertentangan dengan Islam murni.

Mayoritas bukan ukuran kebenaran

Jangan tertipu dengan jumlah. Rasulullah ﷺ sudah menegaskan : ‘Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, yang selamat hanya satu’ (HR. Abu Dawud no. 4597).

Kalau keselamatan ditentukan oleh jumlah, maka Fir’aun dan pengikutnya lebih banyak dari Musa dan kaumnya.

Jadi, mau ikut mayoritas atau kebenaran ? Wallahu A’lam, Ustad Firanda Andirja Hafidzahullah. (Eya Chaca)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement