SURAU.CO – Sejarah Islam mencatat banyak nama pahlawan. Salah satunya adalah Ammar bin Yasir. Memang, ia merupakan sosok yang penuh inspirasi. Tentu saja, kisahnya mengajarkan kita tentang ketabahan luar biasa. Oleh karena itu, Ammar adalah salah satu dari as-sabiqun al-awwalun. Singkatnya, ini adalah kelompok Muslim pertama. Artinya, mereka memeluk Islam di fase awal dakwah Nabi Muhammad.
Ammar memiliki latar belakang unik. Pasalnya, ia bukan berasal dari kabilah Quraisy. Sebagai contoh, ayahnya, Yasir, adalah seorang imigran dari Yaman. Lalu, Yasir datang ke Mekah. Tujuannya, ia mencari perlindungan dari Bani Makhzum. Selanjutnya, ibunya bernama Sumayyah. Ia adalah budak dari Abu Hudzaifah al-Makhzumi. Kemudian, Abu Hudzaifah lantas membebaskannya. Akhirnya, Yasir dan Sumayyah kemudian menikah. Dari situ, lahirlah Ammar. Alhasil, keluarga mereka hidup sebagai mawali. Dengan kata lain, ini adalah sebutan untuk non-Quraisy yang berafiliasi.
Penyiksaan Kejam dan Ketabahan Tak Goyah
Masa awal Islam di Mekah sangat sulit. Akibatnya, kaum Muslimin menghadapi penindasan. Bahkan, penyiksaan menjadi hal sehari-hari. Secara spesifik, keluarga Ammar adalah salah satu korbannya. Pada kenyataannya, mereka disiksa dengan sangat kejam. Tercatat, para tokoh Quraisy tak segan melakukannya. Lebih jauh lagi, Ammar, Yasir, dan Sumayyah menderita hebat. Selain itu, mereka dipaksa meninggalkan keyakinan mereka. Namun, iman mereka tetap kokoh.
Sumayyah menunjukkan keteguhan luar biasa. Terbukti, ia menolak mencela Nabi Muhammad. Konsekuensinya, Abu Jahal, pemimpin musyrikin, sangat murka. Lantas, ia menusuk Sumayyah dengan tombak. Akibatnya, Sumayyah syahid karenanya. Dengan demikian, ia menjadi syahidah pertama dalam Islam. Tidak lama kemudian, Yasir juga wafat. Sebabnya, ia meninggal dunia akibat siksaan. Sementara itu, Ammar menyaksikan semua ini. Otomatis, hatinya hancur berkeping-keping.
Penyiksaan terhadap Ammar terus berlanjut. Misalnya, mereka memaksanya mencela Nabi Muhammad. Sangat jelas, tekanan fisik dan mental sangat besar. Pada akhirnya, Ammar akhirnya mengucapkan kalimat yang diminta. Akan tetapi, hatinya tidak demikian. Syukurlah, Nabi Muhammad memahami keadaannya. Kemudian, Beliau menenangkan Ammar. Selanjutnya, Nabi bersabda, “Jika mereka kembali menyiksa-mu, lakukanlah lagi.” Ini menunjukkan kelonggaran dalam kondisi darurat.
Ammar bin Yasir dalam Kenangan Nabi Muhammad
Nabi Muhammad sangat menyayangi Ammar. Bahkan, Beliau sering memujinya. Salah satu contohnya, hadis terkenal menyatakan, “Surga merindukan tiga orang: Ali, Ammar, dan Salman.” Tanpa ragu, ini adalah penghargaan tertinggi. Di sisi lain, Nabi juga pernah bersabda, “Celakalah Ammar! Dia akan dibunuh oleh kelompok yang zalim.” Sejatinya, ini adalah ramalan yang kelak terbukti.
Peran Penting Ammar dalam Dakwah dan Jihad
Setelah hijrah ke Madinah, Ammar berperan aktif. Contohnya, ia turut serta dalam pembangunan masjid. Ia melakukannya bahu-membahu dengan sahabat lain. Akibatnya, semangatnya sangat tinggi. Selain itu, ia juga terlibat dalam banyak pertempuran. Singkatnya, Ammar adalah prajurit yang gagah berani. Oleh karena itu, ia tak gentar menghadapi musuh.
Beberapa pertempuran penting melibatkannya. Secara spesifik, ia ada di Perang Badar. Demikian pula, ia juga ikut di Perang Uhud. Tidak dapat dipungkiri, kehadirannya selalu memberikan semangat. Oleh sebab itu, Ammar menjadi bagian penting dari kekuatan Muslim. Terlebih lagi, ia selalu siap berkorban. Jelaslah, keberaniannya patut diteladani. Selalu, ia membela kebenaran.
Ammar di Era Khulafaur Rasyidin
Setelah wafatnya Nabi, Ammar terus berkiprah. Ia tetap setia kepada para khalifah. Dengan demikian, ia menunjukkan loyalitasnya. Pada kenyataannya, pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Ammar diangkat. Khususnya, ia menjadi gubernur Kufah. Ini adalah bukti kepercayaan khalifah kepadanya. Tak ayal, Ammar memimpin dengan adil. Ia dikenal sebagai pemimpin yang jujur.
Namun, fase paling krusial datang kemudian. Secara khusus, ini terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pasalnya, terjadi perpecahan di kalangan Muslim. Tepatnya, ada perselisihan antara Ali dan Muawiyah. Meski demikian, Ammar memilih berada di pihak Ali. Sebab, ia yakin Ali berada di jalan yang benar. Alhasil, keputusannya ini sangat penting.
Syahidnya Ammar di Perang Siffin
Perang Siffin adalah puncak konflik. Singkatnya, ini adalah pertempuran besar. Saat itu, pasukan Ali berhadapan dengan pasukan Muawiyah. Tidak ketinggalan, Ammar bin Yasir ikut serta. Meski begitu, ia sudah sangat tua saat itu. Faktanya, usianya sudah lebih dari 90 tahun. Namun demikian, semangat juangnya tetap membara. Oleh karena itu, ia maju ke medan perang dengan gagah berani.
Ammar berjuang mati-matian. Bahkan, ia terus memberikan motivasi. Tiba-tiba, ia terkena panah. Sayangnya, panah itu menembus tubuhnya. Dengan demikian, Ammar bin Yasir gugur sebagai syahid. Peristiwa ini terjadi pada tahun 37 Hijriah. Tak pelak, kematiannya mengguncang banyak orang.
Kematian Ammar menguak kebenaran. Seperti yang disebutkan, ramalan Nabi Muhammad terbukti. “Ammar akan dibunuh oleh kelompok yang zalim.” Oleh karena itu, ini menunjukkan pihak Muawiyah telah berbuat zalim. Fakta ini sangat memukul hati banyak sahabat. Bahkan, beberapa prajurit Muawiyah menyesal. Mereka ingat sabda Nabi tersebut. Alhasil, syahidnya Ammar menjadi penentu. Singkatnya, itu membedakan antara dua kubu.
Warisan Abadi Ammar bin Yasir
Kisah Ammar bin Yasir adalah pelajaran berharga. Secara khusus, ia mengajarkan tentang ketabahan. Selain itu, ia menunjukkan keberanian sejati. Jelas sekali, Ammar adalah contoh kesetiaan. Terlebih lagi, ia setia kepada Allah dan Rasul-Nya. Tentu saja, ia juga setia kepada kebenaran. Oleh karena itu, namanya akan selalu dikenang. Baginya, ia adalah salah satu pilar Islam.
Ammar bin Yasir menjadi teladan bagi kita semua. Secara keseluruhan, kehidupannya inspiratif. Betapa tidak, ia menghadapi kesulitan besar. Namun, ia tidak pernah menyerah. Terlebih lagi, imannya tak pernah goyah. Akhirnya, semangatnya tak pernah padam. Marilah, kita ambil hikmahnya. Mari kita tiru keteguhan Ammar.
Dalam sejarah Islam, Ammar bin Yasir memiliki tempat khusus. Bukan hanya seorang sahabat. Namun juga, ia adalah simbol perjuangan. Selain itu, ia adalah lambang keberanian. Sebagai hasilnya, kisahnya abadi dalam sanubari umat Muslim. Semoga Allah merahmatinya. Semoga kita bisa meneladani jejaknya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
