Surau.co. Langit tidak pernah berhenti bergerak. Ia berputar siang dan malam, tanpa jeda, tanpa keluhan. Geraknya menjadi pengingat bahwa kehidupan ini berjalan dengan irama yang tak pernah henti. Inilah yang diulas dengan begitu mendalam oleh Ibn Sīnā dalam al-Shifāʾ, khususnya bagian al-Ṭabī‘iyyāt. Gerak langit yang abadi memberi pelajaran, bahwa apa yang tampak di atas sana bukan hanya fenomena fisik, melainkan juga tanda bagi jiwa manusia untuk belajar tentang ketekunan dan kesabaran.
Langit dan rutinitas manusia sehari-hari
Seperti langit yang tidak pernah berhenti berputar, manusia pun punya rutinitas yang tampaknya berulang. Kita bangun, bekerja, makan, dan tidur. Kadang, rutinitas terasa melelahkan, bahkan kosong dari makna. Namun, bila diperhatikan lebih dalam, setiap pengulangan itu menyimpan makna. Langit mengajarkan bahwa pengulangan bukan tanda kehampaan, melainkan kesetiaan.
Ibn Sīnā menulis:
«حركة الفلك دائمة لا تفتر، وهي علة النظام في الكون»
“Gerak langit itu abadi dan tidak letih, dan ia adalah sebab keteraturan di alam semesta.”
Kalimat ini seolah menegaskan bahwa meski gerak terlihat sederhana, dari sinilah kehidupan mendapat keseimbangan. Rutinitas yang kita jalani, bila disertai kesadaran, adalah bagian dari keteraturan yang menghidupi diri kita.
Gerak abadi sebagai tanda kebijaksanaan
Al-Qur’an berulang kali mengingatkan manusia untuk melihat langit dan mengambil pelajaran. Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ
“Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya.” (QS. Fussilat: 37)
Ayat ini menegaskan bahwa gerak abadi langit bukanlah sekadar keajaiban kosmik, melainkan tanda kebijaksanaan yang mengarahkan hati untuk kembali kepada Sang Pencipta.
Ketekunan yang menumbuhkan jiwa
Langit terus bergerak, dan dari perputarannya kita belajar tentang ketekunan. Tidak ada keberhasilan yang lahir dari sekali usaha. Seperti bumi yang butuh waktu untuk menumbuhkan tanaman, manusia pun butuh kesabaran dalam menumbuhkan impian.
Ibn Sīnā menulis dengan tegas:
«الحركة لا تنقطع، لأن بها تحفظ الموجودات»
“Gerak tidak terputus, karena dengannya keberadaan segala sesuatu terjaga.”
Gerak adalah penjaga kehidupan. Maka, setiap langkah kecil yang konsisten akan menjaga keberadaan jiwa kita tetap hidup, penuh makna, dan tidak tenggelam dalam keputusasaan.
Menghadapi rasa lelah dengan merenungi langit
Dalam kehidupan modern, banyak orang merasa lelah oleh tumpukan pekerjaan atau hiruk pikuk media sosial. Namun, jika menengadah ke langit, ada pelajaran tentang keteguhan. Langit tak pernah mengeluh meski harus terus bergerak. Dari sanalah lahir kesadaran: rasa lelah bukan alasan untuk berhenti, tetapi tanda bahwa kita sedang bergerak menuju sesuatu.
Ibn Sīnā menulis:
«الحركة الطبيعية إنما تقصد غاية، ولا تكون عبثاً»
“Gerak alami selalu menuju tujuan, dan ia tidak pernah sia-sia.”
Maka, setiap usaha kita—meski tampak kecil—tidak pernah sia-sia bila dijalani dengan ketekunan. Seperti langit yang berputar, gerak kita membawa keteraturan bagi diri sendiri dan orang lain.
Gerak langit dan doa yang tak henti
Langit yang terus bergerak bukan hanya tanda fisik, tetapi doa tanpa suara. Ia berputar dalam ketaatan, seakan berkata: “Beginilah kesetiaan.” Begitu pula dengan manusia, doa yang terus diulang bukanlah pengulangan kosong, melainkan bukti keteguhan hati.
Al-Qur’an menyebutkan:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
“Dan Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi siapa yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur.” (QS. Al-Furqan: 62)
Ayat ini mengingatkan bahwa pergantian waktu—hasil dari gerak abadi langit—adalah kesempatan untuk belajar dan bersyukur. Setiap detik yang berlalu adalah undangan untuk semakin tekun dalam berjalan di jalan kebaikan.
Menjadi manusia yang tak letih memberi kebaikan
Langit tidak pernah berhenti memberi cahaya dan keteraturan. Maka, manusia pun sebaiknya tidak letih dalam memberi kebaikan. Mungkin kebaikan itu kecil, seperti senyum di pagi hari, atau doa dalam kesunyian. Namun, bila dilakukan dengan tekun, kebaikan kecil itu akan berputar menjadi kekuatan besar, sebagaimana gerak langit menjaga keseimbangan seluruh alam.
* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
