Khazanah
Beranda » Berita » Syahid yang Diangkat ke Langit, Dialah Amir ibn Fuhairah

Syahid yang Diangkat ke Langit, Dialah Amir ibn Fuhairah

Syahid yang Diangkat ke Langit, Dialah Amir ibn Fuhairah
Ilustarsi Amir ibn Fuhairah menggiring domba menuju Gua Tsur.

SURAU.CO – Amir ibn Fuhairah seorang sahabat keturunan seorang budak. la sendiri menjadi budak Thufail ibn Abdullah ibn Sukhrabah—saudara Siti Aisyah Ummul Mukminin. Amir masuk Islam ketika masih menjadi budak, ketika Nabi saw. belum menjadikan rumah al-Arqam sebagai majelis ilmu dan pusat pergerakan dakwah. Setelah memeluk Islam, Abu Bakar membelinya dan memerdekakannya.

Amir ibn Fuhairah menggiring domba ke Gua Tsur

Abu Bakr memiliki domba yang susunya ia perah tiap hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ketika Nabi saw. mendapat izin dari Allah untuk berangkat hijrah, beliau berangkat menuju Madinah bersama kawalan Abu Bakar. Selama persembunyiannya dalam gua Tsur itu, pembantu Abu Bakar–Amir ibn Fuhairah–menggiring domba-dombanya ke sana. Dengan maksud agar Rasulullah saw. dan Abu Bakar bisa mendapatkan susu dan makanan.

Abdullah ibn Abu Bakr juga sering mengunjungi mereka di gua untuk menyampaikan kabar tentang suku Quraisy. Jika datang waktu subuh, Abdullah kembali ke Makkah. Amir menggiring domba-dombanya setiap malam tanpa diketahui siapa pun. Sementara Asma binti Abu Bakar bertugas membawakan makanan untuk mereka.

Setelah tiga malam bersembunyi dalam gua, Rasulullah saw. dan Abu Bakar kemudian keluar bersama Amir ibn Fuhairah yang selalu membantu dan melayani kebutuhan mereka.

Rasulullah mempersaudarakan Amir ibn Fuhairah  dengan al-Harits ibn al- Shamt

Ketika Rasulullah saw. mempersaudarakan kaum Anshar dengan  dengan Muhajirin, beliau mempersaudarakan al-Harits ibn al-Shamt dengan Amir ibn Fuhairah. Setelah menetap, Amir berusaha agar bisa senantiasa berada dekat Rasulullah saw. la tak pernah absen mengikuti berbagai peperangan bersama kaum muslim, termasuk Perang Badar dan Perang Uhud. Dalam kedua peperangan itu Amir menunjukkan keberanian dan keksatriaannya.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Permohonan agar ada utusan ke Nejed

Imam Abu Ja‘far al-Thabari menuturkan sebuah kisah tentang bi’r ma‘unah, bahwa Abu Barra Amir ibn Malik ibn Ja‘far (pemimpin Bani Amir ibn Sha’sha’ah) datang menghadap Nabi saw. di Madinah membawa berbagai hadiah. Namun, beliau enggan menerima hadiah itu, dan bersabda,

“Hai Abu Barra, aku tidak menerima hadiah dari seorang musyrik. Jika kau mau aku menerima hadiahmu, masuklah ke dalam Islam.”

Kemudian Rasulullah saw. menjelaskan beberapa aspek ajaran Islam. la tidak mau menerima, tetapi juga tidak menolak. la berkata, “Muhammad, apa yang kau dakwahkan ini memang sangat bagus. Andai saja engkau mau mengutus beberapa orang kepada penduduk Nejed, mungkin mereka bersedia menerima ajakanmu.”

Rasulullah saw. menjawab, “Aku khawatir utusanku mendapat kezaliman dari penduduk Nejed.”

Abu Barra berkata meyakinkan, “Aku akan mendampingi mereka. Utuslah mereka untuk mengajak manusia kepada ajaran mu.” Maka, Rasulullah saw. mengutus al-Mundzir ibn Amr dari Bani Saidah bersama beberapa sahabat pilihan lain, termasuk al-Harits ibn al-Shamt, Haram ibn Milhan dari Bani Adi al-Najjar, Urwah ibn Asma ibn al-Shalt al-Silmi, Nafi ibn Budail ibn Warqa al-Khuza’i, dan Amir ibn Fuhairah.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Peristiwa Bi’r Ma’unah

Mereka inilah yang mendapat tugas sebagai utusan Rasulullah saw. Ketika mereka tiba dekat  sumur bi’r ma’uinah, sekelompok orang keluar dari persembunyian dan langsung menyergap para sahabat Rasulullah.

Mereka yakin, kematian sudah dekat,  sehingga mereka memanjatkan doa, “Ya Allah, saat ini kami tak menemukan siapa pun yang dapat menghubungkan kami kepada Rasulullah selain Engkau. Maka, sampaikanlah salam kami! Ya Allah, sampaikanlah kepada Nabi-Mu bahwa kami telah berjumpa dengan-Mu, kami telah ridha kepada-Mu dan Engkau ridha kepada kami.” Kabar itu diamini langit dan tersampaikan kepada Rasulullah.

Syahidnya Amir ibn Fuhairah

Amir ibn Fuhairah terbunuh dalam peristiwa itu oieh Jabbar ibn Sulma al- Thallabi. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Jabbar mendengarnya berkata, “Allah Mahabesar! Aku telah menang, demi Tuhan penguasa Ka‘bah.” Dan Jabbar sama sekali tidak memahami maksud ucapannya.

Hingga peristiwa itu lama berlalu, Jabbar masih bertanya-tanya tentang maksud ucapannya. Kelak, seseorang memberikan jawabannya kepada Jabbar bahwa yang dimaksud kemenangan oleh Amir ibn Fuhairah adalah kesyahidan.

Berislamnya Jabbar ibn Sulma al- Thallabi

Setelah Jabbar memahami maksud ucapan Amir, Allah berkenan membukakan hatinya untuk menerima Islam.Tanpa menunda-nunda, ia segera menyatakan keislamannya dan berusaha menyelamatkan dirinya dari api neraka. la pun terbebas dari dosa membunuh karena syahadat menghapuskan dosa-dosanya sebelum Islam.

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Ibn al-Atsir menuturkan, Amir ibn al-Thufail bertanya kepada Rasulullah saw.,

“Siapakah orang yang ketika terbunuh engkau melihatnya diangkat antara langit dan bumi sehingga langit berada di bawahnya?”Beliau bersabda,
Dialah Amir ibn Fuhairah.”

(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement