Khazanah
Beranda » Berita » Sepinya di Kuburan

Sepinya di Kuburan

Sepinya di Kuburan
Sepinya di Kuburan

 

SURAU.CO – Saudaraku, pernahkah kita merenung dalam hening malam, saat dunia terasa begitu sunyi? Bahkan dalam kesepian dunia saja, hati sering merasa hampa, gelisah, dan kehilangan arah. Namun pernahkah kita membayangkan kesepian yang jauh lebih dahsyat? Kesepian yang tak ada bandingannya itulah sepinya di alam kubur.

Kesunyian Panjang Hingga Hari Pembalasan

Ketika ruh berpisah dari jasad, dan manusia mengantarkan kita hanya sampai di tepi liang lahat, maka satu per satu langkah kaki mereka menjauh. Tangisan keluarga pun perlahan reda. Pada akhirnya, kita sendirilah yang tinggal. Tidak ada lagi suara orang tua, pasangan, anak, atau sahabat yang menemani. Hanya kegelapan, tanah yang menutup rapat, dan kesunyian panjang menanti hingga hari kiamat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya kubur itu adalah awal dari tahapan akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka sesudahnya akan lebih mudah baginya. Tetapi jika tidak selamat darinya, maka sesudahnya akan lebih berat baginya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Bayangkan, saudaraku. Jika sepi dunia saja membuatmu merasa kosong, maka bagaimana dengan sepinya kubur, di mana tiada lagi suara manusia, tiada lagi cahaya dunia, tiada lagi genggaman hangat orang-orang tercinta?

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Di sanalah amal kita menjadi satu-satunya teman. Shalat yang dahulu sering kita lalaikan, dzikir yang sering kita tunda, sedekah yang kita abaikan, atau sebaliknya, amal shalih yang ikhlas kita kerjakan, semuanya akan hadir di sisi kita.

Ubah Menjadi Penantian Indah

Para ulama menggambarkan, kubur bisa menjadi taman dari taman-taman surga, atau sebaliknya menjadi lubang dari lubang-lubang neraka. Kesepian itu bisa berubah menjadi penantian indah, atau bisa pula menjadi penderitaan yang panjang.

Maka, sebelum kesepian itu benar-benar datang, marilah kita perbanyak bekal.

Jadikan shalat sebagai cahaya penerang kubur.
Jadikan sedekah sebagai pelindung dari panasnya api siksa.
Dan Jadikan doa anak-anak shalih sebagai hadiah abadi setelah kita tiada.
Jadikan dzikir sebagai penguat hati, agar kita tidak gentar saat menghadapi malaikat kubur.

Saudaraku, dunia ini sementara. Keramaian, sahabat, dan keluarga hanyalah singgah sebentar. Namun kesepian kubur adalah nyata, menanti setiap jiwa yang kini masih bernapas.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Mati Pasti Menjemput

Mari kita persiapkan diri. Jangan biarkan kubur menjadi tempat paling sepi yang menakutkan, tapi jadikan ia sebagai tempat istirahat yang penuh kedamaian, hingga Allah bangkitkan kita menuju hari akhir dengan wajah berseri.

“Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan menjadikan hatinya kaya, urusannya teratur, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah)

Hidup hanya sekali. Mati pasti menjemput. Bekalilah kuburmu dengan amal yang membuat kesepian itu berubah menjadi ketenangan.

 

 

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

 


Jangan membenci apa telah pilih Allah untuk kita.

Setiap keinginan kita akan berbenturan dengan taqdir Allah karna itu kita sebagai makhluk Allah menerima karna kita mahluk yng harus menerima apa yang yang Allah taqdir untuk kita sebagai kita makhluk tetapi kita tidak dibenarkan pasrah begitu saja sebagaimana paham murji’ah dan qadatriah ini keunikan paham ahlisunnah. Yang selalu menempatkan pemahaman pada tempat yang benar. Ini lah yang akan dijelaskan dengan:

  1. Membangun Kerelaan Hati
    Ketika kita berhenti membenci apa pun yang terjadi dalam hidup kita — termasuk pilihan-pilihan yang terasa berat — kita mulai membuka ruang di hati untuk menerima takdir-Nya. Kerelaan itu sendiri sudah menjadi ibadah.

  2. Menjaga Keimanan
    Mengeluh atau membenci pilihan atau keadaan bisa menurunkan iman, membuat kita fokus pada yang tidak diinginkan. Sebaliknya, sabar dan ridha membuat iman kita bertambah dan hati kita menjadi tentram.

  3. Pahala Besar dari Kesabaran
    Setiap cobaan, sakit, kehilangan, bahkan kesabaran sekecil apa pun, bisa menjadi amalan yang bernilai besar di sisi Allah — asal kita tetap ikhlas dan mengharap ridha-Nya.

  4. Kesadaran bahwa Allah Selalu Mengetahui Apa yang Terbaik
    Manfaat besar dari pikiran bahwa “prediksiku belum tentu yang terbaik, tapi Allah yang Maha Tahu” adalah ketenangan & tawakkal — menyerahkan segala urusan kepada-Nya.

Dalil / Ayat & Hadits yang Mendukung

Berikut beberapa ayat dan hadits yang mendukung bahwa setiap cobaan, sakit, kehilangan, bahkan kesabaran kecil mendapat ganjaran dari Allah:

Allah berfirman:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar lah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” — QS. Az-Zumar: 39:10 

Allah juga berfirman:
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” — QS. Al-Baqarah: 2:155 

Hadits dari Abu Hurairah R.A.:

> “Tidaklah seorang muslim ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran, atau yang lebih ringan — hingga seekor duri pun menusuknya — kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal itu.” 

Hadits lain menyatakan bahwa:

> “Bersabar atas musibah akan ditulis derajat sebanyak sembilan ratus bagi seorang hamba…”. Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat, (Tengku Iskandar, M. Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement