SURAU.CO -Amr ibn al-Ash seorang sahabat Quraisy keturunan Bani Sahmi.
Ayahnya bernama al-Ash ibn Wail ibn Hasyim ibn A’id ibn Sahm dan ibunya bernama Salma binti Harmalah atau lebih terkenal dengan gelar al-Nabighah –wanita bijak. Nama panggilan Amr ibn al-Ash adalah Abu Abdillah atau Abu Muhammad.
Bujukan Amr ibn al-Ash pada Raja Najasi
Awalnya, Amr adalah orang yang sangat membenci Rasulullah saw. dan kaum muslim. Kaum Quraisy pernah mengutusnya ke Abisina sambil membawa berbagai macam hadiah untuk membujuk Raja Najasi agar mau memulangkan kaum Muhajirin kepada kaum kafir Quraisy di Makkah.
Tetapi misinya itu gagal karena Raja Najasi menolaknya,karena raja lebih memercayai Rasulullah. Semua hadiah dari kaum Quraisy yang Amr bawa dari Makkah dikembalikan.
Pada hari berikutnya Amr kembali mencoba membujuk Raja, tetapi raja tetap pada pendiriannya. Dengan tegas ia berkata,
“Wahai Amr, bagaimana mungkin kau tidak memahami ajaran anak pamanmu itu? Sungguh, ia adalah utusan Allah yang sesungguhnya.”
Mendengar ucapan sang raja, Amr merasa kehabisan akal dan berujar, “Begitukah pendapatmu?” Akhirnya, ia memutus kan pulang ke Makkah dengan tangan hampa.
Amr ibn al-Ash menuju Madinah
Akhirnya, cahaya hidayah menerangi hati dan pikiran Amr sehingga ia memutuskan untuk pergi ke Madinah menemui Rasulullah saw. Dalam perjalanan menuju Madinah, ia bertemu dengan Khalid ibn al-Walid dan Utsman ibn Thalhah, yang juga berniat menemui Nabi saw. Amr bertanya, “Kalian berdua hendak ke mana?”
Mereka menjawab, “Kami hendak menemui Muhammad untuk bersyahadat.” Amr senang mendengar jawaban mereka. la berujar, “Aku pun pergi untuk tujuan yang sama!” Akhirnya, ketiga orang pemuka Quraisy itu berangkat bersama-sama menuju Madinah.
Ketika Rasulullah saw. mendengar kedatangan mereka, beliau bersabda kepada para sahabat,
“Makkah telah datang menemui kalian dengan membawa para putranya.”
Peristiwa keislaman mereka terjadi setelah Perjanjian Hudaibiyah. Setelah mengucapkan syahadat di hadapan Rasulullah, Amr menanyakan bagaimanakah cara menebus dosa-dosanya pada masa lalu?
Rasulullah saw. menjawab,
“Islam dan Hijrah memutuskan dosa-dosa yang telah lalu.”
Ibn Abi Mulaikah meriwayatkan dari Thalhah ibn Ubaidillah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, Amr ibn al-Ash termasuk orang yang baik dari suku Quraisy.”
Amr ibn al-Ash : piawai dalam politik
Amr adalah orang yang cerdik dan banyak akal. Dikisahkan bahwa dalam sebuah peperangan, salah seorang panglima pasukan Romawi–Artaphoon– mengundang Amr ibn al-Ash ke bentengnya untuk berbincang-bincang. Sebelum memanggil Amr, Artaphoon telah berpesan kepada salah seorang pasukan nya agar menimpakan batu besar jika nanti Amr keluar dari
bentengnya.
Dalam perbincangan itu Artaphoon mengungkapkan kekagumannya terhadap kecerdasan dan kecerdikan Amr. Di ujung pembicaraan ia memberikan hadiah kepada Amr sebagai ungkapan rasa senangnya. Ketika berjalan menuju ke luar benteng, Amr melihat ada gerakan-gerakan mencurigakan di
atas benteng. la sadar, pasukan Romawi siap membunuhnya. Karena itu, ia menghentikan langkahnya dan segera kembali menemui Artaphoon.
Ketika keduanya berhadapan, Artaphoon menanyakan kenapa ia kembali. Amr menjawab, “Tuanku, aku lupa mengabarkan bahwa aku punya sepuluh orang sahabat, dan di antara mereka, aku adalah yang paling bodoh dan paling rendah kecerdasannya. Mereka adalah kepercayaan pimpinan kami. Pemimpin kami tak akan mengambil keputusan kecuali setelah bermusyawarah dengan mereka. Pimpinan kami juga tidak akan mengirim pasukan kecuali atas persetujuan mereka. Ketika aku melihat dan merasakan kebaikan Tuan, aku ingin membawa mereka ke hadapan Tuan agar Tuan dapat dengar langsung pembicaraan mereka dan mereka pun mendapat hadiah seperti yang kudapatkan.”
Amr ibn al-Ash : lolos dari jebakan Romawi
Tentu saja Artaphoon senang mendengar penuturan Amr. Menurutnya, itu merupakan kesempatan yang sangat baik untuk menghancurkan musuhnya. la berpikir, dengan bunuh sepuluh orang bijak itu berarti ia akan mengalahkan musuhnya dengan mudah. la tidak perlu bersusah payah mengerahkan pasukan untuk membunuh sepuluh pemimpin musuh.
Maka, Artaphoon memberi isyarat kepada pasukannya agar membiarkan Amr pergi. Di depan gerbang benteng, kuda tunggangan Amr setia menunggu tuannya. Ketika ia naik, kuda itu meringkik keras sambil mengangkat kaki depannya seakan-akan mengejek keluguan dan ketololan Artaphoon, sang panglima pasukan Romawi.
Dikisahkan bahwa setiap kali berhadapan dengan pemimpin yang ia anggap kurang cakap, Umar ibn al-Khattab akan bertepuk tangan sambil berseru,
“Subhanallah! Penciptanya dan pencipta Amr ibn al-Ash pastilah Tuhan yang sama.”
Amr ibn al-Ash berhasil membebaskan Mesir
Nabi Muhammad saw. pernah mengutus Amr memimpin satu pasukan dalam perang Dzatu Salasil. Ketika terdesak, Amr meminta agar beliau mengirimkan bantuan. Kemudian Nabi saw. mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah. Beliau berpesan agar Abu Ubaidah menaati Amr,
dan Abu Ubaidah mematuhinya.
Pada masa Khalifah Umar ibn al-Khattab, Amr ibn al-Ash diperintahkan untuk membebaskan Mesir dari cengkeraman Romawi. Ketika melihat betapa besarnya kekuatan pasukan Romawi, Amr meminta agar khalifah mengirimkan bantuan, dan khalifah mengirimkan empat ribu pasukan.
Di antara empat ribu pasukan itu ada empat orang yang masing-masing menyamai seribu orang. Mereka adalah al-Zubair al-Awwam, Ubadah ibn al-Shamit, al-Miqdad ibn al-Aswad, dan Maslamah ibn Mukhlad. Akhirnya, kaum muslim mendapat kemenangan dan dapat membebaskan Mesir. (St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
