SURAU.CO -Anas ibn Malik sahabat Nabi dari kalangan Anshar yang berasal
dari suku Khazraj, keturunan Bani Najjar. Ayahnya bernama Malik ibn al-Nadhar ibn Dhamdham; ibunya bernama Salhah, tetapi lebih terkenal dengan nama panggilan Ummu Sulaim binti Milhan. Ibunda Anas, Ummu Sulaim, bercerai dengan suaminya, Malik ibn al-Nadhar ketika ia memutuskan untuk memeluk Islam, sedangkan Malik bertahan dalam kemusyrikan.
Mengucapkan kalimat tauhid sejak kecil
Sejak masih kecil, Ummu Sulaim telah mengarahkan Anas untuk menjadi pengikut setia Rasulullah Muhammad saw. Suatu waktu, Ummu Sulaim berkata lirih kepada Anas, “Anakku, ucapkanlah La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah” Sejak itu, Anas kecil terbiasa mengucapkan kalimat itu dalam berbagai kesempatan. Tindakan Ummu Sulaim itulah yang semakin memicu kemarahan Malik ibn al-Nadhar sehingga ia berkata kepada mantan istrinya, “‘Jangan kau rusak anakku!”
Ummu Sulaim menjawab. Aku tidak merusaknya, aku mengajarinya dan menunjukkan kebaikan kepadanya.” Ummu Sulaim tetap mengajarkan Islam dan ayat-ayat Al Quran kepada kedua anaknya–Anas dan al-Barra.
Doa Rasulullah untuk Anas
Anas adalah seorang anak dengan rambut berjambul. Baginda Nabi saw. sendiri sering menyentuh jambulnya sambil bercanda, “Wahai pemilik dua telinga.”
Di antara keistimewaan yang Anas miliki adalah seperti yang dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Syu‘bah dari Qatadah dari Anas bahwa Ummu Sulaim berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah pembantumu, Anas, berdoalah untuknya.”
Maka, Rasulullah melantunkan doa,
“Ya Allah, limpahkan kepadanya harta dan anak yang banyak dan berkahilah setiap pemberian-Mu kepadanya.”
Kemudian Anas menuturkan,
“Maka, demi Allah, aku mendapat harta yang berlimpah dan mendapat anugerah banyak anak. Hingga saat ini, anak-anak dan cucuku mencapai seratus orang.
Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis
Anas termasuk di antara sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw. hingga jumlahnya mencapai 2.280 hadis. Di antara perawi yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah Ibn Sirin, Humaid al-Thawil, Tsabit al-Bannani, Qatadah, al-Hasan al-Bashri, al-Zuhri dan para perawi lainnya.
Ketika Nabi Muhammad saw. wafat, seluruh kaum muslim, baik di Makkah maupun Madinah, dan di tempat-tempat lainnya berduka dan mengalami guncangan yang hebat. Meninggalnya Nabi saw. lebih berat terjadi pada orang yang dekat kepada beliau, termasuk Anas ibn Malik r.a.
Tsabit meriwayatkan bahwa Anas ibn Malik berkata, “Pada hari Rasulullah
datang ke Madinah, segala sesuatu menjadi terang bermandikan cahaya, tetapi ketika beliau wafat, seluruh semesta dan cakrawala Madinah berubah terliputi kegelapan. Ketika melepas kepergian beliau, kami seakan-akan tidak menyadari bahwa beliau telah wafat hingga kami tiba di kuburan.”
Saksi kekejaman dan kekejian sebagian penguasa muslim
Pada akhir hayatnya, Anas ibn Malik harus menyaksikan kekejaman dan kekejian sebagian penguasa muslim. Salah seorang pemimpin saat itu, al-Hajjaj terkenal dan tenar sebagai tukang jagal karena ia banyak membunuh, menindas, dan menyiksa para ulama. Bahkan, Anas ibn Malik tidak luput dari ancaman, tekanan, dan perlakuan buruk al-Hajjaj dan bawahannya.
Maka, ketika Anas mengadukan persoalan itu kepada Khalifah Abdul Malik ibn Marwan, yang langsung memerintah al-Hajjaj agar tidak mengganggu Anas dan kaum muslim lain. Al-Hajjaj pun mematuhinya, karena Anas, yang dipanggil dengan sebutan Abu Hamzah, adalah sahabat Rasulullah saw.
Anas ibn Malik termasuk sahabat yang paling terakhir wafat. Jasadnya dikebumikan di al-Thiff, dekat Bashrah. la wafat ketika usianya mencapai hampir mencapai seratus tahun.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
