Khazanah
Beranda » Berita » Abu Thalhah al-Anshari : Sahabat dengan Mahar Termahal

Abu Thalhah al-Anshari : Sahabat dengan Mahar Termahal

Abu Thalhah al-Anshari : Sahabat dengan Mahar Termahal
Ilustrasi pasukan Muslim berangkat menuju medan perang.

SURAU.CO -Abu Thalhah al-Anshari seorang sahabat Nabi dari kalangan
Anshar, keturunan Bani Najjar. Nama aslinya adalah Zaid bin Sahal bin Aswad bin Haram. la terkenal dengan panggilan Abu Thalhah.

Upaya melamar Ummu Sulaim

Abu Thalhah termasuk pedagang Madinah yang kaya raya. Simpanan emas dan peraknya cukup banyak. banyak. Tetapi ia merasa kehidupannya belum sempurna, karena ia tidak punya istri yang baik yang akan menggenapkan ke
bahagiaannya. Dan pasangan uang akan memberinya keturunan untuk mengisi hari-harinya.

Kemudian Abu Thalhah berupaya mencari seorang wanita yang layak untuk mendampinginya hingga ia bertemu dengan Ummu Sulaim binti Malhan yang terkenal  sebagai wanita salehah lagi berakhlak mulia dan taat beragama. Ummu Sulaim memiliki sifat dan keistimewaan yang jarang ada pada wanita lain. Maka, setelah merasa yakin dengan pilihannya, Abu Thalhah bersegera pergi menuju rumah Ummu Sulaim untuk melamarnya sebelum orang lain mendahuluinya.

Ketika Abu Thalhah mengetuk pintu, putra Ummu Sulaim, Anas, yang juga pembantu Nabi saw. membuka pintu. Setelah mengetahui maksud kedatangan Abu Thalhah, Ummu Sulaim berkata, “Abu Thalhah, tidak ada orang yang akan menolak orang sepertimu. Tetapi sayang, engkau tidak sebanding denganku. Kau pasti tidak akan mampu memenuhi mas kawin yang kuinginkan.”

Maskawin termahal permintaan Ummu Sulaim

Mendengar jawaban Ummu Sulaim, Abu Thalhah tersenyum tenang. la berpandangan, Ummu Sulaim belum mengetahui kedudukan dan kekayaan yang dimilikinya. Menurutnya, Ummu Sulaim tidak mengenal dengan baik siapa dirinya, pemilik banyak emas dan perak. Abu Thalhah sudah siap memenuhi seberapa pun besarnya mahar yang Ummu Sulaim minta.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Tetapi Abu Thalhah kecele, bukannya Ummu Sulaim yang tidak mengenalnya, tetapi dialah yang tidak mengenal sifat Ummu Sulaim. Seorang wanita salehah yang sangat zuhud terhadap dunia dan segala perhiasannya. Ummu Sulaim sama sekali tidak tertarik dengan emas dan perak yang Abu Thalhah miliki.

Dengan nada yang tenang, Abu Thalhah berkata, Wahai Ummu Sulaim, atas dasar apa kau mengatakan bahwa aku tidak sebanding denganmu? Asal engkau tahu, aku memiliki simpanan emas dan perak yang tak dapat tertandingi siapa pun. Ambillah emas dan perak sebanyak yang engkau inginkan sebagai mahar.”

Ummu Sulaim menjawab, “Emas dan perak yang kaumiliki sama sekali tidak menarik hatiku. Satu-satunya penghalang antara aku dan engkau terdapat dalam dirimu, bukan pada hartamu.” Sungguh Abu Thalhah tak dapat menduga maksud ucapan Ummu Sulaim yang menolak lamarannya. Maka, Abu Thalhah bertanya, “Jadi, apa sesungguhnya yang menghalangimu?”

Ummu Sulaim menjawab, “Kau orang musyrik, sedangkan aku muslimah. Aku tidak dapat menerimamu selama kau belum menyatakan keislamanmu. Dan aku tidak mengharapkan mahar apa pun selain keislamanmu.”

Abu Thalhah bersyahadat dan menikahi Ummu Sulaim

Abu Thalhah terpaku mendengar jawaban Ummu Sulaim. la sungguh tidak menyangkanya sedikit pun. Lama terdiam, Abu Thalhah menjawab, “Baiklah, aku akan memikirkannya lebih dahulu, nanti aku segera kembali ke sini.”

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kemudian Abu Thalhah bangkit dari tempat duduknya dan beranjak pergi. Namun, baru beberapa langkah berjalan, ia langsung membalikkan tubuh, mendekati Ummu Sulaim, dan berkata lantang, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Maka Ummu Sulaim berkata kepada putranya, “Hai Anas, nikahkan Abu Thalhah.” Anas pun menikahkan Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah.

Para sahabat Anshar berkomentar,

“Aku belum pernah mendengar mahar yang lebih mulia dari mahar yang Ummu Sulaim minta, yaitu Islam.”

Abu Thalhah pun menyadari bahwa Ummu Sulaim adalah mutiara yang tentu saja nilainya lebih mahal daripada emas dan perak. Dengan mahar yang istimewa tersebut Ummu Sulaim telah membebaskan Abu Thalhah dari ancaman api neraka.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Abu Thalhah : perisai hidup Rasulullah

Abu Thalhah adalah seorang pemanah ulung sekaligus ksatria yang pemberani. Setelah mengikuti Baiat Aqabah kedua, ia ikut dalam pasukan jihad bersama Rasulullah. la ikut serta dalam Perang Badar. la bersemangat menghalau pasukan Quraisy dengan para pembesar mereka. Dalam perang itu banyak pemimpin Quraisy yang ia kalahkan. Kemudian ia juga ikut serta dalam Perang Uhud. Dalam peperangan inilah keberanian dan keperwiraannya tampil mencolok.

la bertempur dengan gagah berani, dan ia tidak meninggalkan medan perang ketika sebagian pasukan Muslim yang terdesak berlari meninggalkan  Rasulullah. Abu Thalhah tetap seda mendampingi dan melindungi Rasulullah dengan tubuhnya. la menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk membentengi Rasulullah dari serangan musuh. la menghalau setiap musuh yang datang untuk menyerang Rasulullah. la berdiri tegap, menegakkan dadanya untuk melindungi Nabi saw. sehingga musuh tak dapat menjangkau beliau.

Abu Thalhah berkata kepada Rasulullah saw. dengan suara lantang, “Biarkan aku berkorban untukmu wahai Rasulullah. Biarlah nyawaku yang melayang asal bukan nyawamu. Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, merunduklah dan jangan tunjukkan tubuhmu agar mereka tidak dapat menjangkaumu.”
Mendengar ucapan Abu Thalhah, Rasulullah bersabda,

“Pekik suara Abu Thalhah di antara pasukan lebih baik dari 100 orang.”

Dalam Perang Hunain, ia pun turut serta bersama pasukan Muslim mendampingi Rasulullah saw. Ia berperang gagah berani dan terus berusaha melindungi Rasulullah. Dalam perang itu ia berhasil merobohkan dua puluh orang musyrik dan merampas harta mereka. Pada saat itu, istrinya yang tercinta, Ummu Sulaim berada di dekatnya, dengan menggenggam sebilah belati untuk menjaga dirinya dan melindungi Rasulullah. Seperti itulah keperwiraan Abu Thalhah dan istrinya. la tak pernah surut dari medan perang.

(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement