SURAU.CO – Anas ibn al-Nadhar adalah sahabat Nabi dari kalangan Anshar
yang berasal dari kabilah Khazraj, keturunan Bani Najjar. Anas ibn al-Nadhar adalah paman Anas ibn Malik, pembantu Rasulullah. la juga termasuk kalangan kaum Anshar yang tidak bergabung dengan pasukan Rasulullah saw. dalam Perang Badar, karena ia tidak menyangka bahwa kaum muslim saat itu akan berperang melawan kaum musyrik.
Ancaman kaum musyrikin
Meskipun kaum muslim yang keluar untuk menghadapi pasukan musyrik jauh lebih kecil dari sisi jumlah, mereka berhasil menghalau kaum musyrik Makkah dan memenangi peperangan. Ketika datang ancaman dari kaum musyrik yang bergerak menuju Uhud, Rasulullah saw. berunding bersama para sahabat seperti yang biasa beliau lakukan.
Beliau meminta pendapat para sahabat apakah mereka akan menghadang pasukan Quraisy dan sekutunya sebelum memasuki kota Madinah, ataukah mereka akan menunggu hingga pasukan musuh memasuki kota Madinah, baru kemudian mereka menyerang musuh. Dengan kata lain, apakah mereka akan melakukan perang terbuka seperti yang terjadi di Badar, ataukah akan menggelar perang kota.
Usulan untuk perang terbuka
Hampir semua orang yang tidak ikut dalam Perang Badar, termasuk Anas ibn al-Nadhar. Ia mengusulkan agar kaum muslim menghadang musuh agar musuh tidak mengira bahwa mereka takut atau pengecut. Terlebih lagi, mereka tahu bahwa musuh menyimpan kebencian dan dendam yang sangat besar. Karena banyak pemimpin dan jago mereka yang terbunuh dalam Perang Badar. Kaum musyrik berhasrat besar untuk membalas dendam, terlebih lagi orang yang anggota keluarganya terbunuh saat itu.
Anas ibn a-Nadhr : Uhud sebagai pengganti Badar yang terluputkan
Perang Uhud telah menjadi harapan bahkan obsesi Anas ibn al-Nadhar. la tidak sabar menunggu datangnya hari itu karena ingin segera mengganti apa yang ia luputkan dalam Perang Badar. Pedangnya benar-benar telah haus akan darah orang musyrik, musuh Allah dan musuh Islam. Setelah Rasulullah saw. dan para sahabat bersepakat untuk menghadang dan menyambut musuh dari luar Madinah, Anas segera bergabung dalam barisan. Saat itu jumlah kaum muslim hanya seribu orang. Sementara jumlah musuh mencapai tiga ribu orang, termasuk 200 penunggang kuda terlatih pimpinan Khalid ibn Walid.
Lalu, apa yang Anas lakukan dalam perang Uhud? Inilah yang Anas ibn Malik ceritakan dalam sebuah hadis yang Imam al-Bukhari riwayatkan dalam Shahih-nya
Humaid menceritakan tentang Anas dari Amr ibn Zurarah dari Ziyad dari Humaid ibn al Thawil bahwa Anas ibn Malik bercerita, “Pamanku Anas ibn al-Nadhar tidak ikut dalam Perang Badar. Sehingga ia berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, aku tidak ikut dalam perang pertama yang engkau lakukan melawan kaum musyrik. Seandainya Allah memberiku kesempatan untuk memerangi orang musyrik, niscaya Allah akan menyaksikan apa yang kulakukan.”
Mencium wangi surga
Maka, ketika meletus Perang Uhud dan kaum muslim terdesak sehingga banyak di antara mereka yang mundur meninggalkan medan Perang Uhud. Anas ibn al-Nadhar berdoa, ‘Ya Allah, aku memohon ampunan kepada-Mu atas apa yang para sahabatku lakukan dan aku membebaskan diri kepada Mu dari kaum musyrik.”
Kemudian ia terus merangsek maju menyerang kaum musyrik. Ketika berpapasan dengan Sa‘d ibn Muaz, Anas berkata,
“Wahai Sa‘d ibn Muaz, demi Allah yang menciptakan al-Nadhar, aku sungguh mencium harumnya surga dari bawah bukit Uhud.”
Anas ibn al-Nadhar sahabat yang menepati sumpah
Ketika perang usai, Muaz menemui Rasulullah saw. dan menceritakan perjumpaannya dengan Anas ibn al-Nadhar, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak mampu mencegahnya melakukan apa yang ia lakukan.”
Anas ibn Malik menceritakan,
“Kami mendapati 87 luka pada tubuh Anas ibn al-Nadhar. Baik karena sabetan pedang, tusukan tombak, atau lemparan anak panah. Kami menemukannya telah wafat dengan tubuh yang tercabik-cabik karena mutilasi kaum musyrik. Sehingga tidak ada yang dapat mengenalinya, kecuali saudarinya dengan petunjuk yang kami dapat dari jari tangannya.”
Anas kemudian berkata lagi, “Kami mengira bahwa ayat Al-Quran: di antara orang mukmin itu ada orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah , turun untuk Anas ibn al-Nadhar dan orang-orang seperti dia.”
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Ada di antara hamba-hamba Allah yang jika bersumpah atas nama Allah, niscaya ia akan memegang teguh sumpahnya.”
Ayat yang pernah hilang
Perlu diingat, ayat tersebut pernah hilang dari surah al Ahzab. Zaid ibn Tsabit menuturkan bahwa ketika hendak melakukan penyalinan ayat-ayat Al-Quran dalam lembaran-lembaran mushaf, ayat itu ditemukan. Padahal ia pernah mendengar Rasulullah saw. membacakan ayat itu.
Setelah Zaid mencarinya, ternyata salinan ayat itu ia temukan ada pada Khuzaimah ibn Tsabit al-Anshari. Orang yang Rasulullah anggap layak menjadi saksi mewakili dua orang laki-laki. Sungguh, pada setiap masa dan tempat Allah mempunyai orang-orang terpilih(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
